Santri, janganlah berhenti! Kenapa?
Karena, posisimu diinginkan oleh orang-orang yang mulia, dan oleh orang-orang yang telah meraih berbagai kesenangan dunia. Sebab, pada akhirnya tidak ada yang lebih indah dari menjadi seorang santri.
Ali bin Al Husain bin Ali bin Abi Thalib (wafat 100 H), cicit Rasulullah ﷺ. Orang yang mulia secara nasab, ketakwaan, bahkan keilmuan.
Beliau menghadiri majlis ilmu yang diampu oleh Zaid bin Aslam. Seorang keturunan budak yang telah dimerdekakan.
" Semoga Allah mengampuni Anda. Anda adalah tuan yang terhormat dan yang paling afdhal di antara manusia. Kenapa Anda berangkat dan duduk di majlis seorang mantan budak?", tanya seseorang.
Beliau menjawab, " Sungguh, ilmu haruslah dicari dimanapun ia berada " ( Tahdzibul Hilyah 1/486)
Para khalifah pun iri kepada kaum santri!
Khalifah Al Manshur ditanya, " Kesenangan apa yang belum pernah Anda rasakan? "
Jawabnya, " Sisa satu. Aku duduk di atas kursi dan di sekitarku para penuntut ilmu hadis. Lalu petugas memintaku, " Hadis apa yang akan Anda sampaikan "
Khalifah Harun Al Rasyid pernah bertanya kepada Yahya bin Aktsam, " Kedudukan apa yang paling mulia?". Dijawab, " Kedudukan Anda, wahai Amirul Mukminin ".
Al Rasyid berkata, " Apakah engkau tidak mengetahui ada kedudukan yang jauh lebih mulia daripada kedudukanku? ". Kata Yahya, " Saya tidak tahu".
" Sungguh, saya tahu ada yang lebih mulia daripada saya. Yaitu seseorang di majlis ilmu menyampaikan: haddtsana fulan, 'an fulan, bahwa Rasulullah ﷺ bersabda", terang Al Rasyid.
Kata Yahya, " Apakah orang itu lebih mulia? Bukankah Anda adalah sepupu Rasulullah ﷺ dan pemangku kepercayaan kaum muslimin?"
" Benar! Celaka kamu. Orang itu jelas lebih baik dari saya. Sebab, namanya selalu bergandengan dengan nama Rasulullah ﷺ. Tidak akan mati selamanya. Sementara kita akan mati dan hancur. Para ulama sepanjang masa akan tetap hidup ", kata Harun Al Rasyid.
Subhanallah!
Apa yang kurang dari seorang khalifah? Harta ia punya, tahta ada padanya, keluarga banyak jumlahnya, dan semua kesenangan dunia bisa didapatkannya.
Namun tetap saja, pada akhirnya tidak ada yang lebih indah dari menjadi seorang santri. Maka, pantanglah berhenti, wahai Santri. Baarakallahu fiikum
02 Mei 2024
http://t.me/anakmudadansalaf
بسم الله الرحمن الرحيم
Ied Mubaarak 1445 H
Ada luka untuk dibilas, bukan dibalas.
Sakitmu jangan mengeluh, namun dibasuh.
Kecewa menghening, jiwa pun bening.
Jalan terbentang.
Masih panjang.
Jangan berhenti.
Hanya oleh pedih di hati.
Satu maaf adalah pelebur noda masa lalu.
Satu maaf adalah pintu selanjutnya untuk bahagia selalu.
Selamat Idul Fitri, 01 Syawwal 1445 H
Taqabbalallahu minna wa minkum shalihal a'maal.
Mukhtar sekeluarga (Helga La Firlaz)
Mekkah, 01 Syawwal 1445/10 April 2024
t.me/anakmudadansalaf
(266)
Nikmat Berzakat
Harta hanyalah titipan. Sifatnya sementara. Sewaktu-waktu, harta bisa berpindah kepemilikan, habis, hilang, atau ditinggal mati.
Apa yang kita punya, bahkan kita sendiri, adalah milik Allah. Apa yang kita punya, dan kita semua, pada saatnya pasti kembali kepada Allah; dzat yang memilikinya.
Harta juga ujian. Semua orang diuji, apakah sudah benar caranya untuk mencari harta, atau tidak peduli halal haramnya?
Setiap orang, setelah memiliki harta, diuji. Apakah ia pergunakan untuk mencari ridha Allah, atau malah mendatangkan murka- Nya?
Harta termasuk cobaan. Apakah melekat di hati sampai mengganggu ibadahnya, ataukah sebatas di tangan sehingga tak memengaruhi kedamaian hatinya apapun yang terjadi pada hartanya.
Ada juga harta hak orang lain yang dititipkan melalui kita. Ujian, apakah amanah sehingga menyalurkan kepada yang berhak itu, ataukah malah menganggapnya sebagai miliknya?
Allah berfirman:
وَفِىٓ أَمْوَٰلِهِمْ حَقٌّ لِّلسَّآئِلِ وَٱلْمَحْرُومِ
"Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan orang miskin yang tidak mendapat bagian " QS Adz Dzariyat: 19.
Iya, ada zakat yang harus ditunaikan. Diberikan kepada yang berhak.
Melalui zakat, ada bukti kasih sayang Allah kepada hamba. Maksudnya? Allah lah yang memberikan harta. Allah tidak menetapkan kewajiban berzakat kecuali setelah mencapai nishab dan berlalu satu tahun. Itu pun 2,5 % nya saja. Sementara 97,5 % nya untuk hamba.
Orang mustahik (yang berhak diberi zakat) terayomi dan tidak merasa sendiri. Ia tidak minder juga tidak berkecil hati. Mustahik akan menghormati dan mencintai orang yang berzakat.
Orang berzakat tentu puas dan bahagia, seperti bahagianya orang yang menerima, bahkan lebih. Ia tidak akan dibenci atau menjadi korban iri dengki.
Selain menghadirkan hati jernih dan jiwa bening, zakat juga membuat harta yang dimiliki menjadi bersih dan jauh dari noda-noda yang mengotori.
Allah berfirman:
خُذْ مِنْ أَمْوَالِهِمْ صَدَقَةً تُطَهِّرُهُمْ وَتُزَكِّيهِمْ بِهَا وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (QS. At-Taubah: 103)
Berzakat adalah bukti nyata beriman. Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
والصَّدَقَةُ بُرْهانٌ
" Sedekah itu bukti kebenaran beriman " HR Muslim no.223 dari Abu Malik Al Asy'ari.
Ibnu Rajab menyebut sedekah, dan zakat adalah sedekah wajib, sebagai bukti kebenaran iman. Kenapa? " Harta sangatlah disukai jiwa dan bawaannya kikir. Ketika jiwa dengan lapang menyalurkannya untuk Allah, hal itu bukti tentang kebenaran imannya kepada Allah dan janji- Nya"
Jika tidak berzakat, padahal sudah wajib? Hidupnya tak akan tenang, hartanya tidak berkah, dan terkena ancaman mengerikan di hari kiamat.
Rasulullah ﷺ bersabda ( HR Bukhari 1403) :
مَن آتَاهُ اللَّهُ مَالًا، فَلَمْ يُؤَدِّ زَكَاتَهُ مُثِّلَ له مَالُهُ يَومَ القِيَامَةِ شُجَاعًا أقْرَعَ له زَبِيبَتَانِ يُطَوَّقُهُ يَومَ القِيَامَةِ، ثُمَّ يَأْخُذُ بلِهْزِمَتَيْهِ - يَعْنِي بشِدْقَيْهِ - ثُمَّ يقولُ أنَا مَالُكَ أنَا كَنْزُكَ
"Siapa saja yang Allah berikan harta namun tidak mengeluarkan zakatnya, maka pada hari kiamat hartanya itu akan diubah wujud menjadi seekor ular jantan bertanduk dan memiliki dua taring. Ular itu melilit leher orang tersebut, menggigit kedua rahangnya, dan berkata, "Aku inilah hartamu. Akulah harta simpananmu".
Mungkin untuk memudahkan, banyak orang berzakat di bulan Ramadhan. Sebab, hitungan 1 tahun (haul) disesuaikan dengan bulan hijriah.
