Manusia yang tidak ikhlas,
yang berbuat karena manusia,
adalah manusia yang hidupnya paling merugi.
Mereka haus akan validasi,
Padahal,
Seringkali tiada yang peduli…
Melipatgandakan 3.2 Juta Kebaikan
--------
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Siapa yang membaca satu huruf dari Al Quran maka baginya satu kebaikan dengan bacaan tersebut, satu kebaikan dilipatkan menjadi 10 kebaikan semisalnya dan aku tidak mengatakan الم satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Miim satu huruf.”
(HR. Tirmidzi , Shohih)
Mujahid dalam tafsir Ibnu Katsir mengatakan bahwa ada 321.180 huruf dalam Al Quran.
Apabila 321.180 huruf ini dikalikan 10 kebaikan, maka minimal kebaikan yang akan diperoleh seseorang yang mengkhatamkan Al Quran adalah 3.211.180 kebaikan. Bahkan jumlah ini bisa berlipat ganda jika dilakukan di bulan Ramadhan.
Targetkanlah pada diri kita, minimal kita harus khatam Al Quran 1 kali di bulan Ramadhan sekarang demi tercapainya kebaikan yang banyak tersebut.
Semoga Allah memudahkan langkah kita di atas kebaikan.
Mereka yang pernah merasakan kesenangan dalam kemaksiatan, kemudian merasakan pula kelezatan di atas ketaatan.
Pasti akan memilih agar bisa terus istiqomah dalam ketaatan.
Karena sesungguhnya tiada kebahagiaan dan ketenangan hidup kecuali di atas ketaatan.
Namun sayang, hawa nafsu seringkali membutakan.
“Istirahatkanlah kami dengan sholat”,
ucap Nabi kepada Bilal.
Ya, bagi Nabi kita, sholat itu merupakan pelepas lelah untuk beristirahat dari kepenatan dunia.
Sholat merupakan pelepas diri dari kekacauan, kecaruk marukan pikiran, kegalauan serta kegundahan.
Sholat akan memberikan ketenangan bila dilakukan dengan benar, dengan ikhlas dan sesuai tuntunan.
Bahkan dalam hadits lain disebutkan bahwasanya bila Nabi menghadapi masalah, beliau bersegera melakukan sholat.
Jadi saudaraku,
Apabila suatu ketika kita mengalami segala kepenatan dunia, dan kita merasa sholat kita tidak memberikan pengaruh sebagaimana yang Nabi rasakan, maka coba koreksi diri dan sholat kita.
Sudahkah sholat kita benar, sudahkah diri kita berusaha bertakwa, memenuhi hak Allah dan hak-hak manusia?
Janganlah kita mencari cara dan metode lain demi mendapatkan ketenangan dari pikiran kita yang kacau.
Karena sesungguhnya syariat Islam itu sudah sempurna, dan sebaik-baik petunjuk serta jalan hidup adalah apa yang telah Nabi kita ajarkan.
Nasehat indah dari sahabat Nabi, di antara alasannya adalah karena meneladani orang yang masih hidup dapat mengantarkan kepada fanatik buta jika berlebihan. Tidak mau dan tidak bisa menerima jika yang diteladaninya itu jelas-jelas salah.
Wallahu a’lam…
Ketika suatu saat engkau salah naik kereta, segeralah turun di stasiun pemberhentian terdekat.
Bukan malah terus berada di kereta, terpesona oleh interior di dalamnya, merasa nyaman dengan tempat duduknya.
Karena semakin jauh engkau turun, akan semakin besar biaya, effort dan waktu yang kau butuhkan untuk kembali ke tujuan yang benar.
Atau parahnya engkau malah berpikiran untuk mengubah tujuan.
Akan tetapi,
tulisan ini bukan tentang kereta…
Salah satu ujian terberat bagi seorang hamba itu adalah ujian yang menimpa hati.
Ujian berupa rasa sedih, sakit hati, kecewa, gundah gulana dan lainnya.
Lihatlah Nabi kita,
anak-anaknya meninggal semua saat beliau hidup kecuali satu.
Beliau melihat semua anaknya meninggal di depan matanya, belum lagi ditinggal paman tercinta, istri tercinta.
Ujian beliau adalah ujian dalam bentuk ujian hati, yaitu ujian kesedihan.
Dengannya Allah menguji kekuatan hati dan kesabaran.
Oleh karenanya saudaraku,
Bila ujianmu seringkali berupa ujian hati.
Berbaik sangkalah, Allah hendak memberikanmu pahala yang besar dan kedudukan yang tinggi, menghapuskan dosa dan kesalahanmu yang tak bisa terhapus kecuali dengan ujian hati tersebut.
