Tadabbur Diri 36
Mengkritik bukan sampai menghina,
Abu Jurayy RA pernah pada satu hari bertemu Rasulullah ﷺ lalu berkata kepada Baginda,
“Berilah wasiat kepadaku.”
Ar Rasul sallallahu ‘alaihi wa sallam pun memberi wasiat,
لاَ تَسُبَّنَّ أَحَدًا
“Janganlah engkau menghina seorang pun.”
Abu Jurayy RA berkata,
“Aku pun tidak pernah menghina seorang pun setelah itu, baik kepada orang yang merdeka, seorang budak, seekor unta, mahu pun seekor domba.”
Rasulullah ﷺ melanjutkan sabdanya,
وَلاَ تَحْقِرَنَّ شَيْئًا مِنَ الْمَعْرُوفِ وَأَنْ تُكَلِّمَ أَخَاكَ وَأَنْتَ مُنْبَسِطٌ إِلَيْهِ وَجْهُكَ إِنَّ ذَلِكَ مِنَ الْمَعْرُوفِ وَارْفَعْ إِزَارَكَ إِلَى نِصْفِ السَّاقِ فَإِنْ أَبَيْتَ فَإِلَى الْكَعْبَيْنِ وَإِيَّاكَ وَإِسْبَالَ الإِزَارِ فَإِنَّهَا مِنَ الْمَخِيلَةِ وَإِنَّ اللَّهَ لاَ يُحِبُّ الْمَخِيلَةَ وَإِنِ امْرُؤٌ شَتَمَكَ وَعَيَّرَكَ بِمَا يَعْلَمُ فِيكَ فَلاَ تُعَيِّرْهُ بِمَا تَعْلَمُ فِيهِ فَإِنَّمَا وَبَالُ ذَلِكَ عَلَيْهِ
“Janganlah meremehkan kebaikan sedikit pun walau dengan berbicara kepada saudaramu dengan wajah yang tersenyum kepadanya.Amalan tersebut adalah bahagian dari kebajikan.
Tinggikanlah sarungmu sampai pertengahan betis. Jika enggan, engkau boleh menurunkannya hingga mata kaki. Jauhilah memanjangkan kain sarung hingga melewati mata kaki. Penampilan seperti itu adalah tanda sombong dan Allah tidak menyukai kesombongan.
Jika ada seseorang yang menghinamu dan memalukanmu dengan sesuatu yang ia ketahui ada padamu, maka janganlah engkau membalasnya dengan sesuatu yang engkau ketahui ada padanya. Akibat buruk biarlah ia yang menanggungnya.”
(HR. Abu Daud no. 4084 dan Tirmizi no. 2722.)
Menegur bukan hingga sampai mencela,
Dari Abu Hurairah RA dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda:
لَا تَحَاسَدُوا وَلَا تَنَاجَشُوا وَلَا تَبَاغَضُوا وَلَا تَدَابَرُوا وَلَا يَبِعْ بَعْضُكُمْ عَلَى بَيْعِ بَعْضٍ وَكُونُوا عِبَادَ اللَّهِ إِخْوَانًا الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يَخْذُلُهُ وَلَا يَحْقِرُهُ التَّقْوَى هَاهُنَا وَيُشِيرُ إِلَى صَدْرِهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ بِحَسْبِ امْرِئٍ مِنْ الشَّرِّ أَنْ يَحْقِرَ أَخَاهُ الْمُسْلِمَ
'Janganlah kamu saling mendengki, saling memfitnah, saling membenci, dan saling memusuhi. Janganlah ada seseorang di antara kamu yang berjual beli sesuatu yang masih dalam penawaran muslim lainnya dan jadilah kamu hamba-hamba Allah yang saling bersaudara. Muslim yang satu dengan muslim yang lainnya adalah bersaudara tidak boleh menyakiti, merendahkan, ataupun menghina. Takwa itu ada di sini (Rasulullah ﷺ menunjuk dadanya), Baginda mengucapkannya sebanyak tiga kali. Seseorang telah dianggap berbuat jahat apabila ia menghina saudaranya sesama muslim. “
(HR Muslim, 4650)
Al Hafizh Ibnu Rajab berkata:
“Apabila para salaf hendak memberikan nasihat kepada seseorang, maka mereka menasihatinya secara rahsia. Barangsiapa yang menasihati saudaranya secara berdua maka itulah nasihat. Dan barangsiapa yang menasihatinya di hadapan orang banyak maka sebenarnya dia mempermalukannya.”
(Jami’ Al ‘Ulum wa Al Hikam, halaman 77)
Berdakwah bukan hingga menghukum; Mendidik bukan hingga memaksa,
أَفَأَنتَ تُكْرِهُ النَّاسَ حَتَّىٰ يَكُونُوا مُؤْمِنِينَ ﴿٩٩﴾
Maka apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semuanya?