Bagi yang berzakat, usahakan maksimal sasaran, bukan hanya tepat sasaran.
Titipkan kepada yang dinilai amanah. Lebih baik lagi jika sekaligus bermanfaat untuk perkembangan dakwah di suatu tempat.
Mungkin dengan zakat, orang yang sebelumnya memusuhi berubah simpati. Yang dulu menentang, semoga menerima dakwah dengan senang.
Akhir Ramadhan 1445 H
http://t.me/anakmudadansalaf
﷽
📢 Busyro Saaroh!! Kabar Gembira!!
🪶 Open Pre Order: Buletin Az Zubad Edisi Bulan Suci Ramadhan
🌱 Alhamdulillah, bulan Ramadhan yang berkah telah masuk 10 hari terakhir. Semoga Allah menjaga keistiqomahan kita semua.
🍃 Pusdiklatmu Media menghadirkan, Buletin bacaan ringan seputar bulan Suci Ramadhan!
🖐🏽 Ada 5 rubrik yang kami ketengahkan ke hadapan pembaca sekalian:
☘️ Rumah Tangga dan Pendidikan Anak
☘️ Akhlak
☘️ Siroh
☘️ Fikih
☘️ Akidah
🛫 Bisa untuk bacaan, teman perjalanan, materi khutbah, buletin jumat, souvenir, dll. Pas di saku depan, sehingga mudah dibawa.
🌼 Menerima wakaf untuk di Masjid dan Ma'had
📲 Info pemesanan hubungi:
https://wa.me/6282325666656
Baarakallaahu fiikum
(260)
Khianat Jangan Balas Khianat!
Ringkasnya seperti ini :
Tragedi Raji' adalah peristiwa menyedihkan di sumber mata air Raji' yang terletak antara Mekkah dengan 'Usfan. Kurang lebih 128 kilometer utara Mekkah.
Bulan Shafar tahun 4 hijriah, satu unit pasukan beranggotakan 10 prajurit muslim diberi tugas oleh Nabi Muhammad ﷺ untuk sebuah misi pengintaian terhadap Quraisy.
Pergerakan itu diketahui oleh kabilah Bani Lihyan yang ingin balas dendam atas kematian seorang tokoh mereka.
10 sahabat tersebut dikepung oleh 100 ahli panah Bani Lihyan. Awalnya, mereka diminta menyerah dengan jaminan tidak akan diapa-apakan.
Namun, komandan unit dan sebagian besar sahabat menolak. Akhirnya mereka dihujani anak panah hingga 7 dari mereka gugur.
3 sahabat yang tersisa kemudian menyerah. Rupanya itu hanya tipuan. Mereka bertiga diikat dengan tali busur orang-orang Bani Lihyan.
Yang satu sempat melawan, namun dibunuh. Sementara 2 lainnya dibawa ke Mekkah untuk dijual sebagai budak. Mereka berdua adalah: Khubaib bin Adi dan Zaid bin Datsinah.
Cerita kita tentang sahabat Khubaib bin Adi.
Dalam Sahih Bukhari (4086), disebutkan bahwa Khubaib dijual di pasar budak Mekkah. Khubaib dibeli oleh anak-anak Al Harits bin Amir bin Naufal. Al Harits, ayah mereka, dibunuh Khubaib dalam perang Badar.
Oleh anak-anak Al Harits, Khubaib akan dieksekusi mati! Maka, Khubaib pun dipenjarakan sambil menunggu waktu eksekusi.
Khubaib sempat meminjam pisau guna bebersih diri untuk mencukur rambut di bagian tertentu. Zainab, putri Al Harits, meminjamkan pisau.
Tanpa disadari Zainab, anak laki-laki nya yang masih kecil bermain ke arah Khubaib. Dan Khubaib pun memangku anak itu.
Melihat hal itu, Zainab terkejut! Anaknya dipangku Khubaib yang sedang memegang pisau tajam.
أتَخْشينَ أنْ أقْتُلَهُ؟ ما كُنْتُ لأفْعَلَ ذَاكِ إنْ شَاءَ اللَّهُ
" Apakah engkau khawatir jika aku akan membunuhnya? Tidak akan mungkin aku melakukannya, insya Allah! ", kata Khubaib.
Zainab berkata, " Tidak pernah aku mengetahui tawanan lebih baik dibandingkan Khubaib"
" Sungguh, aku pernah menyaksikan Khubaib makan anggur, padahal saat itu tidak ada buah-buahan di Mekkah. Sungguh, saat itu ia sedang dirantai dengan besi. Hal itu tidak lain kecuali rezeki yang Allah berikan untuknya", lanjut Zainab.
Pada harinya, Khubaib dibawa ke luar area tanah Suci Mekkah untuk dieksekusi mati. Sebelumnya, Khubaib meminta izin untuk salat 2 rakaat.
" Kalau bukan karena khawatir kalian salah paham menganggap saya takut mati, sungguh aku akan salat lebih banyak lagi", kata Khubaib.
Khubaib, seorang sahabat dari suku Aus, pun gugur. Radhiyallahu 'anhu.
Ada banyak pelajaran dan hikmah dari cerita singkat di atas. Namun, kali ini saya cukupkan dengan satu saja; yaitu khianat jangan dibalas khianat.
Khubaib dan unit pasukannya dikhianati Bani Lihyan dengan dibujuk menyerah dan tidak akan diapa-apakan. Nyatanya, mereka memang berniat untuk membunuh.
Namun, Khubaib tidak membalasnya! Anak kecil dipangku, pisau tajam di tangan, bukankah itu kesempatan untuk melawan dan melarikan diri? Khubaib menjamin tidak akan mengapa-apakan anak kecil itu.
Rasulullah ﷺ berpesan:
ولا تَخُنْ من خانَك
" Janganlah engkau berkhianat, sekalipun kepada orang yang telah berkhianat kepadamu! " HR Abu Dawud no.3534
Sementara, di tempat lain, banyak manusia berhati busuk. Manusia yang berpikir untuk membalas kejelekan dengan kejelekan. Kalau saya dijahati, saya pun bisa berbuat jahat bahkan lebih jahat lagi. Katanya!
Memang sedikit manusia berhati jernih dan bening.
Allahul musta'an...
Di waktu berikutnya, Zainab masuk Islam. Uqbah, putra Al Harits yang mengeksekusi mati Khubaib, juga masuk Islam.
Dan seorang pemuda bernama Said bin Amir Al Jumahi yang turut menyaksikan eksekusi mati Khubaib, juga masuk Islam.
Akhlak, keberanian, keteguhan hati, dan iman yang kokoh, yang ditunjukkan Khubaib menjadi sebab banyak orang masuk Islam.
Semoga kita mampu meneladani beliau.
Mekkah, 22 Ramadhan 1445 H
t.me/anakmudadansalaf
(259)
Tentang Hidup, Jangan Salah Orientasi Arah!
Ringkas dan jelas. Singkat tapi sangat padat! Begitulah ketika membaca ayat 35 surat Al Anbiya.
Bahwa; manusia hidup, tak hanya tentang bagaimana bisa bertahan hidup. Manusia pasti mati dan kembali kepada Allah Ta’ala.
Hidupnya di dunia sejatinya rangkaian ujian. Tidak ada putusnya. Tidak ada hentinya. Ujian barulah berakhir setelah datang mati.
Apa materi ujiannya? Semua yang ia jalani di dunia. Baik maupun buruk, (menurutnya), adalah ujian.
Allah berfirman:
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ ۗ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۖ وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
" Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Dan kamu pasti kembali kepada Kami" (QS Al Anbiya; 35)
Menurut Ibnu Katsir dalam Tafsir, manusia diuji, " Terkadang berbentuk aneka musibah. Di waktu yang lain berwujud bermacam kesenangan".
Siapa yang akan lulus ujian? Ibnu Katsir menerangkan; yaitu orang yang bersyukur tidak kufur dan orang yang bersabar tidak putus asa.
Seringkali ujian dipahami dengan hal-hal yang buruk, susah, menyedihkan, dan tidak sesuai harapan.