Kita ini bukan siapa-siapa, manusia akan segera melupakan keberadaan kita setelah kita tiada.
Hanya orang-orang yang mencintai kita yang mungkin masih ingat mendoakan kita.
Selainnya, mereka hidup seperti biasa seakan tak terjadi apa-apa.
Oleh karenanya, persiapkan teman terbaik nanti saat kesendirian di alam kubur, menunggu entah berapa lamanya.
Perbanyak amal jariyah, agar pahala terus mengalir sekalipun untuk melakukan amal sholeh kita tak lagi kuasa.
Mumpung masih di dunia, saat raga masih bersatu dengan jiwa.
Duhai Tuhan kami, jangan lupakan kami di saat manusia telah melakukannya…
Sebagian kaum muslimin karena ketidak tahuan mereka, banyak di antara mereka yang melakukan amalan-amalan ibadah yang sebetulnya tidak pernah dituntunkan oleh Nabi.
Mereka begitu bersemangat melakukan amalan tersebut namun lemah bahkan meninggalkan amalan-amalan yang sudah valid tuntunannya dari Nabi.
Para Ulama menjelaskan bahwa yang demikian ini terjadi karena jauhnya mereka dari ilmu agama yang benar ditambah dengan bisikan waswas setan,
“Yang penting ‘kan baik..”
Semoga Allah memberikan hidayah ilmu agama yang benar yang shohih berasal dari Nabi kepada kita semua.
Ternyata Kita Sendirilah Penyebab Tertutupnya Pintu Nasehat Itu…
—————
Suatu waktu kami pernah mengingatkan seorang teman ketika keluar rumah,
“Sudah baca doa keluar rumah belum..?”, kurang lebih begitu kata kami.
Beliau menjawab,
“Memangnya kalau baca doa mesti memberitahukan”,
Agak kaget dengan jawaban beliau, karena niat kami waktu itu hanya ingin mengingatkan saja. Belakangan beliau mengakui kekhilafan tersebut, dia menyadari seharusnya berterima kasih dan tidak berkomentar demikian.
Masalah selesai.
Beberapa pekan kemudian, ketika keluar kembali, di dalam hati kami ingin mengingatkan kembali doa tersebut, namun urung karena ternyata di benak kami tiba-tiba terlintas respon beliau sebelumnya.
Kami pun berpikir, mungkin beginilah yang dirasakan orang lain ketika mereka berniat tulus menasehati kita lalu kita merespon dengan tidak baik, sekalipun kita telah mengakui kesalahan kita tersebut, di lain waktu, orang lain urung menasehati kita karena mereka masih mengingat respon negatif kita.
Oleh karenanya saudaraku, terimalah nasehat orang lain, berterima kasihlah, terlebih nasehat tersebut disampaikan dengan cara yang baik, karena tidaklah seseorang mau menasehati kita kecuali karena orang tersebut peduli terhadap kita.
Sungguh kita akan menutup pintu kebaikan yang banyak apabila setiap nasehat selalu kita tolak atau kita respon dengan cara yang tak indah.
Ketika kegep sang aziz sedang kejar-kejaran di kamar, istrinya tersebut langsung berkata,
“Apa balasan kepada orang yang ingin berbuat buruk kepada keluargamu? dipenjara atau disiksa..?”
Nabi Yusuf lolos dari tuduhan dusta istri al aziz tersebut karena usulan seseorang untuk melihat bukti pada baju Nabi Yusuf yang terkoyak, tak dinyana orang tersebut ternyata berasal dari keluarga istri al aziz.
Begitulah, dalam hidup ini, bisa jadi kita dituduh, difitnah atas sesuatu yang tak kita lakukan, namun yakinlah, selama kita benar di jalan Allah, Dia pasti akan membela kita sekalipun posisi kita lemah, bahkan dari arah yang tak terduga, yang terkadang pembelaan itu berasal dari orang terdekat mereka yang memfitnah kita.
Mereka berbuat makar, Allah pun membalas makar mereka.
Sesungguhnya akhir yang baik akan Allah berikan kepada orang-orang yang bertakwa…
Dan pada akhirnya, kita tidak terus selalu mendapatkan apa yang kita inginkan sekalipun kita sudah berusaha untuk menggapainya.
Bukan karena Allah tak mampu mewujudkannya, namun karena Dia ingin mengajarkan kita tentang kesabaran, pasrah, qona’ah dan berbaik sangka kepada-Nya.
Agar kita paham, dunia bukanlah tempat kita, namun akhiratlah tempat kita sebenarnya.
Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui yang terbaik untuk kita, lagi Maha Bijaksana ketika menakdirkannya untuk kita.
Tak ada perkataan yang lebih membahagiakan untuk didengar nanti di hari kiamat kecuali perkataan Allah,
Ketika Dia berkata kepada kita,
“Aku tutupi dosa-dosamu ketika di dunia,
hari ini Aku ampuni dosa-dosamu itu…”
Para Wanita mesir mencela istri al aziz karena menggoda Nabi Yusuf, namun ketika mereka sendiri melihat langsung Nabi Yusuf , mereka sampai mengiris jari mereka karena terpesona dengan Nabi Yusuf.
Bisa jadi kita menganggap remeh ujian yang sedang dihadapi seseorang,
“Halah, cuma begitu aja…”, pikir kita.
Namun tatkala kita baru diberikan sedikit saja ujian yang dirasakan orang tersebut, ternyata kita sudah terduduk kalah menyerah.
Oleh karena itu,
Jangan pernah mengganggap remeh apa yang dihadapi orang lain, sesungguhnya kita semua memiliki ujian sesuai kadar diri kita masing-masing.
Salah satu Sahabat Nabi, Sa’ad bin Abi Waqqash rahimahullah pernah difitnah, diframing oleh seseorang yang bernama Usamah atas perkara yang dia tidak lakukan.
Setelah mendengar fitnah itu,
beliau berkata seraya berdoa,
“Ketahuilah! Demi Allah, aku benar-benar akan berdoa dengan tiga keburukan: “Ya Allah, apabila hamba-Mu ini (Usamah) berdusta, ia melakukannya karena pamer serta mencari popularitas, maka panjangkanlah umurnya dan perlama kemiskinannya, serta hadapkanlah dia kepada banyak bencana.”
Setelah itu, setiap kali ditanya, maka Usamah menjawab, “Aku adalah seorang yang sudah tua renta dan ditimpa bencana. Doa Sa’ad bin Abi Waqqash atasku telah dikabulkan.”
Abdul Malik bin Umair perawi hadits ini berkata dari Jabir bin Samurah, “Sesudah itu, aku melihat kedua alis matanya Usamah jatuh di atas kedua matanya karena tua. Ia sengaja menghadang gadis-gadis belia di jalan lalu mencolek tubuh mereka dengan jemarinya.” (Muttafaq ‘alaih).
Moral of the story
Hati-hati berdusta, memfitnah orang lain, memframing, mengesankan orang lain buruk demi keuntungan diri kita sendiri. Karena sesungguhnya orang yang dizholimi itu memiliki doa yang dikabulkan di sisi Allah…
“Jangan mudah suuzhon, berikan udzur kepada saudaramu..”
Sungguh sebuah perkataan yang benar dan indah, agar kita selalu memberi uzur dan tidak mudah suuzhon ke orang lain.
Bahkan di lain kesempatan, ada perkataan indah lainnya yang merupakan kelanjutan dari perkataan tersebut,
“Berilah uzur hingga 70 alasan, apabila engkau tidak temukan, katakanlah, mungkin dia punya alasan yang aku tidak tahu.”
Akan tetapi, bukan berarti kita itu bisa seenak saja berbuat tanpa memikirkan efek hal yang kita lakukan itu berpotensi menimbulkan suuzhon.
Karena di kesempatan lain, Islam pun mengajarkan agar kita menutup rapat pintu suuzhon. Dan Nabi kita, manusia yang paling mulia dan suci hatinya pun mencontohkan yang demikian.
Suatu malam yang gelap, dua orang sahabat Nabi, melewati Nabi yang ternyata sedang berdua dengan seorang wanita.
Karena gelapnya malam, tak diketahui siapa gerangan wanita itu oleh kedua sahabat tadi. Bersegeralah kedua sahabat itu mempercepat langkahnya.
Nabi kita yang melihat demikian, bersegera menegur kedua orang tersebut agar pelan-pelan saja, kemudian beliau menjelaskan bahwa wanita ini adalah istri beliau.
Beliau melihat gelagat yang berpotensi menimbulkan suuzhon, beliaupun segera mengklarifikasi agar pintu suuzhon tertutup rapat.
Di akhir hadits, Nabi menutup dengan perkataan,
“Sesungguhnya setan menyusup dalam diri manusia melalui aliran darah. Aku khawatir sekiranya setan itu menyusupkan kejelekan dalam hati kalian berdua.”
Lihatlah, bila Nabi saja sampai melakukan demikian demi menutup pintu suuzhon, apatah lagi kita..?