(Yunus : 99)
Dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu bahwa Rasulullah bersabda:
قَالَ الرَّجُلُ لِأَخِيهِ يَا كَافِرُ فَقَدْ بَاءَ بِهِ أَحَدُهُمَا
“Apabila seseorang berkata kepada saudaranya; Wahai kafir maka boleh jadi akan kembali kepada salah satu dari keduanya.”
(HR Bukhari, 5638)
Namun jika mengatakannya kerana merasa perihatin, maka hal itu tidak mengapa.
(Al Azkar, hal. 566)
Dari Iyadh bin Himar RA berkata, Rasululllah ﷺ bersabda,
إِنَّ اللَّهَ تَعالى أوْحَى إليَّ أنْ تَوَاضَعُوا حتَّى لا يَبْغيَ أحَدٌ على أحَدٍ، وَلا يَفْخَرَ أحَدٌ على أحَدٍ
“Sesungguhnya Allah telah
mewahyukan kepadaku agar kamu saling merendah diri agar tidak ada seorang pun yang berbangga diri pada yang lain dan agar tidak seorang pun berlalu zalim pada yang lain.”
(HR Muslim,5109)
Antara punca yang menyebabkan seseorang kehilangan sifat tawadhu’nya adalah merasa hebat dengan ilmu yang dimiliki. Manusia yang merasakan dirinya memiliki ilmu, sering dengan mudah membodoh-bodohkan manusia. Walaupun kadangkala ilmunya tidak setara mana pun.
Al Hafiz Ibnu Rajab Al Hanbali berkata,
”Adapun tanda-tanda ilmu tidak bermanfaat adalah, seseorang tidak memiliki kesibukan kecuali takabbur dengan ilmunya di hadapan manusia. Dan menunjukkan kelebihan ilmunya kepada mereka. Serta merendahkan meraka, untuk meninggikan kedudukannya terhadap mereka. Ini merupakah hal yang terburuk dan paling menjijikkan dari yang diperolehi. Sehingga ia menisbahkan para ulama sebelumnya sebagai dengan kebodohan, kelalaian dan kealpaan.”
Kemudian beliau mengatakan,
”Adapun tanda-tanda ilmu bermanfaat adalah suu zhan ( bersangka buruk ) terhadap diri sendiri dan husnu zhan ( bersangka baik ) terhadap para ulama sebelumnya. Mengakui dalam hati dan jiwa terhadap kelebihan para ulama sebelum mereka dibanding dirinya dan ketidakmampuannya menyamai kedudukan mereka untuk sampai atau mendekati darjat mereka.”
(Shafhat min Shabri Al Ulama, hal. 378)
Justeru, belajarlah dari resam padi, semakin tunduk bila semakin berisi.
ABi
Kecualilah mereka bertaubat dan kembali mengikhlaskan diri beribadah kepada Allah ta'ala.
Tujuan utama tazkirah untuk menumbuhkan rasa takut ( خشية ), mengagungkan Allah lantas membuahkan ketundukan dan pengabdian diri iaitu beribadah hanya kepada NYA.
إِلَّا تَذْكِرَةً لِّمَن يَخْشَىٰ ﴿٣﴾ ﴿طه: ٣﴾
tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah),
(Thahaa : 3)
Bahkan ketika Nabi Musa dan Harun diperintah oleh Allah ‘Azza wa Jalla untuk mendakwahkan Firaun pun, mereka diperintahkan supaya berucap dengan kata-kata yang boleh membuahkan rasa takut dan peringatan kepadanya.
اذْهَبْ أَنتَ وَأَخُوكَ بِآيَاتِي وَلَا تَنِيَا فِي ذِكْرِي ﴿٤٢﴾ اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ﴿٤٣﴾فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ ﴿٤٣﴾ ﴿طه: ٤٢-٤٤﴾
Pergilah kamu beserta saudaramu dengan membawa ayat-ayat-Ku, dan janganlah kamu berdua lalai dalam mengingat-Ku; Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, sesungguhnya dia telah melampaui batas; maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, mudah-mudahan ia ingat atau takut".
(Thahaa: 42-44)
Juga menumbuhkan perasaan kebimbangan (خوف), agar seorang hamba itu akan bersegera dalam beramal dan benar-benar mempersiapkan dirinya untuk bertemu Allah di akhirat.
فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَن يَخَافُ وَعِيدِ ﴿ق: ٤٥﴾
Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.