Padahal, hal-hal yang baik, menyenangkan, membuat gembira, dan sesuai keinginan, adalah ujian. Dalam bentuk yang lain.
Ibnu Katsir mencontohkan, " Susah senang, sehat sakit, kaya miskin, halal haram, taat maksiat, dan petunjuk tersesat "
وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
" Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan"
Sehat itu ujian. Bisakah ia manfaatkan untuk kebaikan? Bisakah ia merawat dan menjaga kesehatan? Sadarkah ia bahwa kesehatan yang sangat mahal itu adalah semata-mata karunia dari Allah Ta'ala?
Sakit itu ujian. Apakah ia mengerti bahwa; manusia lemah hingga tak boleh sombong? Apakah ia mengerti bahwa masih ada yang sakitnya lebih parah? Sadarkah ia bahwa dengan sakit ia bisa lebih mendekat kepada Allah?
وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
Bodoh itu ujian. Bersabarkah ia untuk rajin belajar? Bersabarkah ia dalam tekun menuntut ilmu? Bersabarkah ia menggali potensi kebaikan yang lain pada dirinya?
Pintar itu ujian. Dengan pintar, apa ia akan takabbur dan tinggi hati? Dengan pintar, apa ia akan merendahkan orang? Dengan pintarnya, apa ia bermalas-malasan?
وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
Kaya pun ujian. Hatinya akan terketuk untuk berbagi? Hatinya senang jika bisa membantu orang lain senang? Apakah ia sadar bahwa apa yang ia "punya" hakikatnya titipan dari Allah?
Miskin itu ujian. Supaya jangan iri! Agar tidak minder! Jangan sampai membenci yang kaya. Jangan berburuk sangka kepada saudaranya yang berpunya. Justru ia semangat mencari peluang kerja yang halal.
وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً
Cantik, buruk rupa. Tampan, wajah jelek. Tinggi pendek badan. Kurus gemuknya. Pandai bicara, susah komunikasi. Atasan, anak buah. Pimpinan, anggota. Rakyat, pejabat.
Semua itu ujian!
Penutup ayat di atas sangatlah tepat!
وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
" Dan pasti kamu kembali kepada Kami "
Untuk mempertanggung-jawabkan hasil-hasil ujian kehidupan!
Agar lulus ujian; pilihlah syukur dan/atau sabar! Maka, jangan salah orientasi arah!
19 Ramadhan 1445
t.me/anakmudadansalaf
(258)
Awali Dari Diri Sendiri
Ditemukan manuskrip lain untuk kitab Risalah Tabukiah dengan judul yang berbeda, yaitu : Zaadul Muhaajir Ilaa Rabbihi ( Bekal Hamba Yang Berhijrah Menuju Tuhannya).
Memang benar, Ibnul Qayyim dalam Risalah Tabukiah secara gamblang menjelaskan konsep dan proses berhijrah, yakni perjalanan hamba untuk kembali kepada Allah. Bukan saja dengan badan, namun bersama hatinya juga.
Membaca Risalah Tabukiah, akan membantu menemukan kedamaian hati.
Di paragraf-paragraf terakhir, sebelum mengakhiri tulisan, Ibnul Qayyim menyatakan :
" Sungguh, keterangan panjang lebar ini, dapat diringkas dengan 3 kalimat saja. Sebagian Salaf mengirimkannya dalam bentuk tulisan kepada sesama mereka"
Ibnul Qayyim melanjutkan, " Andaikan seorang hamba memahatkan (3 kalimat ini) di dinding hatinya, ia selalu baca sebanyak nafasnya, niscaya hal itu terwujud sebagiannya "
" 3 kalimat itu adalah :
1. Barangsiapa memperbaiki keadaannya di saat sendirian, pasti Allah membantunya menjadi baik, ketika di hadapan orang banyak.
2. Barangsiapa menjaga hubungan baik antara dirinya dengan Allah, tentu Allah menolongnya dengan membuat baik hubungannya dengan orang-orang.
3. Barangsiapa beramal untuk kepentingan akhirat, mesti Allah mencukupi keperluan dunia nya ", papar Ibnul Qayyim.
Subhanallah!
Keterangan Ibnul Qayyim di atas sudah lebih dari cukup. Tidak perlu ditambahkan keterangan lagi. Sebab, semua sudah jelas!
Mulailah dari diri sendiri! Baik buruknya kita, sangat tergantung dengan baik buruknya hubungan kita dengan Allah Ta'ala.
Fokuslah untuk memperbaiki diri! Niscaya Allah memberikan kebaikan yang mengalir.
Baarakallahu fiikum
Sabtu 09 Maret 2024
t.me/anakmudadansalaf
(269)
Di Gemba, Dakwah Bergema
Dapur umum ini memang berbeda!
Baru kali ini saya mendapati kegiatan kajian dengan bapak-bapak yang menghandle logistik secara total.
Di halaman bagian belakang kiri masjid, sejak sepekan sebelum acara, sudah dibuat ruang sementara untuk dapur umum.
Bukan hanya pengatapan, dinding-dindingnya pun dibuat tertutup. Bagian atasnya disetting sebagai ventilasi udara.
Ada beberapa tungku untuk memasak menggunakan kayu bakar. Maka, setumpuk kayu bakar dibuat berjejer di salah satu sisi ruangan. Kompor gas juga tetap difungsikan. Bahkan kompor minyak tanah pun masih dipakai karena harganya yang terjangkau.
Berkarung-karung beras, sayur mayur beraneka ragam, plus macam-macam bumbu dapur, ditata rapi. Termasuk tundun-tundun pisang yang dipersiapkan untuk membuat snack camilan.
Meja-meja panjang diatur untuk prosesi memasak dan mempacking hasil masakan.
Uniknya, semua bahan baku memasak adalah sumbangan secara fisik. Bukan sumbangan uang lalu dibelikan! Wajar, karena lokasi kajian berada di desa transmigrasi.
Lebih unik lagi, dari A sampai Z, semua diurusi bapak-bapak. Dari banyak alasan, salah satunya diungkapkan Pak Danur selaku koordinator logistik, " Untuk memberi kesempatan para ibu mengikuti kajian dengan tenang dan nyaman".
Di salah satu kesempatan makan, sajian makan terdistribusikan sebanyak 1.695 paket dengan menggunakan packing plastik mika. Ditambah snack dan minuman panas 2 kali di pagi hari, 2 kali di saat sore, dan 1 kali di setiap break antara 2 sesi kajian.
Semuanya oleh bapak-bapak. Jazaahumullahu khairan.
Ustadz Saiful Bahri, ustadz pemateri dari Cilacap yang diundang menyemangati para panitia di sesi penutupan, " Sebaik-baik orang adalah yang paling banyak manfaatnya untuk orang lain ".
Gemba adalah sebutan lain untuk desa Waimital. Gemba sendiri singkatan dari Gerakan Masyarakat Baru. Sebuah program untuk memberdayakan bidang kemandirian dan ketahanan pangan yang dirintis sejak tahun 1954.
Di desa Waimital, kecamatan Kairatu, pulau Seram Bagian Barat, Gemba menjadi pusat transmigrasi untuk masyarakat Jawa. Maka, nuansa dan suasananya seperti di pedesaan Jawa.
Ada bendungan dengan saluran irigasi yang terbagi rapi. Hamparan sawah terbentang hingga arah pegunungan. Iya, dari 2.000 hektar luasnya, lahan persawahannya 650 hektar, ladang holtikultura nya 500 hektar, dan lahan tidur seluas 450 hektar. 400 hektar sisanya adalah luas pemukiman penduduk.
Alhamdulillah di Gemba, pesantren Salaf dirintis sejak tahun 2000-an. Kini Pesantren As Salafy Gemba mengelola program pendidikan dengan total santri putra dan putri: 116.
Masjidnya diberi nama Al Maghfirah. Ukurannya terbilang luas. 12 m x 29 m dengan separuhnya dibuat tingkat dua. Cukup lapang untuk kegiatan ibadah dan belajar santri-santri.
Dengan suasananya yang tenang, beberapa puluh meter dari tepi pantai, area sawah dan kebun, Pesantren As Salafy Gemba menjadi tempat menimba ilmu yang menarik. Lebih dari 20 santri asal kota Ambon pun ikut belajar di sana.
