📋 AKHLAK SEORANG PENUNTUT ILMU
✍🏼 Berkata As-Syaikh Muhammad Ramzan Al-Hajiri - حَفِظَهُ اللّٓهُ تَعَالَىٓ - :
»| Wahai para penuntut ilmu, kalian tidaklah seperti keumuman manusia - dan bukan berarti di masyarakat ada tingkatan-tingkatan (kasta), bukan -, akan tetapi Allah telah mengistimewakan kalian dengan ilmu dan mengajarkan kalian maka pastinya kalian beradab kepada diri kalian sendiri dengan akhlak yang mulia sehingga tidaklah seorang penuntut ilmu sama dengan orang awam dalam bermajelis namun hendaknya seorang penuntut ilmu berbeda dalam hal akhlaknya, karakternya, adabnya, Kebagusan tabiatnya, tingkah lakunya, dan wataknya di dalam muamalah (interaksi) nya dengan orang-orang sehingga itu dapat memberikan pengaruh dalam diterimanya kebenaran. |«
📕 Syarah Akhlaq Al-Ulama karya Al-Ajuri, 28 Jumadil akhir 1439 H.
--------
⭕ الشيخ محمد بن رمزان الهاجري :
" يا طلبة العلم أنتم لستم كعامة الناس -وليس في المجتمع طبقات، لا،- ولكن ميزكم الله بالعلم وعلمكم فلابد أن تؤدبوا أنفسكم بالخلق فلا يكون طالب العلم والعامي في المجلس سواء وإنما يتميز طالب العلم بخلقه وسمته وأدبه وحسن طباعه وسلوكه وسجاياه في معاملته للناس فيكون له الأثر في قبول الحق "
⚫[شرح أخلاق العلماء للآجري 28 جمادى الآخرة 1439هـ]
#adab_akhlak
t.me/butiranfaedah/3289
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 MUHASABAH (INTROSPEKSI DIRI)
✍🏼 Berkata Al-Imam Ibnul Jauzi - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - :
»| Koreksi dirimu dalam kesendirianmu, dan pikirkanlah tentang berhentinya masamu, dan beramal-lah di waktu senggangmu untuk waktu sulitmu. |«
📕 Mawa'izh Ibnil Jauzi (hal. 83).
-------
✍️️ قال الإمام ابن الجوزي رحمه الله:
«حاسب نفسك في خلوتك، وتفكر في انقراض مدتك، واعمل في زمان فراغك لوقت شدتك».
📕مواعظ ابن الجوزي (ص ٨٣)
#taushiyah
t.me/butiranfaedah/3287
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 HUKUM BEJANA YANG DIPAKAI MINUM ANJING DAN DIJILATINYA (lanjutan)
◾️ Masalah ketiga: liur anjing.
Para ulama berbeda pendapat tentang ini menjadi 3 pendapat:
Pendapat pertama:
sekelompok orang berpendapat dan mereka adalah Syafi'iyah, Ishaq, Abu Ubaid menyatakan bahwa anjing najis semuanya, dan ini adalah pendapatnya kebanyakan ulama dan demikian pula pendapat imam Shan'ani.
Pendapat kedua:
Bahwa liur anjing adalah najis tidak termasuk bagian-bagian tubuh lainnya, dan ini adalah madzhabnya Abu Hanifah, At-Tsauri, dan salah satu riwayat dari Ahmad, Ibnu Hazm dan itu yang dirajihkan (dinilai kuat) oleh As-Syawkani.
Pendapat ketiga:
Bahwa ia suci, liurnya, kencingnya dan bagian lainnya, dan ini adalah pendapatnya Malikiyah, dan Ikrimah berpendapat dengan ini, dan Dawud Az-Zhahiri, dan itu adalah pendapatnya Ibnul Mundzir.
Dan yang rajih (kuat) adalah pendapat kedua, berdasarkan hadits Abu Hurairah pada riwayat Muslim:
«طهور إناء أحدكم إذا ولغ فيه الكلب أن يغسله سبع مرات»
"Sucinya bejana salah satu dari kalian apabila anjing menjilatinya ialah mencucinya sebanyak tujuh kali".
Berkata imam As-Syawkani rahimahullah ta'ala:
"Telah pasti dalam Shahih Bukhari dan Muslim serta selain keduanya dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
" إذا شرب الكلب في إناء أحدكم؛ فليغسله سبعا "
"Jika anjing minum di bejana salah satu dari kalian; maka cucilah ia tujuh kali".
Dan telah pasti juga pada keduanya dan selain keduanya semisalnya dari hadits Abdullah bin Mughaffal, maka itu menunjukkan atas najisnya liur anjing; dan itu yang diminta di sini.
Dan pembicaraan tersebut dalam perdebatan yang telah diketahui antara yang mengamalkan zhahir dalil-dalil ini dengan orang yang mencukupkan dengan tiga kali cucian, dan itu bukan merupakan perkara yang menjadikan cacat bahwa liur itu adalah najis; karena poin pada dalil adalah kenajisannya yang itu mengharuskan dicuci, dan demikian pula tidak ada kaitannya dengan apa yang kita sedang bicarakan dengan adanya tambahan anjuran keras untuk melumuri tanah, sebagaimana terjadi pada hadits-hadits bab dalam Shahih Bukhari dan Muslim serta selain keduanya; karena itu bukan yang dimaksud di sini kecuali ditetapkannya liur anjing sebagai sesuatu yang najis, bukan penjelasan tatacara membersihkannya, karena untuk masalah tersebut ada di lain tempat." - Selesai yang dimaksud -.
Lihat, Ad-Darary Al-Mudhiyyah karya As-Syawkani (1/31).
Dan dengan penjelasan inilah Syaikh Muhammad Shiddiq Hasan Khan rahimahullah berpendapat dengan lafaznya di dalam kitabnya Ar-Rawdhah An-Nadhiyyah (1/112-113), kemudian beliau berkata:
"Hasilnya: bahwa yang benar adalah apa yang telah diputuskan rasulullah ﷺ berupa tasbi' (mencuci tujuh kali) dan tatrib (melumuri dengan tanah), dan bukan merupakan syarat ta'abbud (beribadah) mengetahui alasan-alasan hukum yang menyebabkan Allah menyuruh kita beribadah menurut pendapat yang rajih, dan telah shahih bagi kita adanya perintah dari beliau ﷺ untuk mencuci dengan cara yang telah disebutkan dengan hadits-hadits yang shahih, dan kita tidak mendapatkan darinya apa yang menunjukkan kepada kita yang berlawanan dengan hukum ini, maka tidak halal merubah syariat yang telah ditetapkan dengan ucapan-ucapan ulama umat, sama saja baik ucapan yang berlawanan yang dinisbatkan kepada semuanya dari mereka atau kepada sebagian mereka (ulama), dan Allah telah menjaga Sunnah ini dengan ucapan-ucapan sekelompok ulama umat, sebagaimana yang telah dikenal di dalam kitab-kitab khilaf dan fikih serta syarah-syarah Sunnah." - selesai secara ringkas -
✍🏼 Dikumpulkan dan dipilih oleh Abu Abduh عفا الله عنه ولوالديه وجميع المسلمين.
📆 Sabtu, 8 Rajab 1442 H.
--------
المسألة الثالثة: لعاب الكلب.
اختلف العلماء في هذا إلى ثلاتة أقوال:
القول الأول: ذهبت طائفة وهم الشافعية وإسحاق وأبو عبيد إلى أن الكلب نجس كله، وهو مذهب أكثر أهل العلم وكذلك ذهب إليه الصنعاني.
القول الثاني: أن لعاب الكلب نجس دون باقي الأعضاء، وهذا مذهب أبي حنيفة والثوري ورواية عن أحمد وابن حزم وهو ما رجحه الشوكاني.
📋 KEUTAMAAN ILMU
✍🏼 Berkata Al-Allamah Ibnu Utsaimin - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - :
»| Berkata imam Ahmad - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - :
"Ilmu tidak ada sesuatu pun yang senilai dengannya bagi yang benar niatnya. Mereka bertanya: bagaimana itu? Beliau menjawab: ketika meniatkan untuk mengangkat kebodohan dari dirinya dan dari orang lain".
Karena pada asalnya mereka adalah tidak tahu (bodoh) sebagaimana itu asal pada dirimu, sehingga apabila kamu mempelajari ilmu demi mengangkat kebodohan dari umat ini maka kamu termasuk dari para mujahidin di jalan Allah yang menebarkan agama Allah. |«
📕 Kitab Al-Ilmi (hal. 23).
--------
فضل العلم
قال العلامة ابن عثيمين رحمه الله :
ﻗﺎﻝ اﻹﻣﺎﻡ ﺃﺣﻤﺪ ﺭﺣﻤﻪ اﻟﻠﻪ ﺗﻌﺎﻟﻰ : اﻟﻌﻠﻢ ﻻ ﻳﻌﺪﻟﻪ ﺷﻲء ﻟﻤﻦ ﺻﺤﺖ ﻧﻴﺘﻪ . ﻗﺎﻟﻮا : ﻛﻴﻒ ﺫﻟﻚ؟ قال : ﻳﻨﻮﻱ ﺭﻓﻊ اﻟﺠﻬﻞ ﻋﻦ ﻧﻔﺴﻪ ﻭﻋﻦ ﻏﻴﺮﻩ .
ﻷﻥ اﻷﺻﻞ ﻓﻴﻬﻢ اﻟﺠﻬﻞ ﻛﻤﺎ ﻫﻮ اﻷﺻﻞ ﻓﻴﻚ ، ﻓﺈﺫا ﺗﻌﻠﻤﺖ ﻣﻦ ﺃﺟﻞ ﺃﻥ ﺗﺮﻓﻊ اﻟﺠﻬﻞ ﻋﻦ ﻫﺬﻩ اﻷﻣﺔ ﻛﻨﺖ ﻣﻦ اﻟﻤﺠﺎﻫﺪﻳﻦ ﻓﻲ ﺳﺒﻴﻞ اﻟﻠﻪ اﻟﺬﻳﻦ ﻳﻨﺸﺮﻭﻥ ﺩﻳﻦ اﻟﻠﻪ .
📚كتاب العلم (ص٢٣)
#taushiyah
t.me/butiranfaedah/3283
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 BAB: TAKUT DARI KESYIRIKAN (lanjutan)
📑 Berkata Syaikhul Islam Muhammad bin Abdil Wahhab - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - :
Dan dari Ibnu Mas'ud - رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ - bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
« مَنْ مَاتَ وَهْوَ يَدْعُو مِنْ دُونِ اللَّهِ نِدًّا دَخَلَ النَّارَ » رواه البخاري.
"Barangsiapa mati dalam keadaan dia berdoa kepada selain Allah sebagai tandingannya maka dia masuk neraka". [HR. Bukhari]** (¹)
➖➖➖➖➖
✓ berdoa: doa di sini adalah doa permohonan, dikatakan menyeru kepadanya; apabila dia meminta kepadanya atau istighatsah dengannya.
✓ tandingan: tandingan adalah persamaan dan penyerupaan.