(Qaaf : 45)
وَأَنذِرْ بِهِ الَّذِينَ يَخَافُونَ أَن يُحْشَرُوا إِلَىٰ رَبِّهِمْ لَيْسَ لَهُم مِّن دُونِهِ وَلِيٌّ وَلَا شَفِيعٌ لَّعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ ﴿الأنعام: ٥١﴾
Dan berilah peringatan dengan apa yang diwahyukan itu kepada orang-orang yang takut akan dihimpunkan kepada Tuhannya (pada hari kiamat), sedang bagi mereka tidak ada seorang pelindung dan pemberi syafa'atpun selain daripada Allah, agar mereka bertakwa.
(Al An'am: 51)
Ayat ini merupakan peringatan bagi orang-orang yang berakal.
Aqal yang sempurna akan menjana perubahan dalam diri manusia.
فَمَنْ شَاءَ اتَّخَذَ إِلَى رَبِّهِ سَبِيلا
Maka barang siapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan (yang menyampaikannya) kepada Tuhannya.
(Al-Muzzammil: 19)
Maksudnya, dari mereka yang dikehendaki oleh Allah ta'ala untuk mendapat hidayah-Nya.
وَما تَشاؤُنَ إِلَّا أَنْ يَشاءَ اللَّهُ إِنَّ اللَّهَ كانَ عَلِيماً حَكِيماً
Dan kamu tidak mampu (menempuh jalan itu), kecuali bila dikehendaki Allah. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
(Al-Insan: 30)
Ini bererti, setelah diberi peringatan maka terserahlah samaada mahu mengambil tindakan untuk berubah dan memperbaiki diri atau pun tidak.
Justeru, tazkirahkanlah dirimu sendiri dengan tazkirah dari TUHANmu.
ABi
Tadabbur Diri 32
Setiap hari seorang hamba Allah itu berdoa dengan doa yang paling afdhal dalam munajat solatnya,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ ﴿٦﴾
Tunjukilah kami jalan yang lurus
Ianya satu doa untuk ruh, aqal, hati dan nafsu yang ada dalam dirinya, yang menumbuhkan pelbagai perubahan besar dalam dirinya yakni bila disentuh dengan HIDAYAH ALLAH.
الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ ۚ أُولَـٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّـهُ ۖ وَأُولَـٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿١٨﴾
yang mendengarkan perkataan lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.(18)
(Az Zumaar : 18)
Hidayah melahirkan kebaikan dalam hidupnya, sentiasa mengambil peringatan dan pengajaran yang menjadikan jiwanya hidup dalam menikmati nikmat kebenaran.
هَـٰذَا بَلَاغٌ لِّلنَّاسِ وَلِيُنذَرُوا بِهِ وَلِيَعْلَمُوا أَنَّمَا هُوَ إِلَـٰهٌ وَاحِدٌ وَلِيَذَّكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿٥٢﴾
(Al Quran) ini adalah penjelasan yang sempurna bagi manusia, dan supaya mereka diberi peringatan dengan-Nya, dan supaya mereka mengetahui bahwasanya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan agar orang-orang yang berakal mengambil pelajaran.(52)
(Ibrahim : 52)
Hidayah menjadikan dirinya lapang dan berusaha mencari Jalan Kebenaran iaitu Jalan Yang Lurus.
فَمَن يُرِدِ اللَّـهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلْإِسْلَامِ ۖ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاءِ ۚ كَذَٰلِكَ يَجْعَلُ اللَّـهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لَا يُؤْمِنُونَ ﴿١٢٥﴾ وَهَـٰذَا صِرَاطُ رَبِّكَ مُسْتَقِيمًا ۗ قَدْ فَصَّلْنَا الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَذَّكَّرُونَ ﴿١٢٦﴾
Barangsiapa yang Allah menghendaki akan memberikan kepadanya petunjuk, niscaya Dia melapangkan dadanya untuk (memeluk agama) Islam. Dan barangsiapa yang dikehendaki Allah kesesatannya, niscaya Allah menjadikan dadanya sesak lagi sempit, seolah-olah ia sedang mendaki langit. Begitulah Allah menimpakan siksa kepada orang-orang yang tidak beriman.(125) Dan inilah jalan Tuhanmu; (jalan) yang lurus. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan ayat-ayat (Kami) kepada orang-orang yang mengambil pelajaran.(126)
(Al An'am : 125-126)
أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ ۚ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿١٩﴾
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran,(19)
(Ar Ra'du : 19)
أَفَمَن يَمْشِي مُكِبًّا عَلَىٰ وَجْهِهِ أَهْدَىٰ أَمَّن يَمْشِي سَوِيًّا عَلَىٰ صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ ﴿٢٢﴾
Maka apakah orang yang berjalan terjungkal di atas mukanya itu lebih banyak mendapatkan petunjuk ataukah orang yang berjalan tegap di atas jalan yang lurus?(22)
(Al Mulk : 22)
Justeru, renungilah diri dan jiwa mu kerana HAMBA semenangnya amat berhajat dan memerlukan didikan dan petunjuk dari TUHANnya.