Untuk saudara-saudaraku Ahlussunnah di Gemba khususnya, dan dimanapun berada secara umum, marilah kita berdoa kepada Allah Ta'ala agar diberi kekuatan istiqamah sampai akhir hayat.
Satu pesan dari Al Imam Al Hasan Al Bashri ( Al Lika'i, 1/57/19 ) :
يا أهل السنة ترفقوا رحمكم الله فإنكم من أقل الناس
" Wahai Ahlussunnah, bersikap kasih sayanglah sesama kalian! Sungguh, kalian jumlahnya sangat kecil di tengah-tengah manusia ".
Iya, gema dakwah Sunnah di Gemba sudah berkumandang. Gaungnya terasa hingga ke banyak tempat. Nyaman dan sejuk berada di antara saudara-saudara di Gemba selama beberapa hari.
Cukup satu hal yang penting untuk dirawat : persaudaraan! Ukhuwwah di antara kita sangatlah mahal. Jangan dikorbankan hanya karena alasan sepele. Semoga Allah Ta'ala meridhai.
06 Mei 2024, Laut Seram.
http://t.me/anakmudadansalaf
(268)
Karena Santri Pantang Berhenti
Menjadi santri adalah rejeki. Sebuah kedudukan mulia yang menawarkan derajat tinggi. Di dunia maupun di akhirat nanti.
Namun, yang dimaksud adalah santri yang benar-benar santri. Bukan santri gadungan, bukan santri lepasan, bukan santri yang badannya di pesantren, jiwanya melayang entah ke mana.
Jadilah santri yang tidak setengah hati. Jadilah santri yang pantang berhenti!
Kenapa pantang berhenti?
Sebab, kehidupan ke depan di dunia ibarat lautan luas. Mampu berenang saja tidak cukup. Mengarunginya harus menggunakan kapal. Nah, ilmu agama adalah kapalnya.
Kehidupan dunia bagaikan hutan liar. Banyak bahayanya. Jangankan malam, siang saja tidak ada cahaya. Saking lebatnya. Ilmu akan membawamu ke jalur yang benar. Tidak tersesat jalan, apalagi masuk jurang.
Kehidupan dunia dimisalkan dengan malam yang pekat gelap gulita. Ilmu menjadi cahaya yang menuntunmu.
Lebih baik bersusahpayah sekarang, daripada engkau menyesal di kemudian.
Al Ashma'i (Thabaqat Syafi'iyyin 1/149) berkata, " Siapa yang tak mampu bertahan sesaat untuk susahnya belajar, pasti selamanya dalam penyesalan karena kebodohan"
Ke depan, persoalan kehidupan semakin berat, terus bertambah, dan komplek sifatnya. Urusan keluarga, pendidikan anak, hidup bermasyarakat, pekerjaan, kesehatan, dan tentunya terkait hukum-hukum ibadah.
Sudah banyak yang menyesal, maka jangan berada di barisan orang yang menyesal!
Kenapa santri pantang berhenti?
Sebab, ilmu yang dicari tidak ada habisnya. Walau bagaimana mempelajari, tetap saja ilmu yang didapatkan hanyalah sedikit.
Jika sepanjang hidup dicari, ilmu tidak akan habis, lalu kenapa berhenti padahal baru beberapa tahun saja?
Seorang anggota suku Abs pernah menemani sahabat Salman Al Farisi (wafat tahun 33 H) dalam satu perjalanan.
Di tepi sungai Dijlah (Tigris. Panjangnya 1.900 km), orang itu minum airnya yang masih jernih dan bening.
" Ayo, minum lagi!", kata Salman.
Jawabnya, " Saya sudah kenyang ".
Salman bertanya, " Menurutmu, apa yang engkau minum tadi apakah akan mengurangi aliran sungai Dijlah? ". " Tentu tidak!", jawabnya.
" Seperti itulah ilmu. Tidak akan ada habisnya. Maka, tuntutlah ilmu yang bermanfaat untukmu! ", kata Salman. ( Az Zuhud, Ibnul Mubarok, 771)
Santri, pantanglah berhenti! Sampai kapan?
Teruslah berjuang sampai engkau pada titik yang disebutkan sahabat Ibnu Umar,
" Seseorang itu belumlah dikatakan berilmu, sampai pada titik dimana ia : tidak lagi ada hasad kepada yang di atasnya, tidak lagi memandang rendah yang di bawahnya, dan tidak mau menukar ilmunya dengan materi" ( Tahdzibul Hilyah 1/218).
(267)
Nafas Dakwah Sunnah di Pulau Timah
Lokasi Pesantren Dhiyaul Qur'an dekat ujung landasan Bandara Internasional Hanandjoeddin. Santri-santri sudah terbiasa pagi petang mendengarkan raungan mesin pesawat yang take off atau landing.
Walau dekat, dan komplek pesantren jelas terlihat dari jendela pesawat saat proses naik atau turunnya, tetap saja dari Pesantren ke Bandara harus mengambil rute memutar.
Belitung sudah ratusan tahun dikenal sebagai penghasil timah. Bersama Pulau Bangka, Belitung menyumbang 90% produksi timah Indonesia. Terbesar kedua di dunia.
Dari udara, kulong-kulong (lubang besar bekas tambah timah) terlihat tersebar tak beraturan. Warna air yang mengairi kulong bermacam-macam. Sayang, cantik dan indahnya Belitung tersayat oleh lukanya sendiri.
Pantai di Belitung memiliki ciri khas tersendiri, yaitu batu-batu granit raksasa yang tersusun indah. Warna lautnya biru bersanding hijau toska. Jernih terlihat dasarnya. Subhanallah!
Dakwah Sunnah di Belitung mulai bergeliat di awal tahun 2000-an. Sejarahnya cukup berliku. Banyak kisah terangkai. Berbagai rasa di hati bercampur aduk. Memang demikian! Harus berpanjang.
Pesantren Dhiyaul Qur'an terletak di Air Seruk Dalam, Buluh Tumbang, Tanjung Pandan. Dahulunya banyak ditumbuhi pohon-pohon karet dan pohon-pohon alami. Setelah berproses sejak tahun 2012, lokasi Dhiyaul Qur'an kini memiliki lahan lebih dari 4 hektar.
Bangunan masjid sudah direnovasi dan diperluas karena jumlah santri dan warga komunitas terus bertambah.
Asrama santri, baik putra maupun putri, pun berkembang. Bahkan saat ini, sedang dibangun komplek pesantren putri di lokasi baru dengan konsep yang lebih lengkap.
Kini, kurang lebih 70 santri putra maupun putri sedang menuntut ilmu di Pesantren Dhiyaul Qur'an. Mayoritas dari Belitung dan Bangka.
Semangat dan tekad belajar mereka patut diapresiasi. Karena, fasilitas yang terbatas dan program yang sedang bertumbuh bukanlah alasan untuk bermalas-malasan.
Rata-rata Ahlussunnah di Belitung adalah masyarakat asli setempat, yakni orang Melayu. Ada juga dari suku Bugis, Jawa, dan lainnya.
Awalnya agak susah memahami setiap kata yang digunakan. Selain beda logat, pengucapan hurufnya ada yang tak biasa didengar. Setelah adaptasi beberapa waktu, bahasa sehari-hari di Belitung malah seolah bersastra dan berindah gaya.
Alhamdulillah dakwah Sunnah telah tersebar. Nafasnya teratur. Di 2 kabupaten, Belitung Timur dan Belitung, kajian-kajian Salaf rutin diselenggarakan. Masjid-masjid umum terbuka untuk menerima.
Pertumbuhan secara jumlah populasi Ahlussunnah pun menggembirakan. Semoga ukhuwwah dan ta'awun yang telah terjalin selama ini dapat dirawat dengan baik. Karena, tantangan dakwah ke depan amat berat.
Alhamdulillah sudah banyak Asatidzah berkunjung ke Belitung. Semarak dakwah semoga bertambah harum.
Ikhwan-ikhwan yang hampir semuanya pernah ikut menambang timah, kini melewati hari-harinya ingin menambang pahala di lahan dakwah.
Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ، فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فاَعِلِهِ
" Siapa yang mengarahkan kepada kebaikan, ia beroleh pahala yang sama dengan orang yang melakukannya " HR Muslim dari sahabat Abu Mas'ud Al Anshari no.1893
Belitung negeri timah
Cantik, elok, dan indah
Semangatlah, wahai Ikhwah
Sabarlah dalam berdakwah
Selasa 23 April 2024
http://t.me/anakmudadansalaf
(265)
Damaimu, Saudara Infak!
Karena tidak memperkenalkan diri, nomernya saya simpan dengan nama : Infak 1.
Dari 25 Maret 2023 hingga 05 April 2024, 21 kali Saudara Infak transfer ke rekening lembaga pendidikan di tempat kami.
Tiap transfer, bukti dikirim sebagai laporan keuangan, disertai kalimat khas, " Assalamualaikum. Maaf mohon ijin, Ustadz ".
Bila dikonversi tiap transfer menjadi 4 zak semen, maka 84 zak semen telah disumbangkan Saudara Infak. Jazaahullahu khairan.
Allah Ta’ala berfirman:
اِنْ تُبْدُوا الصَّدَقٰتِ فَنِعِمَّا هِيَۚ وَاِنْ تُخْفُوْهَا وَتُؤْتُوْهَا الْفُقَرَاۤءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۗ وَيُكَفِّرُ عَنْكُمْ مِّنْ سَيِّاٰتِكُمْ ۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
" Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan" Al Baqarah; 271
Menurut Ibnu Katsir (1/701), " Sedekah dengan sembunyi lebih afdhal daripada secara terbuka. Karena, lebih jauh dari potensi riya'. Kecuali ada maslahat lebih besar jika dilakukan secara terbuka. Misalnya orang-orang akan mengikuti bersedekah. Maka, dalam kasus ini sedekah secara terbuka lebih afdhal...Tapi, hukum asalnya adalah sedekah dengan sembunyi-sembunyi. Berdasarkan ayat ini"
Rasulullah ﷺ menerangkan: pada hari kiamat ada 7 golongan yang memperoleh naungan, di hari tidak ada naungan kecuali naungan dari Allah Ta'ala.
Salah satunya :
وَرَجُلٌ تَصَدَّقَ بِصَدَقَةٍ فَأَخْفَاهَا؛ حَتَّى لَا تَعْلَمَ شِمَالُهُ مَا تُنْفِقُ يَمِينُهُ
" Seseorang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi. Sampai-sampai tangan kirinya pun tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kanannya" HR Bukhari 660 Muslim 1031
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
كُلُّ امْرِئٍ فِي ظِلِّ صَدَقَتِهِ حَتَّى يُفْصَلَ بَيْنَ النَّاسِ»
" Setiap orang akan berada di naungan sedekahnya sampai keputusan manusia selesai”. Dari sahabat Uqbah bin Amir dan disahihkan Al Albani (Shahihul Jami',4510)
Terkait hadis ini, Al Utsaimin (Syarah Bulughul Maram) bercerita tentang seseorang yang dulunya kikir. Ia tidak mengizinkan istrinya bersedekah.
Suatu saat ia bermimpi seolah-olah dirinya di hari kiamat. Seakan-akan matahari sangat dekat dengan manusia. Sangat panas dan payah.
Datanglah sesuatu seperti selembar kain yang memayungi. Namun, ada 3 lubang di kain itu sehingga panas matahari tembus.
Ia melihat seperti 3 butir kurma datang menutup 3 lubang tersebut.
Ia bangun tidur dan sangat membekas mimpi itu.Ia menceritakannya kepada istri.
Kata istrinya, " Mimpimu itu benar. Pernah ada orang miskin datang, kemudian saya kasih dia baju. Datang lagi orang miskin lain, saya beri dia 3 butir kurma "
Subhanallah! Baju itu menjadi kain, 3 butir kurma yang menambal 3 lubang di kain.
Kata Al Utsaimin, " Hadis ini menguatkan kebenaran mimpi tersebut. Sekaligus sebagai dalil keutamaan sedekah"
Orang yang bersedekah dalam diam, berinfak pada sunyi, berbagi secara sembunyi-sembunyi, tentu akan bahagia dan damai.
Al Hafiz dalam Fathul Bari (Hadis 1375), " Seorang dermawan, sekadar berencana untuk sedekah saja sudah lapang dadanya, jiwanya bahagia, sehingga plong saat berinfak. Adapun orang kikir, hanya terpikir sedekah saja, jiwanya langsung berat, dadanya sempit, dan kedua tangannya terbelenggu"
Al Utsaimin ( Syarah Zaadul Mustaqni' bab Sadaqah Tathawwu') mengatakan sedekah itu, " Sebab lapangnya dada. Coba dan engkau pasti merasakan tenang! Sungguh, orang-orang dermawan bisa merasakan kedamaian ketika berinfak dan bersedekah "
Al Utsaimin (Fadhailus Shadaqah 1/76) berkata, " Ketika orang berbagi, apalagi harta, ia pasti merasakan kedamaian pada dirinya. Ini terbukti nyata! Namun, tidak akan merasakannya kecuali orang yang berbagi dengan tulus dan ikhlas. Ia mengeluarkan harta itu dari hatinya sebelum dengan tangannya. Adapun orang yang mengeluarkan harta hanya dengan tangan, sementara masih tersisa rasa memiliki di hatinya, tidak akan ia merasakan manfaat"
27 Ramadhan 1445 H
http://t.me/anakmudadansalaf
(264)
Sudahkah Anda Berwakaf?
Tulisannya jelas dari kejauhan. Bahkan, di 4 lokasi berbeda. Termasuk dalam bentuk running teks di jam besar berdiameter 40 meter.
Iya, di Zam-zam Tower depan Masjidil Harom, ada tulisan berbahasa Arab: Waqf Al Malik Abdul Aziz Lil Haramain As-Syarafain. Artinya: wakaf dari raja Abdul Aziz untuk dua Tanah Suci.
Mengutip website resminya; Tower Zam-zam terdiri dari 7 gedung. Dibangun di atas lahan seluas 150 hektare (1,5 juta meter persegi).
7 tower itu digunakan sebagai hotel-hotel berdaya-tampung 65.000 orang. Selain itu, ada pusat perbelanjaan dan rumah-rumah makan. Tentu fasilitas musholla, kamar mandi, eskalator, lift, dan lain-lain terbilang lengkap.
Tower Zam-zam bermula dari niatan Raja Abdul Aziz sebagai raja pertama kerajaan Arab Saudi periode ke- III, untuk memberikan pelayanan terbaik bagi jamaah haji dan umroh.
Raja Fahd, putranya, mewakafkan beberapa tanah di kawasan Ajyad sekaligus dibangun mega proyek Tower Zam-zam. Tanah dan bangunan diwakafkan atas nama sang ayah, yaitu Raja Abdul Aziz.
Raja Fahd wafat. Adiknya, Raja Abdullah, lah yang meletakkan batu pertama mega proyek itu pada November 2004. 7 tahun kemudian, Tower Zam-zam beroperasi.
Catatannya adalah: hasil sewa hotel, perbelanjaan, rumah makan, dan lain-lain, digunakan untuk operasional Masjidil Harom dan Masjid Nabawi.
Wakaf dari para raja Saudi! Semua yang haji dan umroh turut merasakan hasilnya.
Subhanallah! Pahala mengalir terus menerus dari wakaf.
Hampir 1.000 tahun lalu, ada seorang raja yang senang sedekah dan berwakaf. Namanya Nuruddin Zanki.
Adz Dzahabi dalam Siyar A'lam memuji :
" Nuruddin mengibarkan bendera keadilan dan jihad. Sangat jarang mata menyaksikan seperti beliau "
" Di Aleppo, Nuruddin menghidupkan Sunnah dan memerangi Rafidhah "
" Tulisan tangannya indah, senang membaca, selalu salat berjamaah, rajin puasa, membaca Al Qur’an, berdzikir, hati-hati dalam makanan, menjauhi sikap sombong, dan meneladani para ulama dan orang-orang saleh "
Menurut Ibnul Jauzi, " Nuruddin telah berhasil merebut 150 lebih kota dan benteng dari orang-orang kafir "
Raja Nuruddin terkenal dermawan. Senang berwakaf. Beliau banyak membangun madrasah, masjid, pasar, pagar kota, sumur, jembatan, dan banyak lainnya.