◾️ Makna hadits secara global:
Rasul ﷺ memberitahukan bahwa barangsiapa yang menjadikan bagi Allah penyerupaan dan persamaan dalam peribadatan yang dia berdoa kepadanya dan meminta kepadanya serta istighatsah dengannya; apakah tandingan ini seorang nabi atau selainnya dan dia terus menerus demikian hingga kematian yaitu dia tidak bertaubat darinya sebelum kematian, maka tempat kembalinya adalah di neraka karena dia musyrik.
Dan membuat tandingan ada 2 macam:
✓ pertama: dia jadikan bagi Allah adanya sekutu dalam bentuk-bentuk ibadah atau sebagiannya maka ini syirik besar, pelakunya kekal di dalam neraka.
✓ kedua: apa yang termasuk dari syirik kecil, seperti ucapan seseorang: "berdasarkan kehendak Allah dan kehendakmu, dan kalau bukan karena Allah dan kamu" dan semisal itu dari kalimat yang mengandung penggabungan dengan kata sambung: dan, terhadap lafaz yang mulia: Allah. Dan seperti sedikit dari riya', maka ini tidak menyebabkan kekekalan di dalam neraka sekalipun memasukinya.
◾️ Kesesuaian hadits dengan judul bab:
Bahwa pada hadits tersebut ada upaya untuk membuat takut dari kesyirikan dengan menjelaskan akibat perbuatan musyrik dan tempat kembalinya.
◾️ Faedah dari hadits:
1- upaya membuat takut dari kesyirikan dan anjuran untuk bertaubat darinya sebelum kematian.
2- bahwa setiap orang yang berdoa bersama Allah kepada seorang nabi atau wali - hidup maupun sudah mati - atau batu, atau pohon maka dia telah menjadikan bagi Allah adanya tandingan.
3- bahwa kesyirikan tidak akan diampuni kecuali dengan taubat.
📕 Al-Mulakhash Fi Syarhi Kitab At-Tauhid karya As-Syaikh DR. Shaleh Al-Fawzan - حَفِظَهُ اللّٓهُ تَعَالَىٓ - (hal. 47-48).
--_____
(¹). Dikeluarkan oleh Bukhari no. (4497) dan di dalamnya disebutkan: dan saya katakan: "barangsiapa mati dalam keadaan dia tidak berdoa kepada suatu tandingan pun bagi Allah maka dia masuk surga".
Dan dikeluarkan oleh Muslim no. (92) dengan lafaz: "barangsiapa mati berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu maka dia masuk neraka". Dan saya katakan: "dan barangsiapa mati tidak berbuat kepada Allah dengan sesuatu pun maka dia masuk surga".
--------
وعن ابن مسعود -رضي الله عنه- أن رسول الله -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- قال: "من مات وهو يدعو لله نداً دخل النار" رواه البخاري (1) .
__ـــــــــ
يدعو: الدعاء هنا هو السؤال يقال دعاه إذا سأله أو استغاث به.
نداً: الند المثل والشبيه.
المعنى الإجمالي للحديث: يخبر الرسول -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- أن من جعل لله شبيهاً ومثيلاً في العبادة يدعوه ويسأله ويستغيث به نبياً كان هذا الند أو غيره واستمر على ذلك إلى الممات أي لم يتب منه قبل الممات، فإن مصيره إلى النار لأنه مشرك واتخاذ الند على نوعين:
الأول: أن يجعل لله شريكاً في أنواع العبادة أو بعضها فهذا شرك أكبر، صاحبه مخلد في النار.
الثاني: ما كان من الشرك الأصغر كقول الرجل: (ما شاء الله وشئت ولولا الله وأنت) ونحو ذلك مما فيه العطف بالواو على لفظ الجلالة. وكيسير الرياء، وهذا لا يوجب التخليد في النار وإن دخلها.
مناسبة الحديث للباب: أن فيه التخويف من الشرك ببيان عاقبة المشرك ومصيره.
ما يستفاد من الحديث:
1- التخويف من الشرك والحث على التوبة منه قبل الموت.
2- أن كل من دعا مع الله نبياً أو ولياً -حياً أو ميتاً- أو حجراً أو شجراً فقد جعل نداً لله.
3- أن الشرك لا يُغفر إلا بالتوبة.
📕 الملخص في شرح كتاب التوحيد للشيخ الفوزان (صـ ٤٧-٤٨)
__
(1) أخرجه البخاري برقم (4497) وفيه: وقلت أنا: من مات وهو لا يدعو لله نداً دخل الجنة.
وأخرجه مسلم برقم (92) بلفظ: "من مات يشرك بالله شيئاً دخل النار" وقلت أنا: ومن مات لا يشرك بالله شيئاً دخل الجنة.
#terjemahan_kitab_mulakhas_tauhid
📋 HUKUM BEJANA YANG DIPAKAI MINUM ANJING DAN DIJILATINYA (lanjutan)
◾️ Masalah kedua: apakah keumuman anjing masuk ke dalamnya?
Dalam masalah ini ada 3 pendapat:
(1). Pendapat pertama: bahwa itu dikhususkan bagi anjing yang terlarang untuk dipelihara. Dan ini pendapatnya imam Malik.
(2). Pendapat kedua: Ibnul Majisyun membedakan antara anjing pedesaan dengan anjing kota.
(3). Pendapat ketiga: bersifat umum, setiap anjing, anjing apapun juga, dan itulah yang rajih (kuat), dan itu adalah pendapatnya jumhur ahli ilmu.
Lihat, Ihkamul Ihkam karya Ibnu Daqiq Al-Ied (1/30), Syarh Muslim karya An-Nawawi (3/520), dan Fathul Bari (1/276).
Berkata As-Syaikh Ibnu Utsaimin rahimahullah ta'ala:
Dan ucapannya (penulis): "anjing" termasuk anjing hitam, anjing pemburu dan selain keduanya, dan apa yang boleh dipelihara dan selainnya, yang kecil maupun besar.
Dan termasuk juga yang menjadi najis dengan jilatannya, atau kencingnya, kotorannya, liurnya ataupun keringatnya.
Dan dalil atas itu adalah sabda beliau ﷺ:
«إِذا وَلَغَ الكلب»
"apabila anjing menjilat"
Dan Alif lam di sini untuk menunjukkan hakikat jenisnya, atau untuk keumuman jenisnya, bagaimanapun itu menunjukkan atas keumuman.
Jika ditanya: tidakkah pada yang demikian menjadi sulit ditinjau dari sisi dibolehkan memeliharanya?
Dijawab: tentu, akan tetapi kesulitan ini akan sirna dengan jalan menjauhkan anjing dari bejana-bejana yang digunakan, dengan cara memberikan bejana khusus baginya untuk makannya dan minumnya, dan kita tidak bisa mengeluarkannya dari keumuman, dimana jika kita keluarkan ia (dari keumuman) tentu kita mengeluarkan lebih banyak dari apa yang ditunjukkan oleh lafaznya, dan ini tidaklah benar dalam pengambilan dalil.
Dan berkata sebagian Zhahiriyyah: bahwa hukum ini apabila anjing tersebut menjilat, adapun kencingnya, dan kotorannya maka seperti najis-najis lainnya, karena mereka (Zhahiriyyah) tidak berpendapat adanya kiyas.
Sedangkan jumhur fuqaha mengatakan: bahwa kotorannya, kencingnya seperti jilatannya, bahkan itu lebih kotor, dan nabi ﷺ menyebutkan tentang jilatan, karena inilah yang sering terjadi, dimana anjing tidak kencing, dan tidak buang kotoran pada bejana pada umumnya, akan tetapi dia hanya menjilatinya saja, dan apa yang termasuk dalam bab keumuman maka tidak ada pemahaman terbalik baginya, dan tidak dikhususkan hukumnya.
Dan sebagian muta'akhirin (generasi belakangan) menguatkan madzhab Zhahiriyyah, bukan karena mengambil zhahir haditsnya; akan tetapi karena tidak membolehkan kiyas, karena diantara persyaratan kiyas adanya persamaan antara cabang dengan pokoknya dalam hal alasannya sehingga menyamakannya dalam hal hukumnya, karena hukum bergantung pada alasannya, maka apabila keduanya bersekutu dalam alasan maka keduanya bersekutu pula dalam hukumnya, dan jika tidak maka tidak. (Selesai yang dimaksud).
Lihat, Syarhul Mumti' karya Ibnu Utsaimin (1/416-418).
Dan Fadhilah As-Syaikh Ibnu Baaz rahimahullah pernah ditanya sebagai berikut:
Pertanyaan: saya dengar dari beberapa orang bahwa anjing - semoga Allah muliakan Anda - anjing Chihuahua tidaklah najis, apakah ini benar? (¹)
Jawaban: tidak benar, setiap anjing najis, anjing pemburu dan selainnya semuanya najis, akan tetapi Allah bolehkan buruannya sebagai bentuk karunia dari-Nya dan kebaikan, akan tetapi jika ia menjilat bejana maka dicuci tujuh kali, dan apabila mengenai dirimu sesuatu dari anjing tersebut dari kencingnya, atau liurnya maka dicuci tujuh kali, demikian pula anjing pengawas hewan dan penjaga kebun, dan seluruh anjing semuanya najis, rasul bersabda:
«طهور إناء أحدكم إذا ولغ فيه الكلب أن يغسله سبع مرات »
"Sucinya bejana salah satu dari kalian apabila anjing menjilatinya dengan mencucinya sebanyak tujuh kali". (²)
Maka itu menunjukkan bahwa ia najis, dan dicuci darinya sebanyak tujuh kali karena jilatannya, akan tetapi Allah bolehkan hasil buruannya, dan Allah bolehkan untuk memilikinya untuk 3 perkara: untuk berburu, untuk menjaga kebun, untuk mengawal hewan ternak. Untuk berburu: berburu dengan anjing tersebut dan mengajarkan apa yang diburu,
أحدهما: إنه نجس كله حتى شعره، كقول الشافعي، وأحمد في إحدى الروايتين عنه
والثاني: إنه طاهر حتى ريقه، كقول مالك في المشهور عنه.
والثالث: إن ريقه نجس وإن شعره طاهر؛ وهذا مذهب أبي حنيفة المشهور عنه، وهو الرواية الأخرى عن أحمد. اه ملخصا من كلام شيخ الإسلام.
قال الإمام الشوكاني رحمه الله تعالى:
واستدل بهذا الحديث أيضا على نجاسة الكلب لأنه إذا كان لعابه نجسا وهو عرق فمه، ففمه نجس، ويستلزم نجاسة سائر بدنه، وذلك لأن لعابه جزء من فمه، وفمه أشرف ما فيه فبقية بدنه أولى، وقد ذهب إلى هذا الجمهور.
وقال عكرمة ومالك في رواية عنه: أنه طاهر. ودليلهم قول الله تعالى: {فكلوا مما أمسكن عليكم} [ المائدة: 4] ولا يخلو الصيد من التلوث بريق الكلاب، ولم نؤمر بالغسل.