Ya, memahami syariat untuk tidak suuzhon kepada orang lain itu baik, tapi bukan berarti kita bebas berbuat lalu meminta orang lain untuk tidak suuzhon tanpa memperhatikan ternyata apa yang kita lakukan itu berpotensi menimbulkan suuzhon bagi saudara kita.
Semoga Allah senantiasa membersihkan hati kita dari segala keburukan.
Jangan menikah dengan pasangan yang buruk agamanya, berdalih engkau akan memperbaikinya, bisa jadi alih-alih agamamu rusak karena dirinya.
Akan tetapi menikahlah dengan pasangan yang sholeh agar kalian terus istiqomah di atas kesholehan.
Sungguh dalam pernikahan itu kesholehan adalah harga mati. Lebih baik bersabar dalam kesendirian namun engkau bisa terus istiqomah daripada salah menikah lalu rusaklah agamamu.
Marriage is not scary,
what makes it scary is when you marry the wrong person.
Nabimu telah memberikan petunjuk untukmu, bagaimana memilih pasangan hidupmu,
akan tetapi cinta, paras yang indah, pencitraan di media sosial seringkali membutakan.
Dalam sebuah acara tanya jawab agama di salah satu media tv di saudi, seorang Ibu mengatakan bahwa ia sudah sangat capek karena perbuatan anak lelakinya yang berusia 24-25 tahun.
Ia sangat capek menasehati bukan karena anaknya berzina, mencuri, durhaka atau semisal, namun ia sedih disebabkan,
Anaknya sholat di rumah, tidak sholat berjamaah di mesjid.
Ibu itu bahkan sampai menangis karenanya.
Duhai, begitulah apabila orang tua yang betul mencintai anaknya. Mereka bersedih karena perkara akhirat sang anak, bukan semata karena perkara dunia.
Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk ke golongan orang tua yang demikian…
Nabi menuntunkan untuk membaca doa ini ketika melihat seseorang terkena musibah, baik itu musibah dunia lebih-lebih musibah agama. Hal demikian ini dimaksudkan agar Allah menjaga dan melindungi kita dari tertimpa musibah tersebut di kemudian hari.
Ya Allah, jagalah agama dan dunia kami, jadikan kami senantiasa dalam keridhoan-Mu…
Sebagaimana sebuah kalimat yang dianggap sepele dapat menyebabkan seseorang di akhirat nanti jatuh jauh terjerembab ke dalam Neraka.
Begitu pula hanya dengan sebuah kalimat yang mungkin dikira sepele, efeknya mampu menembus jauh di relung hati manusia dan menorehkan luka.
Itulah mengapa Nabi berpesan agar kita senantiasa menjaga ucapan,
karena dosa lisan merupakan salah satu sebab terjadinya banyak kezholiman,
baik itu kepada Allah maupun kepada sesama insan.
Sakit hati, siapa di antara kita yang tidak pernah sakit hati. Rasa sakit di dalam hati yang sedemikian mulai membuat sempit terasa di dada.
Dalam kehidupan, tidak bisa tidak, suatu saat kita akan mengalami hal ini. Bahkan Nabi kita pun mengalami hal yang sama, hati beliau serasa sempit mendengar perkataan kaum musyrikin kepadanya.
Allah berfirman,
وَلَـقَدۡ نَـعۡلَمُ اَنَّكَ يَضِيۡقُ صَدۡرُكَ بِمَا يَقُوۡلُوۡنَۙ
Dan sungguh, Kami mengetahui bahwa dadamu menjadi sempit disebabkan apa yang mereka ucapkan. (Al-Hijr : 97)
Lalu, bagaimanakah solusi ketika mengalami sakit hati atas perkataan, perbuatan orang lain terhadap kita?
Ternyata 15 abad lalu, Allah telah memberikan solusi dari hal tersebut,
Allah lanjutkan ayat sebelumnya dengan firman-Nya
فَسَبِّحۡ بِحَمۡدِ رَبِّكَ وَكُنۡ مِّنَ السّٰجِدِيۡنَ
وَاعۡبُدۡ رَبَّكَ حَتّٰى يَاۡتِيَكَ الۡيَـقِيۡنُ
maka bertasbihlah dengan memuji Tuhanmu dan jadilah engkau di antara orang yang bersujud (salat),
dan sembahlah Tuhanmu sampai yakin (ajal) datang kepadamu. (Al Hijr : 98-99)
Ya saudaraku, jika suatu saat hati kita sakit karena ucapan, perbuatan seseorang, perbanyaklah bertasbih, berdzikir, sholat kepada Allah. Perbanyak untuk mengingat Allah, karena yang demikian itulah yang akan menguatkan hati kita.