Raja Nuruddin juga banyak menyumbang kitab-kitab berharga untuk kaum muslimin.
Termasuk yang dibangun Nuruddin adalah Darul 'Adl ( Rumah Keadilan). Dalam satu pekan, beliau menerima tamu siapa saja selama 4 hari. Pengawal dan penjaga ditiadakan pada 4 hari itu agar rakyat leluasa bertemu.
Kata Al Imad dalam Al Barq, " Pada tahun wafatnya, Nuruddin semakin memperbanyak kebaikan, wakaf, dan memakmurkan masjid "
Sungguh beruntung! Hamba yang benar-benar cerdas. Hamba yang memilih amal kebaikan dengan sifat jariyah. Satu kali berbuat, namun pahalanya terus mengalir. Investasi luar biasa!
Rasulullah ﷺ bersabda:
سبعٌ يجري للعبدِ أجرُهنَّ وهو في قبرِه بعد موتِه : من علَّم علمًا ، أو كرى نهرًا ، أو حفر بئرًا ، أو غرس نخلًا ، أو بنى مسجدًا ، أو ورَّثَ مصحفًا ، أو ترك ولدًا يستغفرُ له بعد موتِه
" Tujuh perkara. Pahalanya akan terus mengalir untuk hamba walau ia sudah meninggal, di dalam kuburnya. Orang yang mengajarkan ilmu, menggali aliran air, membuat sumur, menanam pohon kurma, membangun masjid, menyumbang mushaf Al Qur'an, dan meninggalkan anak keturunan yang memohonkan ampunan setelah meninggalnya " HR Al Bazzar dan yang lain dari Anas bin Malik. Dihasankan Al Albani dalam Sahih Targhib.
Perlu diingat bahwa berwakaf tak hanya bisa dilakukan oleh orang yang berharta.
Banyak orang kaya tetapi tidak terketuk hatinya untuk berwakaf.
Sementara di sana, ada hamba-hamba yang berwakaf semampunya. Berwakaf 1 meter persegi tanah, 1 zak semen, 1 meter keramik, 1 unit kipas angin, 1 mushaf Al Qur'an, atau hal "kecil" lainnya.
Sebab, berwakaf bukan ditentukan oleh banyak tidaknya harta. Berwakaf itu amalan hamba yang ikhlas, walau sedikit saja. Sebab dia yakin, di sisi Allah yang sedikit pun bernilai lipat ganda.
Sudahkah Anda berwakaf?
Mekkah, 26 Ramadhan 1445 H
http://t.me/anakmudadansalaf
(263)
Susahmu Karena Mendongakkan Wajahmu
Menurut KBBI, mendongakkan artinya mengangkat ujung meriam, wajah, dan sebagainya sedikit ke atas dan ke muka.
Maksud mendongakkan wajah dalam artikel adalah : melihat kepada yang lebih dalam hal duniawi, lalu membandingkan dengan dirinya. Akhirnya, ia merasa kurang, tidak puas, bahkan muncul iri dan benci.
Baginya: rumput tetangga lebih hijau dan sawang sinawang.
Rasulullah ﷺ bersabda :
إذا نَظَرَ أحَدُكُمْ إلى مَن فُضِّلَ عليه في المالِ والخَلْقِ، فَلْيَنْظُرْ إلى مَن هو أسْفَلَ منه.
" Jika kalian melihat seseorang yang punya kelebihan dalam hal harta dan fisik, maka hendaknya ia melihat kepada yang di bawahnya! " HR Bukhari 6490 Muslim 2963 dari Abu Hurairah.
Dalam riwayat lain, " Lihatlah kepada orang yang ada di bawahmu, jangan melihat yang di atasmu! Sungguh, hal itu akan membantumu tidak meremehkan nikmat Allah kepadamu"
Sibuk memperhatikan orang kaya. Dikira kaya pasti bahagia. Padahal kekayaannya malah menimbulkan masalah keluarga.
Suka melamun kalau saja dirinya bisa terkenal. Disangka terkenal pasti tenang hidupnya. Padahal terkenal malah susah. Semuanya disoroti dan dibahas orang.
Berandai-andai jika wajahnya tampan/cantik. Padahal orang tampan/cantik selalu takut jika cacat atau berkurang.
Bermimpi punya jabatan tinggi. Padahal yang tinggi jabatannya hidupnya sering terasa sempit, karena aktivitasnya terbatas dan serba diatur.
Menghabiskan waktu membicarakan tetangga yang rumahnya luas, sawahnya banyak, dan garasi yang penuh kendaraan. Padahal yang punya justru pusing dengan pajak, biaya perawatan, dan bagaimana cara mengelolanya.
Di dalam Al Qur'an, 2 kali disebutkan larangan memperhatikan orang-orang yang hidup bergelimang duniawi. Surat Al Hijr 88 dan Thaha 131.
لا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهمْ وَلَا تَحْزَنْ عَلَيْهِمْ وَٱخْفِضْ جَنَاحَكَ لِلْمُؤْمِنِينَ
"Janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada kenikmatan hidup yang telah Kami berikan kepada beberapa golongan di antara mereka, dan janganlah kamu bersedih hati terhadap mereka dan berendah dirilah kamu terhadap orang-orang yang beriman" (Al Hijr 88)
وَلَا تَمُدَّنَّ عَيْنَيْكَ إِلَىٰ مَا مَتَّعْنَا بِهِۦٓ أَزْوَٰجًا مِّنْهُمْ زَهْرَةَ ٱلْحَيَوٰةِ ٱلدُّنْيَا لِنَفْتِنَهُمْ فِيهِ ۚ وَرِزْقُ رَبكَ خَيْرٌ وَأَبْقَىٰ
" Dan janganlah kamu tujukan kedua matamu kepada apa yang telah Kami berikan kepada golongan-golongan dari mereka, sebagai bunga kehidupan dunia untuk Kami cobai mereka di sini. Dan karunia Tuhan kamu lebih baik dan lebih kekal" (QS Thaha;131)
Menurut As Sa'dii, jangan sampai kita terpesona dengan orang-orang yang bersenang-senang dalam duniawi, "Aneka makanan, macam-macam minuman lezat, pakaian mewah, rumah penuh aksesori, dan wanita berhias. Sungguh, semua itu sebatas hiasan kehidupan dunia saja...dan semuanya akan hilang dalam sekejap, berlalu seluruhnya, bahkan membunuh para pecinta dan ambisiusnya. Setelah itu barulah mereka menyesal di saat sesal tidak lagi berguna "
Media sosial dengan berbagai macamnya telah menjadi ujian keimanan. Kita disuguhi banyak konten yang membangkitkan hasrat duniawi.
Vidio-vidio pendek membawa pesan sponsor dan iklan. Iming-iming murah, bonus, gratis ongkir, katanya viral, sampai dikesankan; jika tidak mengikuti trend adalah aib.
Akhirnya, tumbuh keinginan meniru figur terkenal, artis, youtuber, facebooker, selebgram, dan status semisal.
Setelah itu? Agama ditinggalkan. Al Qur'an dilupakan. Thalabul ilmi tidak dianggap penting lagi. Pesantren dianggap penjara.
Yang ia pikir, yang ia cari, adalah bagaimana bisa seperti orang-orang yang dilihat di medsos itu. Ia salah dan tersesat jalan jika mengira ada bahagia di sana.
Bahagia itu ketika engkau dekat dengan Allah Ta'ala. Saat engkau membaca Al Qur'an. Pada waktu engkau sadar bahwa di sana masih banyak orang yang lebih susah darimu.
25 Ramadhan 1445
http://t.me/anakmudadansalaf
(262)
Ketika Tak Ada Lagi Tempat Berlari
Maju kena, mundur kena. Ke kanan buntu, kiri sama buntu. Ke atas susah, ke bawah terlalu beresiko. Mau kemana lagi?