وتأجيل عن ذلك بأن إباحة الأكل مما أمسكن لا تنافي وجوب تطهير ما تنجس من الصيد، وعدم الأمر للاكتفاء بما في أدلة تطهير النجس من العموم، ولو سلم فغايته الترخيص في الصيد بخصوصه. واستدلوا أيضا بما ثبت عند أبي داود من حديث ابن عمر بلفظ: «كانت الكلاب تقبل وتدبر زمان رسول الله - صلى الله عليه وسلم - في المسجد فلم يكونوا يرشون شيئا من ذلك» وهو في البخاري. وأخرجه الترمذي بزيادة " وتبول " ورد بأن البول مجمع على نجاسته، فلا يصلح حديث بول الكلاب في المسجد حجة يعارض بها الإجماع.
وأما مجرد الإقبال والإدبار فلا يدلان على الطهارة، وأيضا يحتمل أن يكون ترك الغسل لعدم تعيين موضع النجاسة أو لطهارة الأرض بالجفاف. قال المنذري: إنها كانت تبول خارج المسجد في مواطنها ثم تقبل وتدبر في المسجد.
قال الحافظ: والأقرب أن يقال: إن ذلك كان في ابتداء الحال على أصل الإباحة، ثم ورد الأمر بتكريم المساجد وتطهيرها وجعل الأبواب عليها. واستدلوا على الطهارة أيضا بما سيأتي من الترخيص في كلب الصيد والماشية والزرع. وأجيب بأنه لا منافاة بين الترخيص وبين الحكم بالنجاسة، غاية الأمر أنه تكليف شاق وهو لا ينافي التعبد به. اه
المصدر: نيل الأوطار للشوكاني (٥١/١-٥٢)
وقال شيخ الإسلام ابن تيمية رحمه الله تعالى:
والقول الراجح هو: طهارة الشعور كلها: الكلب، والخنزير، وغيرهما بخلاف الريق، وعلى هذا فإذا كان شعر الكلب رطبا، وأصاب ثوب الإنسان، فلا شيء عليه، كما هو مذهب جمهور الفقهاء أبي حنيفة، ومالك، وأحمد في إحدى الروايتين عنه؛ وذلك؛ لأن الأصل في الأعيان الطهارة، فلا يجوز تنجيس شيء ولا تحريمه إلا بدليل، كما قال تعالى: {وقد فصل لكم ما حرم عليكم إلا ما اضطررتم إليه} [ الأنعام: 119] ، وقال تعالى: {وما كان الله ليضل قوما بعد إذ هداهم حتى يبين لهم ما يتقون} [ التوبة: 115] ، وقال النبي - صلى الله عليه وسلم - في الحديث الصحيح: «إن من أعظم المسلمين جرما من سأل عن شيء لم يحرم فحرم من أجل مسألته» .
وفي السنن: عن سلمان الفارسي مرفوعا؛ ومنهم من يجعله موقوفا: أنه قال: «الحلال ما أحل الله في كتابه، والحرام ما حرم الله في كتابه، وما سكت عنه فهو مما عفا عنه» . وإذا كان كذلك، فالنبي - صلى الله عليه وسلم - قال: «طهور إناء أحدكم إذا ولغ فيه الكلب أن يغسله سبعا أولاهن بالتراب» ، وفي الحديث الآخر «إذا ولغ الكلب» . فأحاديثه كلها ليس فيها إلا ذكر الولوغ؛ لم يذكر سائر الأجزاء، فتنجيسها إنما هو بالقياس. اه المراد.
[الفتاوى الكبرى لشيخ الإسلام ابن تيمية (٢٦٣/١-٢٦٦)]
يتبع إلى المسألة الثانية بإذن الله تعالى...
جمعه وانتقاه: الفقير إلى عفو ربه أبو عبده الاندونيسي
الأربعاء، ٥ رجب ١٤٤٢ ه
#fikih_thaharah
t.me/butiranfaedah/3275
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 HUKUM BEJANA YANG DIPAKAI MINUM ANJING DAN JILATAN ANJING
📑 Dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
«إذا شرب الكلب في إناء أحدكم فليغسله سبعا» [رواه البخاري ومسلم] ولمسلم «أولاهن بالتراب».
"Apabila anjing minum pada bejana salah satu dari kalian maka hendaklah dia mencucinya tujuh kali" [HR. Bukhari (no. 172) dan Muslim (90/279)]
Dan bagi Muslim dalam hadits Abdullah bin Mughaffal bahwa Rasulullah ﷺ bersabda:
«إذا ولغ الكلب في الإناء فاغسلوه سبعا وعفروه الثامنة بالتراب».
"Apabila anjing menjilat pada sebuah bejana maka cucilah ia tujuh kali dan lumuri ia ke delapan dengan tanah".
◾️ Kosa kata asing:
1. Kata: إذا ولغ bentuk mudhari' nya adalah يَلَغُ dengan difathah keduanya - (artinya) minum dengan ujung lidahnya. Yaitu memasukkan lidahnya ke dalam air dan lainnya dari setiap benda cair, kemudian menggerakkannya sekalipun tidak minum. Dan minum lebih khusus dari menjilat.
2. Makna ta'fir adalah melumurinya ke dalam 'afar yaitu tanah.
3. Kata: أولاهن adalah bentuk ta'nits (muannats) dari al-awwal (pertama), dan huruf ha' adalah dhamir (kata ganti) yang menunjukkan pengulangan.
Dan telah datang dalam sebagian riwayat dengan lafazh: awwaluhunna, dengan lafazh mudzakkar karena bentuk muannats dari perbuatan yang berulang bukanlah hakiki.
[Lihat, Taisir Al-Allam Syarh Umdatil Ahkam (hal. 24-25)]
Di dalam dua hadits ini ada beberapa permasalahan, diantaranya:
◾️ Masalah pertama:
Tentang anjing, apakah ia suci atau najis? Dan apa pendapat ulama tentangnya?
Jawabannya: adapun anjing maka bagi ulama padanya ada tiga pendapat yang dikenal.
(1). Pertama: ia najis semuanya sekalipun rambutnya seperti pendapatnya Syafi'i, Ahmad dalam salah satu riwayat dari beliau.
(2). Kedua: ia suci sekalipun liurnya, seperti pendapatnya Malik dalam pendapat beliau yang masyhur.
(3). Ketiga: bahwa liurnya najis, namun rambutnya suci; dan ini madzhabnya Abu Hanifah yang masyhur dari beliau. Selesai secara ringkas dari ucapan Syaikhul Islam.
Berkata imam As-Syawkani rahimahullah:
"Dan berdalil dengan hadits ini juga atas najisnya anjing karena apabila liurnya najis yaitu liur mulutnya, maka mulutnya pun najis, dan mengharuskan najis pula bagian tubuh lainnya, dan yang demikian itu karena liurnya adalah bagian dari mulutnya, dan mulutnya adalah bagian yang paling mulia yang ada padanya sehingga bagian tubuh lainnya lebih pantas, dan ini adalah pendapatnya jumhur.
Dan berkata Ikrimah dan Malik dalam satu riwayat darinya: bahwa ia suci. Dan dalil mereka adalah firman Allah ta'ala:
(فَكُلُوا۟ مِمَّاۤ أَمۡسَكۡنَ عَلَیۡكُمۡ) [سورة المائدة 4]
"Maka makanlah apa yang ditangkapnya untukmu." [Al-Maidah:4]
Dan pemburu tidak akan lepas dari bersentuhan dengan liurnya anjing, namun kita tidak diperintahkan untuk mencuci.
Dan sanggahannya bahwa dibolehkannya makan dari apa yang ditangkapnya tidak menghilangkan kewajiban menyucikan apa yang terkena najis dari pemburu, dan tidak adanya perintah karena mencukupkan dengan apa yang ada di dalam dalil-dalil menyucikan najis dari dalil-dalil umum, dan kalaupun diterima maka tujuannya adalah dispensasi bagi pemburu secara khusus. Dan mereka juga berdalilkan dengan apa yang telah shahih pada Abu Dawud dari hadits Ibnu Umar dengan lafazh:
«كانت الكلاب تقبل وتدبر زمان رسول الله - صلى الله عليه وسلم - في المسجد فلم يكونوا يرشون شيئا من ذلك»
"Dahulu anjing-anjing datang dan pergi di zaman nabi ﷺ di dalam masjid dan mereka tidaklah menyiramkan sedikitpun dari yang demikian".
Dan itu ada dalam Bukhari. Dan dikeluarkan oleh Tirmidzi dengan tambahan: "dan kencing" dan dijawab bahwa kencing telah disepakati akan kenajisannya, maka tidak dibenarkan hadits kencingnya anjing di masjid sebagai hujjah yang bertentangan dengan ijma'.
Adapun sekedar datang dan pergi maka keduanya tidak menunjukkan atas kesuciannya, dan juga ada kemungkinan tidak mencuci karena tidak bisa ditentukan tempat najisnya atau dikarenakan sucinya tanah dengan mengering. Berkata Al-Mundziri: sesungguhnya anjing-anjing itu kencing di luar masjid di tempat-tempatnya kemudian datang dan pergi ke masjid.
📋 JANGAN MUDAH MENYEBARKAN SUATU BERITA!
✍🏼 Berkata Ali bin Abi Thalib - رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ - :
"Jangan kamu menjadi orang yang mudah menyebarkan berita (rahasia) karena di belakang kamu ada sebuah petaka dahsyat lagi menyakitkan, dan fitnah-fitnah yang berkepanjangan lagi berat."
📕 Diriwayatkan oleh Abu Nu'aim di dalam Al-Hilyah (7/11) dan dishahihkan oleh Al-Albani di dalam Shahih Al-Adab Al-Mufrad (326).
-------
عن علي رضي الله عنه قال:
"لا تكونوا عجلا مذاييع بذرا ؛ فإن من ورائكم بلاء مبرحا مملحا، وأمورا متماحلة ردحا ".
[رواه أبو نعيم في حلية الأولياء (١١/٧) وصححه الألباني في صحيح الأدب المفرد (٣٢٧)]
#kalam_sahabat
t.me/butiranfaedah/3273
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
pada kewajiban itu.
[ Kemudian berkata ] Ibnu Jarir dari Abdullah bin Mas'ud beliau mengatakan: menyentuh artinya yang selain jima'.
Dan beliau telah meriwayatkannya dari beberapa jalan dari Ibnu Mas'ud semisalnya.
Saya (Ibnu Katsir) katakan: dan diriwayatkan oleh imam Malik dari Az-Zuhri, dari Salim bin Abdillah bin Umar, dari ayahnya bahwa beliau mengatakan: "seorang lelaki mencium istrinya dan menyentuhnya dengan tangannya termasuk dari makna sentuhan, maka barangsiapa yang mencium istrinya atau memegang dengan tangannya, maka wajib atasnya berwudhu".