Sabda Rasulullah ﷺ ,
إذا أراد الله بعبد خيراً جعل له واعظا من نفسه يأمره وينهاه
" Apabila Allah mengkehendakki kebaikan pada seorang hamba, maka Dia jadi baginya pemberi nasihat dalam jiwanya yang menyuruh dan mencegahnya "
(HR Dailami)
ABi
(Tuhan yang membuka jalan kemenangan itu) Dia lah yang menurunkan semangat tenang tenteram ke dalam hati orang-orang yang beriman (semasa mereka meradang terhadap angkara musuh) supaya mereka bertambah iman dan yakin beserta dengan iman dan keyakinan mereka yang sedia ada; pada hal Allah menguasai tentera langit dan bumi (untuk menolong mereka); dan Allah adalah Maha Mengetahui, lagi Maha Bijaksana
(Al Fath : 4)
وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الْأَحْزَابَ قَالُوا هَـٰذَا مَا وَعَدَنَا اللَّـهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّـهُ وَرَسُولُهُ ۚ وَمَا زَادَهُمْ إِلَّا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا ﴿٢٢﴾ (الأحزاب:٢٢)
Dan pada masa orang-orang yang beriman melihat tentera Al-Ahzaab, berkatalah mereka:" Inilah yang telah dijanjikan Allah dan RasulNya kepada kami dan benarlah (apa yang telah dijanjikan) Allah dan RasulNya". Dan (angkatan tentera musuh yang mereka lihat) itu tidak memberi sebarang kesan kepada mereka selain daripada menambahkan iman dan penyerahan diri mereka bulat-bulat kepada Allah.
(Al Ahzab: 23)
أَلا إِنَّ أَوْلِيَاءَ اللَّهِ لا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ .الَّذِينَ آمَنُوا وَكَانُوا يَتَّقُونَ (يونس:٦٢-٦٣)
Ingatlah sesungguhnya para penolong agama Allah tiada ketakutan atas mereka dan tiada lah mereka bersedih hati , orang-orang yang beriman dan adalah mereka bertaqwa
(Yunus : 62-63)
8. Bersedia menghadapi kematian.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّـهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنتُمْ تُوعَدُونَ ﴿٣٠﴾ نَحْنُ أَوْلِيَاؤُكُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآخِرَةِ ۖ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَشْتَهِي أَنفُسُكُمْ وَلَكُمْ فِيهَا مَا تَدَّعُونَ ﴿٣١)
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah" kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: "Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu".(30) Kamilah pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan akhirat; di dalamnya kamu memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang kamu minta.(31)
(Fussilat : 30-31)
وَاعْبُدْ رَبَّكَ حَتَّىٰ يَأْتِيَكَ الْيَقِينُ (٩٩)
(الحجر:٩٩)
Dan sembahlah Rabbmu sampai datang kepadamu yang diyakini (iaitu ajal kematian)
(Al Hijr : 99)
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الْمُطْمَئِنَّةُ ﴿٢٧﴾ ارْجِعِي إِلَىٰ رَبِّكِ رَاضِيَةً مَّرْضِيَّةً ﴿٢٨﴾ فَادْخُلِي فِي عِبَادِي ﴿٢٩﴾ وَادْخُلِي جَنَّتِي ﴿٣٠﴾(الفجر:٢٧-٣٠)
Hai jiwa yang tenang ( 27 ) Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. ( 28 ) Maka masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, ( 29 ) Dan masuklah ke dalam SyurgaKu! ( 30 )
(Al Fajr: 27-30)
Justeru, beristiqamahlah!
حَسْبُنَا اللَّهُ وَنِعْمَ الْوَكِيلُ
﴿آل عمران: ١٧٣﴾
Sufficient for us is Allah, and [He is] the best Disposer of affairs.
(Ali ‘Imran: 173)
ABi
Tadabbur Diri 30
Pasakkan istiqamah dalam jiwa atas jalan dakwah dan perjuangan.