Manusia seringkali dihadapkan pada masa-masa sulit. Ketika ia tidak mampu mengambil keputusan. Bingung dan benar-benar bingung.
Usaha sudah. Second opinion sudah. Beberapa alternatif dicoba. Banyak opsi dilalui. Hasilnya? Mentok. Terkadang hanya bisa menangis.
Tentang anak, rumah tangga, penyakit, pekerjaan, utang piutang, bertetangga, musuh, keinginan menikah, dan masih banyak lagi problematika kehidupan.
Seorang muslim harus yakin bahwa dia punya Allah yang maha kuasa!
Prinsipnya:
كَلَّاۗ اِنَّ مَعِيَ رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ
“Sekali-kali tidak!; Sungguh Tuhanku selalu bersamaku. Dia pasti memberi petunjuk kepadaku.” As-Syu'ara; 62
Ayat ini termasuk bagian kisah Nabi Musa dan Bani Israil yang sedang dikejar Fir'aun beserta bala tentaranya.
Ibnu Katsir dalam Qashashul Anbiya (409-410) merangkai kisah Nabi Musa dengan runut dan runtut.
Di saat matahari pagi mulai naik, Fir'aun beserta pasukannya berhasil menyusul. Kedua pihak sudah bisa saling melihat secara jelas. Di depan ada laut, di kanan kiri ada gunung-gunung tinggi, dari arah belakang ada Fir'aun.
Mereka sangat ketakutan dan trauma akan kekejaman Fir'aun.
Ketika mereka mengadu, " Sungguh! Kita akan segera disusul". Nabi Musa dengan tenang dan yakin mengatakan, " Sekali-kali tidak! (Tidak mungkin kita disusul). Sungguh, Tuhanku selalu bersamaku. Dia pasti memberi petunjuk kepadaku".
Saat Fir'aun dan pasukannya hampir sampai, Nabi Musa diperintah untuk memukul laut dengan tongkatnya.
Laut pun terbelah menjadi 12 jalur sesuai jumlah 12 kabilah bani Israil.
Setelah mereka lolos dengan menyeberang ke daratan sebelah, Fir'aun yang masih berada di tengah-tengah laut akhirnya tenggelam. Karena laut kembali seperti semula.
كَلَّاۗ اِنَّ مَعِيَ رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ
Jangan kepada manusia engkau mengadu! Karena hanya kecewa yang engkau dapat. Bagaimana engkau mengadu kepada sesama makhluk yang juga lemah?
Mintalah kepada Allah, karena engkau tidak akan kecewa! Berharaplah hanya kepada Allah, sebab engkau akan diberi; lebih baik dari apa yang engkau harap!
Yakinlah bahwa Allah selalu bersamamu! Selalu memberi jalan keluar untukmu.
كَلَّاۗ اِنَّ مَعِيَ رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ
Namun, apa langkah yang harus ditempuh agar Allah selalu bersamamu?
Allah berfirman :
إِنَّ اللَّهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوا وَّالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ
" Sungguh! Allah selalu bersama orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan " QS As-Syu'ara; 128
Ketika ada masalah, dan engkau hampir putus asa, akan menyerah, maka :
Pertama : Bertakwalah kepada Allah dengan meningkatkan ibadah. Bukan malah menjauh dari- Nya.
Kedua : Berbuat baik lah kepada manusia dengan sebisa-bisanya. Dengan berinfak dan sedekah, misalnya.
Semoga Allah Ta'ala memudahkan semua urusan kita dan memberikan jalan keluar terbaik.
كَلَّاۗ اِنَّ مَعِيَ رَبِّيْ سَيَهْدِيْنِ
Mekkah, 24 Ramadhan 1445 H
t.me/anakmudadansalaf
(261)
Said bin Amir Al Jumahi : Pemuda Luar Biasa
Ibnul Atsir ( Usudul Ghabah 2/241) meriwayatkan tentang Khalifah Umar bin Khattab yang pernah memanggil Said bin Amir Al Jumahi, gubernur Homs/Emessa.
" Apakah engkau memiliki riwayat gangguan jiwa? ", tanya Umar.
Said menjawab, " Tidak ada ".
Umar melanjutkan, " Lalu, kenapa saya mendapat laporan bahwa engkau seringkali pingsan? "
" Saya ikut menyaksikan peristiwa pensaliban Khubaib bin Adi ", jelas Said. " Khubaib mendoakan kejelekan untuk Quraisy, padahal saat itu saya ada di tengah-tengah mereka. Setiap kali teringat peristiwa itu, saya langsung lemas bahkan sampai jatuh pingsan ".
Mendengar jawaban Said, Umar memintanya untuk tetap melanjutkan tugas sebagai gubernur. Walaupun, ada riwayat yang menyebutkan jika Said memohon untuk dilepaskan jabatannya.
Iya! Peristiwa Khubaib yang disalib menyisakan banyak cerita dan hikmah.
Setelah ditangkap, Khubaib dibawa ke daerah Tan'im yang berada di luar tanah Suci untuk dieksekusi mati. Menurut Ibnu Hisyam, eksekusi itu dilakukan menunggu berakhirnya bulan-bulan suci.
Apa yang dialami Khubaib disaksikan banyak orang, karena ada undangan terbuka untuk penduduk Mekkah dan sekitarnya.
Maka, sikap teguh dan ketenangan Khubaib sangat membekas!
Bagaimana tidak? Sebelum dieksekusi mati, Khubaib sempat melaksanakan salat 2 rakaat secara sempurna.
Shalat yang terdiri dari gerakan-gerakan indah dan elok. Sikap Khubaib yang begitu tenang dan elegan, sangatlah bertolak belakang dengan keumuman orang yang sedang menghadapi kematian.
Menghadapi tiang salib, Khubaib bergembira, bahkan 2 bait syair diucapkan :
وَلَسْتُ أُبَالِي حِينَ أُقْتَلُ مُسْلِمًا
علَى أيِّ شِقٍّ كانَ لِلَّهِ مَصْرَعِي
وَذلكَ في ذَاتِ الإلَهِ وإنْ يَشَأْ
يُبَارِكْ علَى أوْصَالِ شِلْوٍ مُمَزَّعِ
Aku tak peduli dibunuh asalkan sebagai muslim
Di belahan tubuhku yang mana aku dibunuh, asalkan di jalan Allah
Semua itu karena dzat Allah, yang jika Dia kehendaki
Dia akan memberkati bagian tubuhku yang dicabik-cabik
Said bin Amir menyaksikan dalamnya cinta Khubaib kepada Rasulullah ﷺ. Cinta macam mana yang luar biasa itu?
Khubaib ditanya, relakah jika Nabi Muhammad ﷺ menggantikan posisinya di tiang salib?
" Demi Allah, saya tidak rela Muhammad tercucuk duri di tempatnya, sementara saya duduk santai bersama keluargaku", jawabnya.
Kemudian Khubaib disiksa terlebih dahulu secara beramai-ramai, sampai tombak Uqbah bin Al Harits yang membunuhnya.
Ibnu Ishaq meriwayatkan ucapan Uqbah setelah masuk Islam, " Demi Allah! Bukan saya yang membunuh Khubaib. Saya terlalu kecil untuk melakukannya. Hanya saja Abu Maisarah Al 'Abdari menggenggamkan tombak di tanganku, menuntunku untuk menusuknya lalu membunuhnya"
Peristiwa yang mengharukan!
Said bin Amir yang saat itu berusia 24 tahun tidak bisa melupakannya. Pemuda dari kabilah Jumah itu akhirnya masuk Islam dan berhijrah ke Madinah.
Said dipercaya oleh Nabi Muhammad ﷺ, khalifah Abu Bakar, dan khalifah Umar sebagai salah satu komandan perang.
Di masa Umar, Said ditunjuk menjadi gubernur Homs. Sampai Said wafat di usia yang masih muda, usia 40 tahun pada 20 hijriah.