Dan pendapat yang menyatakan wajibnya berwudhu karena menyentuh adalah pendapatnya Syafi'i dan sahabatnya, Malik dan pendapat yang masyhur dari Ahmad bin Hanbal rahimahumullah, berkata Nashir ucapan ini: "ayat ini dibaca:
{لامستم} dan {ولمستم }
Dan kata "lamas" dalam syariat bermakna memegang dengan tangan, Allah ta'ala berfirman:
(وَلَوۡ نَزَّلۡنَا عَلَیۡكَ كِتَـٰبࣰا فِی قِرۡطَاسࣲ فَلَمَسُوهُ بِأَیۡدِیهِمۡ) [سورة الأنعام 7]
"Dan sekiranya Kami turunkan kepadamu (Muhammad) tulisan di atas kertas, sehingga mereka dapat memegangnya dengan tangan mereka sendiri." [Qs. Al-An'am: 7]
Yaitu memegangnya. Dan rasulullah ﷺ mengatakan kepada Ma'iz ketika mengakui telah berzina maka rasul menawarkan kepadanya untuk mencabut pengakuannya: "barangkali kamu telah menciumnya atau menyentuhnya", sedangkan dalam hadits shahih: "dan tangan zina nya adalah menyentuh"...
Berkata Al-Hafizh Ibnu Katsir rahimahullah:
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan: "bahwa yang lebih pantas dari kedua pendapat tersebut yang benar adalah pendapat orang yang mengatakan: Allah ta'ala memaksudkan dengan: "atau menyentuh perempuan" adalah jima' (bersetubuh) bukan lainnya dari makna-makna menyentuh, berdasarkan hadits yang shahih dari Rasulullah ﷺ bahwa beliau pernah mencium sebagian istrinya Kemudian shalat dan tidak berwudhu (kembali)". - selesai secara ringkas -
📕 Sumber: Tafsir Ibnu Katsir (2/314-316).
✍🏼 Diringkas oleh: Abu Abduh عفا الله عنه ولوالديه وجميع المسلمين.
----------
~ معنى "لامستم النساء" في آية الوضوء ~
قال الحافظ ابن كثير رحمه الله في تفسيره عند قوله تعالى:
(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ إِذَا قُمۡتُمۡ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغۡسِلُوا۟ وُجُوهَكُمۡ وَأَیۡدِیَكُمۡ إِلَى ٱلۡمَرَافِقِ وَٱمۡسَحُوا۟ بِرُءُوسِكُمۡ وَأَرۡجُلَكُمۡ إِلَى ٱلۡكَعۡبَیۡنِۚ وَإِن كُنتُمۡ جُنُبࣰا فَٱطَّهَّرُوا۟ۚ وَإِن كُنتُم مَّرۡضَىٰۤ أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوۡ جَاۤءَ أَحَدࣱ مِّنكُم مِّنَ ٱلۡغَاۤىِٕطِ أَوۡ لَـٰمَسۡتُمُ ٱلنِّسَاۤءَ فَلَمۡ تَجِدُوا۟ مَاۤءࣰ فَتَیَمَّمُوا۟ صَعِیدࣰا طَیِّبࣰا فَٱمۡسَحُوا۟ بِوُجُوهِكُمۡ وَأَیۡدِیكُم مِّنۡهُۚ مَا یُرِیدُ ٱللَّهُ لِیَجۡعَلَ عَلَیۡكُم مِّنۡ حَرَجࣲ وَلَـٰكِن یُرِیدُ لِیُطَهِّرَكُمۡ وَلِیُتِمَّ نِعۡمَتَهُۥ عَلَیۡكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ) [سورة المائدة 6]
وأما قوله: {أو لامستم النساء}
فقرئ: "لمستم" و"لامستم" واختلف المفسرون والأئمة في معنى ذلك، على قولين:
أحدهما: "أن ذلك كناية عن الجماع؛ لقوله {وإن طلقتموهن من قبل أن تمسوهن وقد فرضتم لهن فريضة فنصف ما فرضتم} [ البقرة: 237]
وقال تعالى: {يا أيها الذين آمنوا إذا نكحتم المؤمنات ثم طلقتموهن من قبل أن تمسوهن فما لكم عليهن من عدة تعتدونها} [ الأحزاب: 49]
[ ثم ساق رحمه الله الحديث بسنده إلى ] سعيد بن جبير عن ابن عباس في قوله: {أو لمستم النساء} قال: الجماع.
وروي عن علي، وأبي بن كعب، ومجاهد، وطاوس، والحسن، وعبيد بن عمير، وسعيد بن جبير، والشعبي، وقتادة، ومقاتل بن حيان -نحو ذلك.
[ وسرد ابن جرير حديث ابن عباس رضي الله عنه بسنده إلى ] سعيد بن جبير قال: ذكروا اللمس، فقال ناس من الموالي: ليس بالجماع. وقال ناس من العرب: اللمس الجماع: قال: فأتيت ابن عباس فقلت له: إن ناسا من الموالي والعرب اختلفوا في اللمس، فقالت الموالي. ليس بالجماع. وقالت العرب: الجماع. قال: من أي الفريقين كنت؟ قلت: كنت من الموالي. قال: غلب فريق الموالي. إن اللمس والمس والمباشرة: الجماع، ولكن الله يكني ما شاء بما شاء.
(٢) ثم قال ابن جرير: وقال آخرون: عنى الله بذلك كل لمس بيد كان أو بغيرها من أعضاء الإنسان، وأوجب الوضوء على كل من مس بشيء من جسده شيئا من جسدها مفضيا إليه.
[ ثم قال ] عن عبد الله بن مسعود قال: اللمس ما دون الجماع.
وقد رواه من طرق متعددة عن ابن مسعود بمثله.
قلت: وروى مالك، عن الزهري، عن سالم بن عبد الله بن عمر، عن أبيه أنه كان يقول: قبلة
📋 TIDAK ADA KESELAMATAN KECUALI DENGAN BERPEGANG TEGUH DENGAN SUNNAH
✍🏼 Berkata Al-Imam Al-Albani - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - :
»| Tidak ada keselamatan bagi kaum muslimin dari apa yang telah menimpa mereka berupa penjajahan, perendahan dan penghinaan, dan tidak ada faedahnya bagi perkumpulan Islami maupun partai-partai politik kecuali dengan berpegang teguh dengan Sunnah yang shahihah, dan di atas manhaj salaf shaleh - رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُم - dan tidak ada juga pada apa yang dilakukan generasi belakangan pada hari ini - baik secara keyakinan, pemahaman maupun perilakunya -. |«
📕 As-Silsilah As-Shahihah (7/616-617).
---------
📍لا نَجـَاة إلاّ بالـْتِـزام الـسُّـنة
✾ قـال الإمـام الألــباني -رحـمه الله-:
لا نجـاة للمسلـمين ممّـا أصـابـهم من الاستعـمار والـذل والـهـوان ، ولا فـائدة للـتكتلات الإسلامـية، والأحـزاب الـسياسية
•• إلاّ بالْـتزام الـسنة الصحـيحة، وعلى منهـج الـسلـف الـصالح - رضـي الله عنـهم -
•• ولـيس على مـا علـيه الخلـف الـيوم - عـقيدة وفـقهـاً وسلـوكـاً - .
📕[ "السـلسلـة الصـحيـحة" (٦١٦/٧..١٧)]
#manhaj
t.me/butiranfaedah/3269
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 MAKNA SHALAWAT ATAS NABI ﷺ
✍🏼 Berkata As-Syaikh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - :
»| (Makna) kalimat:
«اللهمَّ صَلِّ على محمدٍ»
"Ya Allah, berikan shalawat atas Muhammad"
Yakni: ya Allah, pujilah dia di hadapan para penghuni langit, yaitu: sebutkanlah nama beliau dengan sifat-sifat yang terpuji.
Sedangkan makna "para penghuni langit" mereka adalah para malaikat, dan jika engkau mengucapkan:
«اللهمَّ صَلِّ على محمدٍ»
"Ya Allah, berikanlah shalawat atas Muhammad"
Maka seakan-akan engkau berdoa: wahai Rabb-ku, sifatilah beliau dengan sifat-sifat yang terpuji, dan sebutlah namanya di hadapan para malaikat hingga bertambah kecintaan mereka kepadanya, dan bertambah pula pahalanya karenanya. |«
📕 Risalah Fil Adzkar (hal. 83).
-------
قال الشيخ محمد الصالح العثيمين :
«اللهمَّ صَلِّ على محمدٍ» يعني: اللهم أَثْنِ عليه في المَلَإِ الأعلى، أي: اذْكُرْهُ بالصفات الحميدة، والملأُ الأعلى هم الملائكة، فإذا قلتَ: «اللَّهُمَّ صلِّ على محمد» فكأنك تقول: يا ربِّ صِفْه بالصفات الحميدة، واذكُرْه عند الملائكة حتى تَزدادَ محبَّتُهم له، ويزدادَ ثوابُه بذلك.
📚رسالة في الأذكار ص ٨٣
#fikih_jumat
t.me/butiranfaedah/3267
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 KEUTAMAAN SIKAP TAWADHU
✍🏼 Berkata Ibrahim bin Al-Asy'ats - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - :
»| Aku bertanya kepada Al-Fudhail bin Iyadh - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - tentang tawadhu (sikap rendah hati), maka beliau mengatakan:
"Engkau tunduk kepada kebenaran dan mengikuti kebenaran tersebut dari orang yang engkau dengar sekalipun dia adalah orang yang paling bodoh maka wajib atasmu untuk menerima kebenaran tersebut darinya." |«
📕 Jami' Bayan Al-Ilmi wa Fadhlihi (hal. 964).
---------
قَالَ إِبْرَاهِيمُ بْنُ الْأَشْعَثِ:
" سَأَلْتُ الْفُضَيْلَ بْنَ عِيَاضٍ رَحِمَهُ اللَّهُ عَنِ التَّوَاضُعِ، فَقَالَ:
أَنْ تَخْضَعَ لِلْحَقِّ وَتَنْقَادَ لَهُ مِمَّنْ سَمِعْتَهُ وَلَوْ كَانَ أَجْهَلَ النَّاسِ لَزِمَكَ أَنْ تَقْبَلَهُ مِنْهُ".
📕جامع بيان العلم وفضله (٩٦٤).
#adab_akhlak
t.me/butiranfaedah/3265
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
العبادة لقصد تحصيل ثناء الناس لأنه شركٌ في العبادة -وهو وإن كان شكاً أصغرَ فخطره عظيم، لأنه يحبط العمل الذي قارنه- ولما كانت النفوس مجبولة على محبة الرئاسة والمنزلة في قلوب الخلق إلا من سلَّم الله كان هذا أخوف ما يُخاف على الصالحين -لقوة الداعي إليه- بخلاف الداعي إلى الشرك الأكبر، فإنه إما معدوم في قلوب المؤمنين الكاملين، وإما ضعيف.
◾️ مناسبة الحديث للباب: أن فيه الخوف من الشرك الأصغر كما أن في الآيتين قبله الخوف من الشرك الأكبر، والباب شاملٌ للنوعين.
◾️ ما يستفاد من الحديث:
1- شدة الخوف من الوقوع في الشرك الأصغر، وذلك من وجهين:
الأول: أن الرسول -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- تخوَّف من وقوعه تخوفاً شديداً.
الثاني: أنه -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- تخوَّف من وقوعه في الصالحين الكاملين فمن دونهم من باب أولى.
2- شدة شفقته -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- على أمته وحرصه على هدايتهم ونصحه لهم.