Kemanisan dalam dakwah dan perjuangan hanya akan dapat dirasai oleh mereka yang istiqamah. Istiqamah hanya akan terbukti di saat ruh keluar dari tubuh yakni ketika mendapat bisikan ketenangan dari malaikat Allah ta’ala ‘Azz wa Jalla.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّـهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ ﴿١٣﴾ أُولَـٰئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿١٤ ﴾ (الأحقاف : ١٣-١٤)
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: "Tuhan kami ialah Allah", kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita.( 13 ) Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan.( 14 )
(Al Ahqaf: 13-14)
Dalam sahih Muslim daripada Sufian bin Abdullah Ats Tsaqafi telah berkata :
يا رسول الله قل لي في الإسلام قولا لا أسأل عنه أحدا بعدك - وفي رواية - غيرك . قال : قل آمنت بالله ثم استقم
" Aku berkata : Wahai Rasulullah ! Katalah padaku tentang Islam satu perkataan yang aku tidak akan bertanya lagi tentangnya pada orang lain selepas engkau..( pada satu riwayat lain - selain engkau ); Rasulullah ﷺ bersabda : Katakanlah - Aku beriman kepada Allah kemudian beristiqamahlah!
Rukun Istiqamah :
1. Ikhlas pada aqidah dan pada amalan
وَمَا أُمِرُوا إِلَّا لِيَعْبُدُوا اللَّـهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ ۚ وَذَٰلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus
(Al Bayyinah : 4)
2. Keyakinan yang benar dan tiada keraguan
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آمَنُوا بِاللَّـهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ ۚ أُولَـٰئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ ﴿١٥﴾
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
(Al Hujurat : 15)
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَكُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ (التوبة : 119)
Wahai orang yang beriman! Bertaqwalah kepada Allah dan jadilah orang-orang yang benar
(At Taubah : 119)
3. Bay'ah ( janji setia)
إِنَّ اللَّـهَ اشْتَرَىٰ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ أَنفُسَهُمْ وَأَمْوَالَهُم بِأَنَّ لَهُمُ الْجَنَّةَ ۚ يُقَاتِلُونَ فِي سَبِيلِ اللَّـهِ فَيَقْتُلُونَ وَيُقْتَلُونَ ۖ وَعْدًا عَلَيْهِ حَقًّا فِي التَّوْرَاةِ وَالْإِنجِيلِ وَالْقُرْآنِ ۚ وَمَنْ أَوْفَىٰ بِعَهْدِهِ مِنَ اللَّـهِ ۚ فَاسْتَبْشِرُوا بِبَيْعِكُمُ الَّذِي بَايَعْتُم بِهِ ۚ وَذَٰلِكَ هُوَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ ﴿١١١)
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.( 111)
التَّائِبُونَ الْعَابِدُونَ الْحَامِدُونَ السَّائِحُونَ الرَّاكِعُونَ السَّاجِدُونَ الْآمِرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَالنَّاهُونَ عَنِ الْمُنكَرِ وَالْحَافِظُونَ لِحُدُودِ اللَّـهِ ۗ وَبَشِّرِ الْمُؤْمِنِينَ ﴿١١٢﴾
Mereka itu adalah orang-orang yang bertaubat, yang beribadat, yang memuji, yang melawat, yang ruku', yang sujud, yang menyuruh berbuat ma'ruf dan mencegah berbuat munkar dan yang memelihara hukum-hukum Allah. Dan gembirakanlah orang-orang mukmin itu.(112)
(At Taubah : 111-112)
4. Amalan berterusan dan menuntut balasan di akhirat.
فَمَن كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ﴿١١٠)
(الكهف: ١١٠)
Justeru, peringatkanlah dan ancamlah dirimu sendiri sebelum datangnya Hari Penyesalan ( يوم الحسرة ) yang ketika ketibaannya penyesalan sudah tidak ada lagi manfaat padanya.
Sesal dulu pendapatan, sesal kemudian tiada gunanya.
وَأَنذِرْهُمْ يَوْمَ الْحَسْرَةِ إِذْ قُضِيَ الْأَمْرُ وَهُمْ فِي غَفْلَةٍ وَهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ
Dan berilah mereka peringatan tentang hari penyesalan, (yaitu) ketika segala perkara telah diputus. Dan mereka dalam kelalaian dan mereka tidak (pula) beriman.
(Maryam : 39)
ABi
Akal yang sihat dan benar dapat membina sebuah syakhsiyyah keperibadian yang hebat dan mulia :
1. TAZAKKUR (mengambil peringatan )
2. MENUNAIKAN JANJI ALLAH bahawa Allah sahaja sebagai Tuhan mereka.
3. MENUNAIKAN DAN TAAT kepada HUKUM–HAKAM ALLAH.
4. Sentiasa MENJAGA SEBAIK-BAIKNYA HUBUNGAN sesama manusia.
5. TAKUT terhadap kebesaran dan keagungan ALLAH.
6. BIMBANG BURUKNYA TIMBANGAN AMAL di Padang Mahsyar.
7. Sentiasa BERSIKAP SABAR kerana mengharapkan keredhaan Allah.
8. MENDIRIKAN SOLAT.
9. MEMBELANJAKAN HARTA pada Jalan Allah dengan hati yang ikhlas.
10. MEMBALAS KEJAHATAN orang lain DENGAN KEBAIKAN.
Justeru, gunakanlah akalmu demi kebaikan dan keselamatan dirimu sendiri.