Allah pun mengingatkan kembali agar kita meluruskan fokus kita, bahwa kita di dunia ini untuk beribadah demi mempersiapkan bekal akhirat hingga datangnya kematian.
Bukan terus memikirkan kenapa dia melakukan demikian, kenapa mereka begini dan begitu. Atau memikirkan cara untuk membalasnya, karena yang seperti itu hanya akan menambah rasa sakit yang dialami.
Tak perlu terus dipikirkan atau membalas, serahkan kepada Allah, karena sesungguhnya sebagaimana sebuah pepatah,
“Balasan itu sesuai dengan jenis perbuatannya”.
Mereka yang melakukan demikian, kelak suatu saat bisa jadi akan mengalami hal sebagaimana yang kita alami meski bukan kita yang membalasnya, meski dari arah yang lain.
Sungguh Allah tidak tidur, Dia Maha Adil atas segala yang Dia tentukan.
“Tahukah engkau apa yang menyakitkan di hati…?”
Ketika jiwa telah bertekad kuat untuk bertaubat,
Ketika diri sudah nyaman dan istiqomah untuk taat,
Namun hawa nafsu kembali menguasai,
Terjatuh kembali ke dosa yang itu itu lagi.
Duhai Rabb, ampunilah dosa dan kesalahan kami.
Maafkanlah atas segala kelemahan kami.
Sungguh tanpa pertolongan-Mu, kami tak kuasa terlepas dari maksiat.
Tanpa taufiq dan hidayah-Mu, kami tak akan pernah istiqomah dalam berbuat taat.
Mulai malam ini, perbanyaklah membaca doa ini setiap malam…
Читать полностью…
Malu dibilang sholeh, malu dibilang kuper, malu dibilang ga gaul karena mengamalkan syariat Islam…
Читать полностью…
Sharing pencapaian itu, kesuksesan ini,
Lagi di tempat indah, makan di sana sini,
Dengan caption “subhanallah” , “tabarakallah” ingin memotivasi,
Kadang ditambah ayat Al Qur’an dan hadits Nabi,
Namun sebetulnya ada niat pamer di dalam hati.
Memotivasi itu bagus, namun tetap harus berhati-hati.
Salah niat sedikit saja, tercatat dosa di buku amal pribadi.
Hendaknya diri sering mengcross check hati,
Apakah betul ini karena Allah, atau terselip bangga diri.
Tulisan ini untuk koreksi diri sendiri,
Agar senantiasa mawas diri,
Bukan untuk ditembakkan kepada selain diri,
Bukan untuk menuduh orang lain apa yang ada di dalam hati.
Semoga Allah memberikan keikhlasan dalam seluruh amal kita,
Menjadikan gerak gerik kita karena-Nya semata,
Bukan untuk mencari perhatian dari manusia,
Bukan untuk mendapatkan pengakuan mereka.
Sebagian orang singgah dalam kehidupanmu, membuatmu bersyukur kepada Allah atas kebaikan yang diberikan kepadamu.
Adapun sebagian lagi, membuatmu banyak berdoa kepada Allah, menjadi pelajaran berharga dalam hidupmu.
Siapa mengira Umar yang dulunya sangat menentang Islam, berbalik menjadi yang terdepan membela Islam, bahkan menjadi umat Islam terbaik setelah Abu Bakar.
Tak ada pula yang mengira, Abdullah Al Qasimi yang menulis sebuah kitab aqidah, sampai-sampai Ulama lain berkata bahwa beliau telah membeli Surga dengan kitab karangannya tersebut karena saking bagusnya kitab itu, beliau menyimpang bahkan mati dalam keadaan murtad.
Oleh karenanya duhai saudaraku, sebobrok-bobroknya dirimu, jangan berputus asa untuk bertaubat kembali kepada Allah.
Pun demikian, sesholeh-sholehnya dirimu sekarang, jangan merasa aman apalagi terpedaya dengan amal ketaatanmu.
Karena sesungguhnya tidak ada yang betul-betul terbukti selamat kecuali mereka yang mengakhiri hidupnya dengan husnul khotimah.
Setan akan senantiasa berusaha agar manusia tak paham Al Qur’an, dan salah satu pintu dimana setan akan begitu semangat menggembosi manusia adalah membuat mereka enggan, futur, mundur teratur saat belajar bahasa arab. Karena siapa yang paham bahasa arab, telah terbuka baginya kunci untuk lebih memahami dan mentadabburi Al Qur’an.
Читать полностью…
Dan sebaliknya, siapa yang waktunya tak sibuk dalam ketaatan maka itu pertanda dirinya bukanlah hamba yang dimuliakan oleh-Nya.
Semoga Allah mengampuni segala kelalaian kita…