Ibnu Hajar Al Asqalani mengatakan, " Said termasuk tokoh dan terhormat di kalangan sahabat. Ibunya bernama Arwa bintu Abi Mu'aith Al Umawiah Al Qurasyiah. Said masuk Islam sebelum perang Khaibar. Beliau hijrah dan mengikuti perang Khaibar dan perang-perang selanjutnya. Umar mengangkat beliau sebagai gubernur Homs. Said terkenal dengan banyak berbuat baik dan kezuhudan"
Kisah Khubaib yang tegar dan sabar menjadi inspirasi bagi Said untuk masuk Islam.
Oleh sebab itu, jangan berkecil hati untuk berbuat baik. Menghadapi kesulitan, hadapilah dengan tenang! Ingatlah Allah di masa-masa yang sulit.
Bisa jadi hal itu menjadi sebab hidayah untuk orang lain.
23 Ramadhan 1445 H
t.me/anakmudadansalaf
﷽
📢 Alhamdulillah, hadir lagi Buletin Saku Az Zubad edisi Ramadhan. Dengan Judul yang Baru.
🪶 Open Pre Order: Buletin Az Zubad Edisi Bulan Suci Ramadhan
🌱 Alhamdulillah, mendekati bulan Ramadhan yang ber berkah marilah kita memperbanyak ibadah di dalamnya.
🍃 Pusdiklatmu Media menghadirkan, Buletin bacaan ringan seputar bulan Suci Ramadhan!
🖐🏽 Ada 5 rubrik yang kami ketengahkan ke hadapan pembaca sekalian:
☘️ Rumah Tangga (Berkah Puasa Untuk Keluarga)
☘️ Akhlak (Puasa Sia-Sia Bila Lisan Tak Dijaga)
☘️ Siroh (Perang Badar II)
☘️ Fikih (Salat Tarawih)
☘️ Akidah (Rezeki dan Ramadhan)
🛫 Bisa untuk bacaan, teman perjalanan, materi khutbah, buletin jumat, souvenir, dll. Pas di saku depan, sehingga mudah dibawa.
🌼 Menerima wakaf untuk di Masjid dan Ma'had
📲 Info pemesanan hubungi:
https://wa.me/6282325666656
Baarakallaahu fiikum
﷽
📢 Busyro Saaroh!! Kabar Gembira!!
🪶 Open Pre Order: Buletin Az Zubad Edisi Bulan Suci Ramadhan
🌱 Alhamdulillah, mendekati bulan Ramadhan yang ber berkah marilah kita memperbanyak ibadah di dalamnya.
🍃 Pusdiklatmu Media menghadirkan, Buletin bacaan ringan seputar bulan Suci Ramadhan!
🖐🏽 Ada 5 rubrik yang kami ketengahkan ke hadapan pembaca sekalian:
☘️ Rumah Tangga dan Pendidikan Anak
☘️ Akhlak
☘️ Siroh
☘️ Fikih
☘️ Akidah
🛫 Bisa untuk bacaan, teman perjalanan, materi khutbah, buletin jumat, souvenir, dll. Pas di saku depan, sehingga mudah dibawa.
🌼 Menerima wakaf untuk di Masjid dan Ma'had
📲 Info pemesanan hubungi:
https://wa.me/6282325666656
Baarakallaahu fiikum
(257)
Surat Sepucuk dari Tabuk
Sebagai gerbang jazirah Arab di sisi utara, Tabuk berjarak 700 km dari kota Madinah. Lalulintas jazirah Arab dan wilayah Syam dihubungkan –salah satunya- oleh Tabuk.
9 hijriah, Tabuk menjadi tujuan ekspedisi militer yang dipimpin oleh Rasulullah ﷺ untuk merespon gerakan kekaisaran Romawi.
Muhammad bin Abi Bakr bin Ayyub, lebih dikenal dengan sebutan Ibnul Qayyim. Lahir tahun 691 H dan wafat tahun 751 H. Seorang ulama terkemuka dan sangat dihormati. Karya-karya beliau menghiasai literasi umat. Ibnul Qayyim menetap di Damaskus.
Tahun 733 H, usia ke-42, dalam perjalanan pulang dari haji, Ibnul Qayyim singgah di Tabuk. Sepucuk surat beliau tulis untuk kawan seperjuangan dalam thalabul ilmi yang tersebar di wilayah Syam.
Surat tersebut dikenal dengan nama Risalah Tabukiah.
Setelah mukaddimah singkat, Ibnul Qayyim memulai suratnya dengan ayat ke-2 surat Al Maidah ;
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ
“ Dan tolong-menolonglah kalian semua dalam kebaikan dan ketakwaan. Dan jangan malah tolong-menolong dalam berbuat dosa dan saling membenci. Bertakwalah kalian semua kepada Allah.Sungguh, Allah sangat pedih siksa- Nya “
Ada kandungan ayat ini?
Ibnul Qayyim mengingatkan bahwa ujung akhir dari perjalanan seorang hamba adalah kembali kepada Allah Ta’ala. Tidak ada pilihan lain! Mau tidak mau, suka atau benci, semua orang akan mempertanggung-jawabkan perbuatannya. Tidak mungkin dihindari.
Agar tiba di hadapan Allah sebagai hamba yang diridhai, ia harus memiliki bekal dan mempersiapkan segala sesuatunya untuk menempuh perjalanan panjang itu.
Jalan yang ia tempuh pun haruslah jalan yang dipilih dan dilalui oleh orang-orang yang diberi karunia oleh Allah, yaitu para nabi, kaum shiddiqin, para syuhada, dan orang-orang saleh.
Selain itu, untuk menempuh perjalanan yang berat tersebut, seorang hamba tidak mungkin sendirian. Ia harus bersama-sama dengan yang lain.
Dan bukan hanya sebatas bersama-sama. Namun, kebersamaan itu mesti dibangun di atas prinsip saling tolong-menolong, saling support, dan saling menguatkan.
Nah, Ibnul Qayyim membawakan ayat ke-2 Al Maidah di atas untuk menafsirkan dan menjelaskan tentang urgentnya at ta’awun.
Maka, siapapun yang berbicara mengenai at ta’awun, Risalah Tabukiah jangan sampai dilewatkan!
Mengenai ayat di atas, Ibnul Qayyim berkata, “ Ayat ini mencakup semua kemaslahatan hamba, baik untuk dunia maupun akhiratnya, untuk hubungan sesama hamba, maupun hubungannya dengan Rabb- nya. Sebab, seorang hamba tidak mungkin terlepas dari dua kewajiban; kewajibannya sebagai hamba kepada Allah, dan kewajibannya sebagai sesama hamba “
Ibnul Qayyim menerangkan 2 bentuk hijrah.
Pertama; hijrah dengan badan dari satu tempat ke tempat yang lain.
Kedua; hijrah dengan hati menuju Allah dan rasul- Nya.
“ Inilah hijrah yang sesungguhnya! Hijrah yang asli. Adapun hijrah dengan badan, sebatas penyerta saja”, tegas beliau.
Melalui Risalah Tabukiah, Ibnul Qayyim menerangkan tentang ; hakikat kebaikan dan takwa, ilmu yang bermanfaat, keharusan menunaikan hak Allah dan hak hamba, berhijrah kepada Allah dan rasul- Nya, makna cinta kepada Rasulullah ﷺ, keharusan berpegangteguh dengan Al Qur’an dan As Sunnah dengan pemahaman Salafus Salih, serta jalan bahagia dan jalan celaka.
Inti dari Risalah Tabukiah adalah penjelasan Ibnul Qayyim mengenai safar (perjalanan hamba) untuk kembali kepada Allah, termasuk tentang; bekal perjalanan, jalan yang ditempuh, kendaraan yang digunakan, dan teman perjalanan.
Surat sepucuk dari Tabuk ditutup dengan nasihat tentang pentingnya membaca dan mentadabburi ayat-ayat Al Qur’an.
“ Siapa yang mempelajari tulisan ini, melalui beberapa halaman, tentu akan memahami bagaimana cara untuk mewujudkan ta’awun ‘alal birri wat taqwa dan perjalanan hijrah untuk kembali kepada Allah dan rasul- Nya “, pungkas Ibnul Qayyim.
Risalah Tabukiah ibarat buku saku perjalanan ke akhirat.
Lendah, 04 Maret 2024
t.me/anakmudadansalaf