ABi
Tadabbur Diri 26
Manusia sering teruji dengan takabbur kesombongan, riya’ dan ‘ujub bila merasakan ia memiliki sesuatu.
Orang berilmu jadi tewas dengan ujian kesombongan bila terasa ada banyak ilmu dan murid serta pengikutnya.
Orang kuat beramal ibadah pula seronok dipuji dengan amalannya tapi marah bila dicela amalannya.
Ahli ibadah yang menyembunyikan amalannya dari penglihatan manusia diuji pula dengan rasa ‘ujub bangga dan senang bahkan seronok dengan melihat amalannya sendiri.
Orang kaya diuji dengan kesombongan bila ada harta, kuasa dan kekayaan.
Orang besar yang berpangkat dan berkedudukan diuji dengan kesombongan dan riya' dengan memperagakan kebaikan dan kekuasaannya.
Sedangkan semua itu : ilmu, amal, ibadah, harta kekayaan, kuasa dan kedudukan adalah semata-mata kurniaan Allah ta'ala dan milik mutlak Allah ta'ala. Pada hakikatnya seorang manusia itu tidak memilikki apa-apa bahkan tersangat berhajat faqir kepada Tuhannya.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ أَنتُمُ الْفُقَرَاءُ إِلَى اللَّهِ وَاللَّهُ هُوَ الْغَنِيُّ الْحَمِيدُ ﴿فاطر: ١٥﴾
Hai manusia, kamulah yang berkehendak kepada Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji.
(Fathir: 15)
Imam Al Ghazali memberi 6 nasihat bagaimana melatih hati dan nafsu agar terkikis sifat takabbur sombong:
Pertama, jika berjumpa dengan anak-anak, anggaplah bahwa anak-anak tersebut lebih mulia daripada mulia mereka belum banyak melakukan dosa.
Kedua, apabila bertemu dengan orang tua, anggaplah ia lebih mulia kerana dia sudah lama beribadah.
Ketiga, jika berjumpa dengan orang alim, anggaplah dia lebih mulia kerana mereka telah mempelajari dan mengetahui banyak ilmu.
Keempat, jika melihat orang jahil, anggaplah mereka lebih mulia kerana mereka melakukan dosa dalam kejahilan, sedangkan kita melakukan dosa dalam keadaan mengetahui.
Kelima, apabila melihat orang jahat, jangan memandang hina padanya kerana mungkin suatu hari nanti dia akan bertaubat atas kesalahannya. Dan taubatnya pula diterima Allah ta'ala.
Keenam, apabila bertemu dengan orang kafir, katakan di dalam hati bahwa mungkin suatu hari nanti mereka akan mendapatkan hidayah dan memeluk Islam sehingga segala dosa mereka akan diampuni oleh Allah ta'ala.
Memang sukar sekali untuk selamat melainkan mereka yang dipelihara Allah dengan rahmah kasih sayangNya kerana takabbur kesombongan, riya' dan ujub adalah penyakit hati yang berpunca dari keinginan jahat hawa nafsu.
Justeru, suluhlah nafsu dan hati mu dengan ilmu yang benar. Dan mohonlah sungguh-sungguh pemeliharaan dan rahmat kasih sayang Allah Azza wa Jalla dari bencana penyakit-penyakit itu. Percayalah agama dalam diri seorang hamba tidak akan sempurna melainkan ia dapat mendidik dan mengasuh nafsunya untuk tunduk dan patuh kepada Allah ‘azza wa jalla..
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلَّا مَا رَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ ﴿يوسف: ٥٣﴾
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.
(Yusuf : 53)
ABi
Tadabbur Diri 25
Dalam kehidupan di dunia, manusia sering melupakan Allah. Akibatnya manusia akan menyesal di akhirat bilamana Allah ta’ala melupakan mereka pula iaitu meninggalkan mereka dalam penyiksaan.