3- أن الشرك ينقسم إلى أكبر وأصغر -فالأكبر هو أن يسوِّي غير الله بالله فيما هو من خصائص الله، والأصغر هو ما أتى في النصوص أنه شرك ولم يصل إلى حد الأكبر
- والفرق بينهما:
أ-أن الأكبر يحبط جميع الأعمال، والأصغر يحبط العمل الذي قارنة.
ب- أن الأكبر يخلد صاحبه في النار، والأصغر لا يوجب الخلود في النار.
ج- أن الأكبر ينقل عن الملة، والأصغر لا ينقل عن الملة.
__
(1) أخرجه أحمد في مسنده (5/428، 429) . والطبراني في معجمه الكبير (4/253 رقم 4301) .
#terjemahan_kitab_mulakhas_tauhid
t.me/butiranfaedah/3262
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 KESEPAKATAN PARA IMAM ATAS BOLEHNYA MENGERJAKAN SHALAT SUNNAH RAWATIB DAN MENINGGALKANNYA DALAM SAFAR
✍🏼 Berkata Al-Imam Ibnu Taimiyah - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - sebagaimana dalam "Majmu' Al-Fatawa" (22/279-280):
»| Dan termasuk dari bab ini yang telah disepakati ulama bahwa boleh padanya dua perkara:
(bolehnya) mengerjakan sunnah rawatib dalam safar, karena siapa yang ingin boleh mengerjakannya, dan siapa yang ingin boleh meninggalkannya, berdasarkan kesepakatan para imam.
Dan itu adalah shalat yang boleh dikerjakan dan ditinggalkan, terkadang karena adanya hajat insan kepadanya, dan terkadang meninggalkannya lebih utama apabila dia disibukkan dari shalat sunnah dengan sesuatu yang lebih utama darinya. |«
✍🏼 Dipilihkan oleh:
(As-Syaikh) Abdul Qadir Al-Junaid - حَفِظَهُ اللّٓهُ تَعَالَىٓ -.
--------
🔶 اتفاق الأئمة على جواز فِعل السُّنن الرواتب وتركها في السفر.
قال الإمام ابن تيمية - رحمه الله - كما في "مجموع الفتاوى" (٢٢/ ٢٧٩-٢٨٠):
<<ومِن هذا الباب الذي اتفق العلماء على أنه يجوز فيه الأمران:
فِعل الرواتب في السفر، فإنه مَن شاء فعلها، ومَن شاء تركها، باتفاق الأئمة.
والصلاة التي يجوز فِعلها وتركها، قد يكون لحاجة الإنسان إليها، وقد يكون تركها أفضل إذا كان مشتغلًا عن النافلة بما هو أفضل منها>>.اهـ
📚 انتقاء:
عبد القادر الجنيد.
#fikih_shalat
t.me/butiranfaedah/3261
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 KEUTAMAAN MENJAGA WUDHU
📑 Dari Tsawban Radhiyallahu Anhu, berkata: rasulullah ﷺ bersabda:
« اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمْ الصَّلَاةَ وَلَا يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلَّا مُؤْمِنٌ »
"Istiqamahlah kalian, dan sekali-kali kalian tidak akan dapat menghitungnya. Dan beramallah, sesungguhnya amalan kalian yang paling utama adalah shalat, dan tidak ada yang menjaga wudhu kecuali orang mukmin." (HR. Ibnu Majah no. (277) hadits shahih)
◾️ Kata "kalian tidak akan dapat menghitungnya" yaitu kalian tidak akan mampu istiqamah dengan sebenarnya karena sulitnya hal itu terwujud. Dan ada yang mengatakan, maknanya: kalian tidak akan dapat menghitung pahalanya dan ganjarannya jika kalian istiqamah.
✍🏼 Berkata Al-Imam As-Shan'ani rahimahullah:
»| dan tidak ada yang dapat menjaga wudhu kecuali mukmin: dan hanyalah dikhususkan penyebutan wudhu karena ia samar, sedikit yang menyaksikan pelakunya sehingga tidak ada yang selalu menjaga wudhunya kecuali orang yang memiliki kejujuran kepada Allah dan rasul-Nya, berbeda dengan shalat maka ia terkadang bisa dijaga oleh munafik karena ingin menampakkan keimanan agar termasuk dari ahli iman, sehingga menjadi terjaga harta dan darahnya, dan mendapatkan dari harta rampasan dari kaum muslimin. |«
📕 At-Tanwir Syarh Al-Jami' As-Shaghir (2/337).
-------
*فَضْل الْمُحَافَظَةُ عَلَى الْوُضُوءِ*
عَنْ ثَوْبَانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ : قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : (( اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا ، وَاعْلَمُوا أَنَّ خَيْرَ أَعْمَالِكُمُ الصَّلَاةُ، وَلَا يُحَافِظُ عَلَى الْوُضُوءِ إِلَّا مُؤْمِنٌ ))
📚 سنن ابن ماجه - رقم : (277 )
👈🏽 الحديث صحيح .
وَلَنْ تُحْصُوا : أي لن تطيقوا أن تستقيموا حق الاستقامة لعسرها . وقيل معناه : لن تحصوا ثوابه وأجره لو استقمتم .
*قال الإمام الصنعاني رحمه الله :*
ولا يحافظ على الوضوء إلا مؤمن : وإنما خص الوضوء لأنه خفي يقل مشاهدة فاعله فلا يداوم عليه إلا من له تصديق بالله ورسوله بخلاف الصلاة فإنه قد يحافظ عليها المنافق تظهيراً للإيمان ليعدّ من أهله، فيصان ماله ودمه وينال من فيء المسلمين*
📚 التنوير شرح الجامع الصغير : (337/2)
#fikih_thaharah
t.me/butiranfaedah/3288
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
القول الثالث: أنه طاهر؛ لعابه وبوله وباقي أجزاءه، وهو قول المالكية وقال به عكرمة وداود الظاهري، وهو ما ذهب إليه ابن المنذر.
والراجح القول الثاني، لحديث أبي هريرة عند مسلم: «طهور إناء أحدكم إذا ولغ فيه الكلب أن يغسله سبع مرات».
قال الإمام الشوكاني رحمه الله تعالى:
قد ثبت في " الصحيحين " وغيرهما من حديث أبي هريرة - رضي الله عنه -: أن رسول الله [ صلى الله عليه وسلم] قال: " إذا شرب الكلب في إناء أحدكم؛ فليغسله سبعا ".
وثبت - أيضا - عندهما وغيرهما مثله من حديث عبد الله بن مغفل، فدل ذلك على نجاسة لعاب الكلب؛ وهو المطلوب هنا.
والكلام في الخلاف بين من عمل بظاهر هذه الأدلة ومن اكتفى بالتثليث معروف، وليس ذلك مما يقدح في كونه نجسا؛ لأن محل الدليل على النجاسة هو إيجاب الغسل، وهكذا لا يتعلق بما نحن بصدده زيادة التغليظ بالتتريب، كما وقع في أحاديث الباب في " الصحيحين " وغيرهما؛ فإنه ليس المقصود ههنا إلا إثبات كون اللعاب نجسا، لا بيان كيفية تطهيره، فلذلك موضع آخر. اه المقصود
راجع: الدراري المضية للشوكاني (١/٣١).
وبه قال الشيخ محمد صديق حسن خان رحمه الله تعالى بلفظه في الروضة الندية (١١٢/١-١١٣) ثم قال:
والحاصل: أن الحق ما قضى به رسول الله [ صلى الله عليه وسلم] من التسبيع والتتريب، وليس من شرط التعبد الاطلاع على علل الأحكام التي تعبدنا الله بها - على ما هو الراجح -، وقد صح لنا الأمر منه [ صلى الله عليه وسلم] بالغسل على الصفة المذكورة بالأحاديث الصحيحة، ولم نجد عنه ما يدلنا على خلاف هذا الحكم، فلا يحل تحويل الشرع المتقرر بأقوال علماء الأمة، سواء كان القول المخالف منسوبا إلى جميعهم أو إلى بعضهم، وقد حفظ الله هذه السنة بأقوال جماعة من علماء الأمة، كما هو معروف في كتب الخلاف والفقه وشروح السنة. اه ملخصا.
جمعه وانتقاه: الفقير إلى عفو ربه أبو عبده الاندونيسي.
السبت، ٨ رجب ١٤٤٢ ه
#fikih_thaharah
t.me/butiranfaedah/3285
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 ASAS SEGALA KEBAIKAN DAN KEJELEKAN
✍🏼 Berkata Al-Imam Ibnul Qayyim - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - :
»| Tujuh anggota tubuh: mata, telinga, mulut, lidah, kemaluan, tangan dan kaki adalah kendaraan menuju kehancuran dan keselamatan, maka menjaganya merupakan asas setiap kebaikan, dan menelantarkannya merupakan asas setiap Kejelekan. |«
📕 Ighatsatul Lahafan (1/80).
-------
قال الإمام ابن القيم رحمه الله :
الجوارح السبعة وهي : العين والأذن والفم واللسان والفرج واليد والرِّجل ، هي مراكب العطب ، والنجاة ، فحِفظُها أساس كل خير ، وإهمالها أساس كل شر .
إغاثة اللهفان (١ / ٨٠)
#taushiyah
t.me/butiranfaedah/3284
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
dan untuk menjaga kebun: dia menjaga perkebunan dari para pencuri dan selainnya dengan menggonggong sehingga waspada pemilik kebun, dan demikian halnya dengan anjing penjaga kambing dari serigala, ia akan menjaganya apabila mendengar suaranya maka serigala akan menjauh darinya dan pemiliknya menjadi waspada; pemilik ternak mereka akan menjaga ternak mereka.
(¹). Pertanyaan ke-20 dari kaset no. (256).
(²). Dikeluarkan oleh Muslim dalam kitab At-Thaharah, bab: hukmu wulugh al-kalb, no. (279).
Lihat, Fatawa Nur Ala Ad-Darb Ibnu Baaz (5/381-382).
Bersambung ke masalah ketiga insya Allah ta'ala...
✍🏼 Dikumpulkan dan dipilih oleh: Abu Abduh عفا الله عنه ولوالديه وجميع المسلمين.
📆 Kamis, 6 Rajab 1442 H.
-------
المسألة الثانية: هل عموم الكلاب تدخل في ذلك؟
في هذه المسألة ثلاثة أقوال:
القول الأول: أنه مخصص بالكلب المنهي عن اتخاذه. وهذا قول مالك.
القول الثاني: فرق ابن الماجشون بين البدوي والحضري.
القول الثالث: العموم، كل الكلاب، أي كلب كان. وهو الراجح وهو قول جمهور أهل العلم.
راجع: إحكام الإحكام (٣٠/١), وشرح مسلم (٥٢٠/٣)، و فتح الباري (٢٧٦/١).
قال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله تعالى:
وقوله: «كَلْب» يشمل الأسودَ، والمُعلَّم وغيرهما، وما يُباح اقتناؤه وغيره، والصَّغير، والكبير.
ويشمل أيضاً لما تنجَّس بالولُوغ، أو البَول، أو الرَّوث، أو الرِّيق، أو العَرَق.
والدَّليل على ذلك قوله صلّى الله عليه وسلّم: «إِذا وَلَغَ الكلب» ، و «أل» هنا لحقيقة الجِنْس، أو لِعُموم الجِنْس، وعلى كلٍّ هي دالَّة على العموم.
فإِن قيل: ألا يكون في هذا مَشقَّة بالنِّسبة لما يُباح اقتناؤه؟
أجيب: بلى، ولكن تزول هذه المشقَّة بإِبعاد الكلب عن الأواني المستعمَلة، بأن يُخصَّص له أواني لطعامه وشرابه، ولا نخرجه عن العموم، إِذ لو أخرجناه لأخرجنا أكثر ما دلَّ عليه اللفظ، وهذا غير سديد في الاستدلال.
وقال بعض الظَّاهريَّة: إِنَّ هذا الحُكم فيما إِذا وَلَغَ الكلب، أما بَوْله، ورَوْثه فكسائر النَّجاسات، لأنهم لا يَرَوْن القياس.
وجمهور الفقهاء قالوا: إِن رَوْثَهُ، وبوله كوُلُوغه، بل هو أخبث ، والنبيُّ صلّى الله عليه وسلّم نَصَّ على الوُلُوغ، لأن هذا هو الغالب، إِذ إِن الكلب لا يبول ويروث في الأواني غالباً، بل يَلِغُ فيها فقط، وما كان من باب الغالب فلا مفهوم له، ولا يُخَصُّ به الحكم.
ورجَّحَ بعض المتأخِّرين مذهب الظَّاهريَّة ، لا من أجل الأخذ بالظَّاهر؛ ولكن من أجل امتناع القياس، لأن من شَرْط القياس مساواة الفرع للأصل في العِلَّة حتى يساويه في الحُكم، لأن الحكم مرتَّبٌ على العِلَّة، فإِذا اشتركا في العِلَّة اشتركا في الحكم، وإِلا فلا. اه المراد
انظر: الشرح الممتع (٤١٦/١-٤١٨)
وقد سئل فضيلة الشيخ ابن باز رحمه الله تعالى ما نصه:
س: سمعت من أناس أن الكلب – أكرمكم الله – الكلب السلاقي ليس بنجس، فهل هذا صحيح (¬1) ؟
ج: ليس بصحيح، كل الكلاب نجسة، كلاب الصيد وغيرها كلها نجسة، ولكن الله أباح صيدها فضلا منه وإحسانا، ولكن إذا ولغت في الإناء يغسل سبع مرات، وإذا أصابك شيء منها من بول، أو لعاب يغسل سبع مرات، وهكذا كلب الماشية وكلب الحرث وجميع الكلاب كلها نجسة، يقول الرسول: «طهور إناء أحدكم إذا ولغ فيه الكلب أن يغسله سبع مرات (¬2) » فدل على أنه نجس، ويغسل منه سبع مرات من ولوغه، لكن أباح الله صيده، وأباح الله اقتناءه لأمور ثلاثة: للصيد، وللحرث، وللماشية، للصيد: يصاد به ويعلم ما يصاد به، وللحرث: يحمي المزارع عن السراق وغيرهم بنباحه حتى ينتبه صاحب المزرعة، وهكذا الماشية عند الغنم عن الذئب، يحميها إذا سمع صوته الذئب ابتعد عنها وانتبه أهله؛ أهل الماشية حتى يدافعوا عن ماشيتهم.
¬________
(¬1) السؤال العشرون من الشريط رقم (256) .
(¬2) أخرجه مسلم في كتاب الطهارة، باب حكم ولوغ الكلب، برقم (279) .
المصدر: فتاوى نور على الدرب لابن باز (٣٨١/٥-٣٨٢)
يتبع إلى المسألة الثالثة إن شاء الله تعالى...
جمعه وانتقاه: الفقير إلى عفو ربه أبو عبده الاندونيسي.
الخميس، ٦ رجب ١٤٤٢ ه
#fikih_thaharah
t.me/butiranfaedah/3279
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 KEBAHAGIAAN YANG HAKIKI
✍🏼 Berkata As-Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr - حَفِظَهُ اللّٓهُ تَعَالَىٓ - :
»| Maka kebahagiaan yang hakiki hanya akan terjadi, dan didapat dengan cara mengenal Allah Rabb yang maha agung, pencipta yang maha mulia, lagi maha besar juga maha tinggi, dan mengenali-Nya - سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ - dengan apa yang telah Allah kenalkan akan diri-Nya kepada para hamba-Nya dari nama-nama Nya yang baik, dan sifat-sifat Nya yang tinggi, dan bukti-bukti kebesaran-Nya, kemuliaan-Nya, kesempurnaan-Nya, dan kesombongan-Nya - سُبْحَانَهُ وَتَعَالَىٰ -. |«
📕 Syarh Risalah Ibnil Qayyim Ila Ahadi Ikhwanihi (6).
--------
🎙قال الشيخ عبدالرزاق البدر -حفظه الله:
«فالسعادة الحقيقية: إنَّما تكون، وإنَّما تُنالُ بمعرفة الرب العظيم، والخالق الجليل، والكبير المتعال، والتعرُّفِ اليه سبحانه وتعالى بما تَعَرَّفَ إلى عباده به من أسمائه الحسنى، وصفاته العليا، ودلائل عظمته ومجده وكماله وكبريائه سبحانه وتعالى».
🎙️ شرح رسالة ابن القيم إلى أحد اخوانه (-6-)
#taushiyah
t.me/butiranfaedah/3278
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
Dan berkata Al-Hafizh: "dan yang lebih dekat untuk dikatakan: bahwa itu terjadi di awal-awal dengan hukum asal yang boleh, kemudian turun perintah untuk memuliakan masjid-masjid dan menyucikannya dan dibuatkan pintu-pintu bagi masjid. Dan mereka berdalil atas sucinya juga dengan apa yang akan datang berupa keringanan dalam perkara anjing pemburu, anjing pengawas hewan dan anjing penjaga kebun. Dan dijawab bahwa itu tidak bertentangan antara keringanan dengan hukum najisnya, puncak perkaranya bahwa itu adalah bentuk beban syariat yang menyulitkan dan itu tidak menghilangkan tujuan ibadah dengannya." Selesai.
(Lihat, Nailul Awthar karya As-Syawkani (1/51-52).
Dan berkata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah:
"Dan pendapat yang rajih adalah sucinya rambut semuanya: anjing dan babi, serta selain keduanya tidak termasuk liurnya, dan berdasarkan ini apabila rambut anjing itu basah, dan mengenai kain seseorang, maka tidak mengapa, sebagaimana itu madzhabnya jumhur fuqaha: Abu Hanifah, Malik, Ahmad dalam salah satu riwayat darinya; dan yang demikian karena asalnya pada benda-benda adalah suci, maka tidak boleh menjadikan sesuatu najis dan tidak boleh mengharamkannya kecuali dengan dalil, sebagaimana firman Allah ta'ala:
(وَقَدۡ فَصَّلَ لَكُم مَّا حَرَّمَ عَلَیۡكُمۡ إِلَّا مَا ٱضۡطُرِرۡتُمۡ إِلَیۡهِۗ) [سورة الأنعام 119]
"padahal Allah telah menjelaskan kepadamu apa yang diharamkan-Nya kepadamu, kecuali jika kamu dalam keadaan terpaksa." [Qs. Al-An'am: 119]
Dan Allah ta'ala berfirman:
(وَمَا كَانَ ٱللَّهُ لِیُضِلَّ قَوۡمَۢا بَعۡدَ إِذۡ هَدَىٰهُمۡ حَتَّىٰ یُبَیِّنَ لَهُم مَّا یَتَّقُونَۚ) [سورة التوبة 115]
"Dan Allah sekali-kali tidak akan menyesatkan suatu kaum, setelah mereka diberi-Nya petunjuk, sehingga dapat dijelaskan kepada mereka apa yang harus mereka jauhi." [Qs. At-Taubah: 115]
Dan nabi ﷺ di dalam hadits yang shahih:
«إن من أعظم المسلمين جرما من سأل عن شيء لم يحرم فحرم من أجل مسألته»
"Sesungguhnya sebesar-besar dosa yang diperbuat muslimin adalah orang yang bertanya tentang sesuatu yang belum diharamkan kemudian diharamkan karena pertanyaannya.".
Dan di dalam kitab sunan: dari Salman Al-farisi secara marfu'; dan sebagian mereka ada yang menjadikannya mawquf: bahwa beliau berkata:
«الحلال ما أحل الله في كتابه، والحرام ما حرم الله في كتابه، وما سكت عنه فهو مما عفا عنه»
"Yang halal adalah apa yang telah dihalalkan Allah di dalam kitab-Nya, dan yang haram adalah apa yang telah diharamkan Allah di dalam kitab-Nya, dan apa yang didiamkan maka itu termasuk yang dimaafkan darinya".
Dan apabila demikian, maka nabi ﷺ bersabda:
«طهور إناء أحدكم إذا ولغ فيه الكلب أن يغسله سبعا أولاهن بالتراب»
""Sucinya bejana salah satu dari kalian apabila dijilat anjing adalah dengan mencucinya tujuh kali dan yang pertama kali dengan tanah."
Dan dalam hadits lain: "apabila dijilat anjing". Maka hadits-haditsnya semuanya tidak ada padanya kecuali menyebutkan jilatan; tidak menyebutkan bagian-bagian lainnya, sehingga penajisannya hanya karena kiyas. Selesai yang dimaksud.
(Lihat, Al-Fatawa Al-Kubra karya Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah (1/263-266).
Bersambung ke masalah kedua bi idznillah ta'ala...
✍🏼 Dikumpulkan dan dipilih oleh: Abu Abduh عفا الله عنه ولوالديه وجميع المسلمين.
---------
حكم الإناء الذي شرب منه الكلب وولغ فيه
عن أبي هريرة رضى الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "إذا شرب الكلب في إناء أحدكم فليغسله سبعا" [رواه البخاري ومسلم] ولمسلم " أولاهن بالتراب".
وله في حديث عبد الله بن مغفل أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: "إذا ولغ الكلب في الإناء فاغسلوه سبعا وعفروه الثامنة بالتراب". [رواه مسلم]
غريب الحديث:
1- "إذا ولغ" ومضارعه يلغ بالفتح فيهما- شرب بطرف لسانه. وهو أن يدخل لسانه في الماء وغيره من كل مائع، فيحركه ولو لم يشرب. فالشرب أخص من الولوغ.
2- "عفروه" التعفير، التمريغ في العفر، وهو التراب.
3- "أولاهن" تأنيث الأول، والهاء ضمير المرات.
وجاء في بعض الروايات أولهن بلفظ المذكر لأن تأنيث المرة غير حقيقي.
[ تيسير العلام شرح عمدة الأحكام (صـ ٢٤-٢٥)]
في هذين الحديثين مسائل، منها:
المسألة الأولى:
في الكلب هل هو طاهر أم نجس؟ وما قول العلماء فيه؟
الجواب: أما الكلب فللعلماء فيه ثلاثة أقوال معروفة.