Firman Allah ‘Azza wa Jalla,
فَذُوقُوا بِمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا إِنَّا نَسِينَاكُمْ وَذُوقُوا عَذَابَ الْخُلْدِ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ
“Maka rasailah olehmu (siksa ini) disebabkan kamu melupakan akan pertemuan dengan harimu ini (Hari Kiamat); sesungguhnya Kami telah melupakan kamu (pula) dan rasakanlah siksa yang kekal, disebabkan apa yang selalu kamu kerjakan"
(As-Sajadah : 14)
وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنْسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَذَا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُمْ مِنْ نَاصِرِينَ
“Dan dikatakan (kepada mereka): "Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong”
(Al-Jaatsiyyah : 34)
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ وَيَقْبِضُونَ أَيْدِيَهُمْ نَسُوا اللَّهَ فَنَسِيَهُمْ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ هُمُ الْفَاسِقُونَ
“Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang mungkar dan melarang berbuat yang makruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik”
(At-Taubah : 67
Imam At-Thabariy rahimahullah menafsirkan ‘Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka’ (At-Taubah : 67),
“Maknanya adalah : mereka meninggalkan Allah dari taat kepadaNya dan mengikuti perintah-lNya. Maka Allah pun meninggalkan mereka dari taufiq, hidayah, dan rahmat-Nya."
الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا فَالْيَوْمَ نَنْسَاهُمْ كَمَا نَسُوا لِقَاءَ يَوْمِهِمْ هَذَا وَمَا كَانُوا بِآيَاتِنَا يَجْحَدُونَ
“(Yaitu) orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai main-main dan senda gurau, dan kehidupan dunia telah menipu mereka". Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka sebagaimana mereka melupakan pertemuan mereka dengan hari ini, dan (sebagaimana) mereka selalu mengingkari ayat-ayat Kami”
(Al-A’raaf : 51
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ، وَعَنْ أَبِي سَعِيدٍ، قَالَا: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " يُؤْتَى بِالْعَبْدِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ، فَيَقُولُ اللَّهُ لَهُ: أَلَمْ أَجْعَلْ لَكَ سَمْعًا وَبَصَرًا وَمَالًا وَوَلَدًا وَسَخَّرْتُ لَكَ الْأَنْعَامَ وَالْحَرْثَ وَتَرَكْتُكَ تَرْأَسُ وَتَرْبَعُ، فَكُنْتَ تَظُنُّ أَنَّكَ مُلَاقِي يَوْمَكَ هَذَا؟ قَالَ: فَيَقُولُ: لَا، فَيَقُولُ لَهُ: الْيَوْمَ أَنْسَاكَ كَمَا نَسِيتَنِي"
Dari Abu Hurairah dan Abu Sa’id, mereka berdua berkata : Telah bersabda Rasulullah ﷺ :
“Akan didatangkan seorang hamba pada hari kiamat, lalu Allah berkata kepadanya : ‘Tidakkah Aku telah memberikan bagimu pendengaran, penglihatan, harta, dan anak. Dan Aku telah menundukkan bagimu haiwan ternak dan tanaman, serta Aku tinggalkan bagimu menjadi pemimpin dan mendapatkan seperempat (bahagian harta rampasan). Dan (apakah) dulu engkau mengira bahawa engkau akan menemui-Ku pada hari ini ?’. Ia menjawab : ‘Tidak’. Allah berkata kepadanya : ‘Pada hari ini Aku telah melupakanmu sebagaimana engkau telah melupakan-Ku”
(HR At-Tirmizi, 2428)
Menurut Imam At-Tirmizi rahimahullah,
“Sebahagian ulama telah menafsirkan ayat ini : ‘Maka pada hari (kiamat) ini, Kami melupakan mereka’ (Al-A’raaf : 51), mereka berkata : ‘Maknanya adalah : Pada hari Kami tinggalkan/biarkan mereka dalam siksaan”
iaitu disebabkan manusia meninggalkan amal saleh ketika di dunia untuk perjumpaan (dengan Allah) pada hari kiamat.
Justeru, ingatilah Allah 'Azza wa Jalla sebanyak-banyaknya samaada dengan lidahmu, atau dengan hatimu, juga dengan memperbanyakkan amalan salehmu nescaya tiada penyesalan bagimu di akhirat nanti.
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا لِي وَلَا تَكْفُرُونِ ﴿البقرة: ١٥٢﴾
Adapun, sekiranya dia daripada kalangan orang yang derita, maka dia akan beramal dengan amalan orang yang derita. Sabda Nabi SAW lagi: “Beramallah dan setiap orang itu akan dipermudahkan (oleh Allah SWT). Adapun orang yang bahagia akan dipermudahkan dalam beramal dengan amalan orang yang bahagia. Manakala orang yang derita akan dipermudahkan dalam beramal dengan amalan orang yang derita.”