📋 MENJAGA SHALAT WITIR
✍🏼 Berkata As-Syaikh Ibnu Utsaimin - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - :
»| Shalat witir paling sedikit satu raka'at, dan tidak memakan waktu sampai lima menit dari dua puluh empat jam, pastinya. Jadi bagaimana seseorang bisa meninggalkannya? Ini hanya orang yang lalai. |«
📕 Syarah Al-Ushul Min Ilmi Al-Ushul (hal. 55).
----------
قال الشيخ ابن عثيمين رحمه الله :
الوتر أقله ركعة واحدة، لا تستغرق خمس دقائق من بين أربع و عشرين ساعة، مع تأكده، فكيف يتركه الإنسان؟ هذا لايكون إلا رجلاً متهاوناً،
[ شرح الأصول من علم الأصول - 55 ]
#fikih_shalat
t.me/butiranfaedah/3274
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
الرجل امرأته وجسه بيده من الملامسة، فمن قبل امرأته أو جسها بيده، فعليه الوضوء.
والقول بوجوب الوضوء من المس هو قول الشافعي وأصحابه ومالك والمشهور عن أحمد بن حنبل، رحمهم الله، قال ناصر هذه المقالة: قد قرئ في هذه الآية {لامستم} {ولمستم } واللمس يطلق في الشرع على الجس باليد قال
الله تعالى: {ولو نزلنا عليك كتابا في قرطاس فلمسوه بأيديهم} [ الأنعام: 7] ، أي جسوه وقال [ رسول الله] صلى الله عليه وسلم لماعز -حين أقر بالزنا يعرض له بالرجوع عن الإقرار-: "لعلك قبلت أو لمست" وفي الحديث الصحيح: "واليد زناها اللمس"...
قال الحافظ ابن كثير رحمه الله:
ثم قال ابن جرير: وأولى القولين في ذلك بالصواب قول من قال: عنى الله بقوله: {أو لامستم النساء} الجماع دون غيره من معاني اللمس، لصحة الخبر عن رسول الله صلى الله عليه وسلم أنه قبل بعض نسائه ثم صلى ولم يتوضأ.اه ملخصا.
المصدر: تفسير ابن كثير (٣١٤/٢-٣١٦)
✍🏼 اختصره : الفقير إلى عفو ربه أبو عبده الاندونيسي.
#ayat_pilihan
t.me/butiranfaedah/3270
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 MAKNA MENYENTUH PEREMPUAN DALAM AYAT WUDHU
✍🏼 Berkata Al-Hafizh Ibnu Katsir As-Syafi'i - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - ketika menafsirkan firman-Nya:
(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ إِذَا قُمۡتُمۡ إِلَى ٱلصَّلَوٰةِ فَٱغۡسِلُوا۟ وُجُوهَكُمۡ وَأَیۡدِیَكُمۡ إِلَى ٱلۡمَرَافِقِ وَٱمۡسَحُوا۟ بِرُءُوسِكُمۡ وَأَرۡجُلَكُمۡ إِلَى ٱلۡكَعۡبَیۡنِۚ وَإِن كُنتُمۡ جُنُبࣰا فَٱطَّهَّرُوا۟ۚ وَإِن كُنتُم مَّرۡضَىٰۤ أَوۡ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوۡ جَاۤءَ أَحَدࣱ مِّنكُم مِّنَ ٱلۡغَاۤىِٕطِ أَوۡ لَـٰمَسۡتُمُ ٱلنِّسَاۤءَ فَلَمۡ تَجِدُوا۟ مَاۤءࣰ فَتَیَمَّمُوا۟ صَعِیدࣰا طَیِّبࣰا فَٱمۡسَحُوا۟ بِوُجُوهِكُمۡ وَأَیۡدِیكُم مِّنۡهُۚ مَا یُرِیدُ ٱللَّهُ لِیَجۡعَلَ عَلَیۡكُم مِّنۡ حَرَجࣲ وَلَـٰكِن یُرِیدُ لِیُطَهِّرَكُمۡ وَلِیُتِمَّ نِعۡمَتَهُۥ عَلَیۡكُمۡ لَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُونَ) [سورة المائدة 6]
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu hendak melaksanakan shalat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kedua kakimu sampai ke kedua mata kaki. Jika kamu junub, maka mandilah. Dan jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air (kakus) atau menyentuh perempuan, maka jika kamu tidak memperoleh air, maka bertayamumlah dengan debu yang baik (suci); usaplah wajahmu dan tanganmu dengan (debu) itu. Allah tidak ingin menyulitkan kamu, tetapi Dia hendak membersihkan kamu dan menyempurnakan nikmat-Nya bagimu, agar kamu bersyukur." [Qs. Al-Maidah: 6]
Adapun firman-Nya: "atau menyentuh perempuan" maka bisa dibaca:
"لَمَسْتُمْ" و"لاَمَسْتُمْ"
Dan para ahli tafsir dan para imam berselisih pendapat tentang makna kalimat tersebut, menjadi 2 pendapat:
(1). Salahsatunya: "bahwa itu adalah kiasan tentang jima' (bersetubuh); berdasarkan firman-Nya:
(وَإِن طَلَّقۡتُمُوهُنَّ مِن قَبۡلِ أَن تَمَسُّوهُنَّ وَقَدۡ فَرَضۡتُمۡ لَهُنَّ فَرِیضَةࣰ فَنِصۡفُ مَا فَرَضۡتُمۡ) [سورة البقرة 237]
"Dan jika kamu menceraikan mereka sebelum kamu sentuh (campuri), padahal kamu sudah menentukan Maharnya, maka (bayarlah) seperdua dari yang telah kamu tentukan." [Qs. Al-Baqarah: 237]
Dan Allah ta'ala berfirman:
(یَـٰۤأَیُّهَا ٱلَّذِینَ ءَامَنُوۤا۟ إِذَا نَكَحۡتُمُ ٱلۡمُؤۡمِنَـٰتِ ثُمَّ طَلَّقۡتُمُوهُنَّ مِن قَبۡلِ أَن تَمَسُّوهُنَّ فَمَا لَكُمۡ عَلَیۡهِنَّ مِنۡ عِدَّةࣲ تَعۡتَدُّونَهَاۖ) [سورة الأحزاب 49]
"Wahai orang-orang yang beriman! Apabila kamu menikahi perempuan-perempuan mukmin, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum kamu mencampurinya maka tidak ada masa idah atas mereka yang perlu kamu perhitungkan". **[Qs. Al-Ahzab: 49]
[ kemudian Ibnu Katsir membawakan hadits dengan sanadnya hingga ke ] Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas di dalam firman-Nya: "atau menyentuh perempuan", beliau katakan: (maksudnya adalah) jima'.
Dan diriwayatkan dari Ali, Ubay bin Ka'ab, Mujahid, Thawus, Al-Hasan, Ubaid bin Umair, Sa'id bin Jubair, Sya'bi, Qatadah, Muqatil bin Hayyan - dan semisalnya.
[ Dan disebutkan] Ibnu Jarir hadits Ibnu Abbas - رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ - dengan sanadnya hingga ke Sa'id bin Jubair berkata: mereka menyebutkan tentang "menyentuh" maka, sekelompok orang dari kalangan mawali (bekas budak) mengatakan: bukan jima', dan sekelompok orang dari bangsa Arab mengatakan: menyentuh artinya jima', dia katakan: lalu aku datangi Ibnu Abbas dan aku katakan kepadanya: sesungguhnya sekelompok orang dari bekas budak dan bangsa Arab mereka berselisih pendapat tentang makna menyentuh, maka bekas budak mengatakan: bukan jima', dan bangsa Arab mengatakan: jima', Ibnu Abbas bertanya: dari kelompok mana kamu berasal? Aku katakan: aku dari bekas budak. Beliau berkata: "kelompok bekas budak lebih dominan, sesungguhnya lafazh lamas (menyentuh), mass (memegang) dan mubasyarah (bercumbu) maknanya: jima' (bersetubuh), akan tetapi Allah membuat kiasan apa yang Dia kehendaki dengan apa yang Dia kehendaki."
(2). Kemudian Ibnu Jarir berkata: sedangkan yang lain mengatakan: Allah memaksudkan dengan itu; semua sentuhan dengan tangan maupun dengan lainnya dari anggota tubuh seorang insan, dan wajib berwudhu atas setiap sentuhan dengan sesuatu dari tubuhnya yang bersentuhan dengan sesuatu dari tubuhnya wanita berujung
📋 ANDA BUTUH SETIAP SAAT DAN SETIAP NAFAS KEPADA HIDAYAH ALLAH
✍🏼 Berkata As-Syaikh Abdurrazzaq Al-Badr - حَفِظَهُ اللّٓهُ تَعَالَىٓ - :
»| Seorang hamba butuh kepada hidayah pada setiap saat dan nafas.
Setiap insan tidak aman hatinya dari fitnah (ujian), atau kesesatan, atau penyimpangan, atau terbawa hawa nafsu, tidak aman jiwanya.
(رَبَّنَا لَا تُزِغۡ قُلُوبَنَا بَعۡدَ إِذۡ هَدَیۡتَنَا وَهَبۡ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحۡمَةًۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡوَهَّابُ) [سورة آل عمران 8]
(Mereka berdoa), “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha Pemberi.” [Qs. Ali Imran: 8]
Adalah kebanyakan doa nabi kita ﷺ:
« يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوبِ ثَبِّتْ قَلْبِي عَلَى دِينِكَ »
"Wahai yang membolak-balikkan hati, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu" |«
📕 Syarhu Risalah Ibnil Qayyim Ila Ahadi Ikhwanihi (hal. 1).
------
أنت محتاج في كل لحظة وفي كل نفس: أن يهديك الله.
🎙قال الشيخ عبدالرزاق البدر -حفظه الله:
▪️ العبد مفتقر إلى الهداية في كل لحظة ونفس.
▪️ الإنسان لا يأمن قلبه أن يُفتن، أو أن يزيغ، أو أن ينحرف، أو أن تتخطفه الأهواء، لا يأمن نفسه.
•{رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ}•
كان أكثر دعاء نبينا عليه الصلاة والسلام:
•(يا مقلب القلوب ثبت قلبي على دينك)•
📕شرح رسالة ابن القيم إلى أحد اخوانه (-1-).
#taushiyah
t.me/butiranfaedah/3268
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 MEMILIH TEMAN SEJATI
✍🏼 Berkata As-Syaikh Ibnu Al-Utsaimin - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - :
»| Dan apabila engkau melihat orang ini tidak menemanimu kecuali ketika dia menunggu kemanfaatan darimu, maka ketahuilah bahwa dia adalah musuh dan bukan teman, demikian pula teman kesenangan yang akan menyibukkan dirimu dan menjadikan kamu melakukan hal yang sia-sia dengan bersenang-senang begadang malam, menyia-nyiakan waktu dengan pergi bertamasya dan lainnya, juga ini tidak ada kebaikan pada orang tersebut, namun yang wajib atasmu untuk engkau gigit dengan gigi geraham adalah teman yang mulia, yang akan membawamu kepada kemuliaan, dan melarangmu dari segala perbuatan rendah. |«
📕 Syarah Hilyah Thalib Al-Ilmi (hal. 106).
--------
قال الشيخ ابن العثيمين رحمه الله :
*فإذا رأيت هذا الرجل لا يصادقك إلا حيث ينتظر منفعتك، فاعلم أنه عدو وليس بصديق، كذلك صديق اللذة الذي يشغلك ويلهيك بالتمتع بالسهر، وإضاعة الوقت بالخروج للمنتزهات وغير ذلك، أيضا هذا لا خير فيه، الذي يجب عليك أن تعض عليه بالنواجذ، هو صديق الفضيلة، يحملك على كل فضيلة، وينهاك عن كل رذيلة.*
شرح حلية طالب العلم صـ ١٠٦
#taushiyah
t.me/butiranfaedah/3266
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 HUKUM TERTAWA DALAM SHALAT
◾️ Pertanyaan ke-17 dari fatwa no. (8859).
📑 Pertanyaan:
Apa hukum tertawa di dalam shalat dalam keadaan dia tahu bahwa itu membatalkan shalat ataupun tidak tahu?
✍🏼 Jawaban:
»| Tertawa dalam shalat tidak boleh, sama saja baik dia mengetahui bahwa tertawa membatalkan shalat ataupun tidak, maka tertawa membatalkan shalat menurut ijma'ulama.
Wabillahi at-taufiq. Shalawat dan salam atas nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya. |«
📕 Al-Lajnah Ad-Daimah Lil Buhuts Al-Ilmiah wal Ifta.
-------
*📮اﻟﺴﺆاﻝ اﻟﺴﺎﺑﻊ ﻋﺸﺮ ﻣﻦ اﻟﻔﺘﻮﻯ ﺭﻗﻢ (8859)*
ـ❁ـ❁ـ❁ـ❁ـ❁ـ❁
*❪📜❫ السُّــــ☟ـــؤَال :*
*✍س:ﻣﺎ ﺣﻜﻢ اﻟﻀﺤﻚ ﻓﻲ اﻟﺼﻼﺓ ﻭﻫﻮ ﻳﻌﻠﻢ ﺃﻧﻪ ﻳﺒﻄﻠﻬﺎ ﺃﻭ ﻻ ﻳﻌﻠﻢ؟*
ـ❁ـ❁ـ❁ـ❁ـ❁ـ❁
*❪📜❫ الجَـــ☟ـــوَاب :*
*✍ج:اﻟﻀﺤﻚ ﻓﻲ اﻟﺼﻼﺓ ﻻ ﻳﺠﻮﺯ، ﺳﻮاء ﻋﻠﻢ ﺃﻥ اﻟﻀﺤﻚ ﻳﺒﻄﻞ اﻟﺼﻼﺓ ﺃﻡ ﻻ، ﻭﻫﻮ ﻳﺒﻄﻠﻬﺎ ﺇﺟﻤﺎﻋﺎ.*
*ﻭﺑﺎﻟﻠﻪ اﻟﺘﻮﻓﻴﻖ ﻭﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻰ ﻧﺒﻴﻨﺎ ﻣﺤﻤﺪ ﻭﺁﻟﻪ ﻭﺻﺤﺒﻪ ﻭﺳﻠﻢ.*
*🖋️اﻟﻠﺠﻨﺔ اﻟﺪاﺋﻤﺔ ﻟﻠﺒﺤﻮﺙ اﻟﻌﻠﻤﻴﺔ ﻭاﻹﻓﺘﺎء*
*#فتاوى_الصلاة_2*
ـ❁ـ❁ـ❁ـ❁ـ❁ـ❁
*📚 فَتــَاوى اللجنَةِ الدَّائمَة6📚*
*🔰 على الواتساب🔰*
◽https://chat.whatsapp.com/BL0kuAooPN7CbKxs9fy2xL
*🔰 على التيليجرام🔰*
◽/channel/F_Alajnat_Alddayima
ـ❁ـ❁ـ❁ـ❁ـ❁ـ❁
*💐 جزى الله خيرًا من اشترك معنا، و ساهم في النشر 💐*
#fikih_shalat
t.me/butiranfaedah/3264
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah
📋 BAB: TAKUT DARI KESYIRIKAN (lanjutan)
📑 Berkata Syaikhul Islam Muhammad bin Abdil Wahhab - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - :
Dan dalam hadits:
«أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر" فسئل عنه فقال: "الرياء" »
"Yang lebih aku takutkan atas apa yang aku takutkan menimpa kalian adalah syirik kecil". Maka beliau ditanya, beliau katakan: "riya'". (¹)
➖➖➖➖➖➖
✍🏼 Berkata As-Syaikh Shaleh Al-Fawzan - حَفِظَهُ اللّٓهُ تَعَالَىٓ - :
»| ✓ (Yang dimaksud) "dan di dalam hadits" adalah hadits yang diriwayatkan oleh imam Ahmad, Thabrani, Ibnu Abid Dunya, dan Baihaqi.
✓ "Yang lebih aku takutkan atas apa yang aku takutkan menimpa kalian" adalah sangat ditakutkan dari hal yang aku takutkan menimpa kalian.
✓ "riya'" yaitu menampakkan ibadah untuk tujuan dilihat orang lain sehingga mereka akan memujinya atas ibadah tersebut.
◾️ Makna global hadits tersebut:
Oleh sebab kesempurnaan simpati beliau ﷺ dan kasih sayang beliau terhadap umatnya serta ketulusan beliau kepada mereka dimana beliau tidak pernah meninggalkan satu kebaikan pun melainkan beliau tunjukkan kepadanya, dan tidak ada satu Kejelekan pun melainkan beliau memperingatkan mereka darinya, dari termasuk dari Kejelekan yang beliau peringatkan darinya ialah menampakkan ibadah dengan tujuan untuk mendapatkan pujian manusia; karena itu adalah syirik dalam ibadah, dan ia sekalipun syirik kecil namun bahayanya besar; karena ia akan menggugurkan amalan yang dibarengi kesyirikan; dan ketika jiwa-jiwa manusia begitu cinta kepemimpinan dan kedudukan di hati-hati manusia - kecuali yang Allah selamatkan - maka ini menjadi perkara yang paling ditakutkan dari apa yang ditakutkan menimpa orang-orang shaleh; karena begitu kuatnya pendorong kepada perkara tersebut, berbeda dengan pendorong kepada perbuatan syirik besar, maka ia adakalanya tidak didapatkan di dalam hati-hati kaum mukminin yang sempurna (tauhidnya), dan adakalanya lemah.
◾️ Kesesuaian hadits terhadap judul bab:
Bahwa di dalam hadits ini ada rasa takut dari syirik kecil, sebagaimana disebutkan di dalam dua ayat sebelumnya berupa takut dari syirik besar, dan bab ini mencakup kedua macam syirik tersebut.
◾️ Faedah dari hadits:
1. Ketakutan yang sangat besar terhadap syirik kecil, dan itu ditunjukkan dalam dua sisi:
Pertama: bahwa Rasulullah ﷺ takut dari terjatuh kedalamnya dengan rasa takut yang begitu besar.
Kedua: bahwa beliau ﷺ takut dari terjatuh kedalamnya terhadap orang-orang shaleh yang sempurna (tauhidnya), maka terhadap orang yang dibawahnya lebih pantas lagi.
2. Betapa besarnya simpati beliau ﷺ terhadap umatnya dan semangatnya beliau untuk memberikan petunjuk kepada mereka dan menasehati mereka.
3. Bahwa kesyirikan terbagi menjadi besar dan kecil; maka yang besar adalah menyamakan selain Allah dengan Allah dalam perkara yang menjadi kekhususan Allah. Sedangkan yang kecil adalah apa yang telah dijelaskan dalam dalil-dalil bahwa itu adalah syirik (kecil), dan tidak sampai pada batasan syirik besar.
◾️ Perbedaan antara keduanya:
A. Bahwa syirik besar akan menggugurkan semua amalan, sedangkan yang kecil akan menggugurkan amalan yang dibarengi dengan kesyirikan tersebut.
B. Bahwa syirik besar akan mengekalkan pelakunya di dalam neraka, sedangkan yang kecil tidak sampai menjadikannya kekal di dalam neraka.
C. Bahwa syirik besar mengeluarkan pelakunya dari agama Islam, sedangkan yang kecil tidak mengeluarkan dari agama. |«
📕 Al-Mulakhash Fi Syarhi Kitab At-Tauhid** (hal. 45-46).
___
(¹). Dikeluarkan oleh Ahmad di dalam Musnad-nya (5/428, 429), dan Thabrani di dalam Mu'jamul Kabir (4/253 no. 4301).
------------
📑 وفي الحديث: "أخوف ما أخاف عليكم الشرك الأصغر" فسئل عنه فقال: "الرياء" (1) .
__ـــــــــ
✓ وفي الحديث: أي الحديث الذي رواه الإمام أحمد والطبراني وابن أبي الدنيا والبيهقي.
✓ أخوف ما أخاف عليكم: أي أشد خوفاً أخافه عليكم.
✓ الرياء: إظهار العبادة لقصد رؤية الناس لها فيحمدونه عليها.
◾️ المعنى الإجمالي للحديث: لكمال شفقته -صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ- ورحمته بأمته ونصحه لهم بحيث لم يترك خيراً إلا دلهم عليه ولا شراً إلا حذّرهم منه، ومن الشر الذي حذّر منه الظهور بمظهر
📋 JALAN MENDAPATKAN ILMU YANG BERMANFAAT
✍🏼 Berkata As-Syaikh Zaid Al-Madkhali - رَحِمَهُ اللّٰهُ تَعَالَىٰ - :
»| Ilmu yang membuahkan amalan shaleh tidak akan didapat bagi seorang insan dari kaum lelaki maupun perempuan kecuali jika dicurahkan segenap kerja kerasnya dalam meraih ilmu, dan benar niatnya dalam menuntut ilmu, dan kaum muslimin dan muslimat mementingkan ilmu dan mencurahkan kerja keras mereka.
Maka berdasarkan curahan kerja keraslah akan didapat ilmu dan diraih.
Adapun kemalasan, menuruti nafsu dan syahwatnya dalam kesia-siaan dan kelalaian; maka ini merupakan sebab dari sebab-sebab terhalangi dari ilmu. |«
📕 Thariqul Wushul Ila Idhah At-Tsalatsatil Ushul (hal. 23).
-------
قال الشيخ زيد المدخلي رحمه الله:
《 العلم الذي يثمر العمل الصالح لا يحصل للإنسان من ذكر أو أنثى إلاَّ إذا بُذلت الجهود في تحصيله ، وصحت النية فيه ، واهتم به المسلمون والمسلمات وبذلوا جهودهم ، فعلى قدر بذل الجهد يحصل العلم ويكتسب.
وأما التقاعس وطاعة النفس في شهواتها في لهو وغفلة ؛ فهذا سبب من أسباب الحرمان 》
طريق الوصول إلى إيضاح الثلاثة الأصول(23)
#taushiyah
t.me/butiranfaedah/3260
🖥 Artikel lainnya: t.me/butiranfaedah