( HR Muslim, 2647)
Justeru, bekalkanlah hati dalam menghadapi :
Rezeki , maka hendaklah tawakal yakni tetap yakin dengan janji rezeki dari Allah.
b. Khawathir, maka hendaklah dikenali dengan suluhan ilmu dan mohonlah perlindungan dan pertolongan Allah.
c. Musibah, hendaklah yakin bahawa dirinya adalah sebenarnya milik mutlak Allah, yakin bahwa hidup di dunia adalah ujian, sabar dan kembalikan hati kepadaNya.
d. Qadha' dan ketentuan Allah, hendaklah redha dengan ketentuanNya.
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ وَأَعْلَمُ مِنَ اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ
﴿يوسف: ٨٦﴾
(Nabi Yaakub) menjawab: "Sesungguhnya hanyalah kepada Allah aku mengadukan kesusahan dan kesedihanku, dan aku mengetahui dari Allah apa yang kamu tiada mengetahuinya”
(Yusuf: 86)
ABi
Tadabbur Diri 22
Bila syaitan menghiaskan indah amalan manusia.
قَالَ رَبِّ بِمَا أَغْوَيْتَنِي لَأُزَيِّنَنَّ لَهُمْ فِي الْأَرْضِ وَلَأُغْوِيَنَّهُمْ أَجْمَعِينَ ﴿الحجر: ٣٩﴾
Iblis berkata: "Ya Tuhanku, oleh sebab Engkau telah memutuskan bahwa aku sesat, pasti aku akan menjadikan mereka memandang baik (perbuatan maksiat) di muka bumi, dan pasti aku akan menyesatkan mereka semuanya, (39)
(Al Hijr: 39)
Dan syaitan pun menampakkan kepada mereka kebagusan apa yang selalu mereka kerjakan. (43)
(Al An’am: 43)
Manusia menyangka dirinya seorang yang alim berilmu,
Sedangkan dia bukannya ‘alim berilmu,
Maka dia berpura-pura dan bergaya sebagai seorang ‘alim berilmu,
Lalu orang memanggilnya seorang yang ‘alim berilmu.
Manusia mahu dilihat baik walaupun di belakang pandangan manusia dia bukanlah seorang yang baik.
Maka dia berpura-pura melakukan dan memperagakan kebaikan di depan manusia.
Lalu dia menyangka orang memujinya.
Begitu juga,
Manusia menyangka dirinya banyak beramal,
Lalu dia menuntut dari Allah ta’ala kehendak dunianya sebagai balasan.
Justeru, berjaga dan beringatlah. Tipu daya syaitan dan dunia sentiasa ada di sepanjang hidup kita.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَّا يَجْزِي وَالِدٌ عَن وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَن وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ ﴿لقمان: ٣٣﴾
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. (33)
(Luqman: 33)
ABi
Tadabbur Diri 20
Manusia kini banyak ilmu dan info. Semuanya di hujung jari. Tapi tidak banyak yang masuk ke hati, yang dapat membina kepercayaan dan keyakinan. Dan manusia tidak menyedarinya, bahkan sering diperdaya.
يَا أَيُّهَا الْإِنسَانُ مَا غَرَّكَ بِرَبِّكَ الْكَرِيمِ ﴿الإنفطار: ٦﴾
Wahai manusia! Apakah yang memperdayakanmu - (berlaku derhaka) kepada Tuhanmu yang Maha Pemurah? - (6)
(Al Infhitar: 6)
Sebabnya, manusia sering lebih cenderung dan percaya cakap-cakap manusia lain yang tidak berdasarkan ilmu yang benar. Diwahamkan dengan maklumat tidak tersaring dan emosi prejudis yang membaluti pemikiran. Lebih suka membanding orang lain dengan diri sendiri daripada berkongsi ilmu, pengalaman dan kasih sayang.
Manusia lebih cenderung dan seronok dengan keinginan dan kemahuan nafsunya sendiri. Walaupun tahu halal dan haram, namun ketundukan kepada keinginan nafsu mengatasi.
وَمَنْ أَضَلُّ مِمَّنِ اتَّبَعَ هَوَاهُ بِغَيْرِ هُدًى مِّنَ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ ﴿القصص: ٥٠﴾
Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (50)
(Al Qasas: 50)
Manusia juga sering dikhayalkan dengan keindahan dunia. Angan-angan duniawi mengatasi usia yang ada. Sehingga lebih berusaha untuk memperbanyakkan harta dunia dari mengumpul bekalan akhirat.
إِنَّ الْإِنسَانَ لِرَبِّهِ لَكَنُودٌ ﴿٦﴾ وَإِنَّهُ عَلَىٰ ذَٰلِكَ لَشَهِيدٌ ﴿٧﴾ وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ ﴿٨﴾ ﴿العاديات: ٦-٨﴾
sesungguhnya manusia itu sangat ingkar, tidak berterima kasih kepada Tuhannya, (6) dan sesungguhnya manusia itu menyaksikan (sendiri) keingkarannya, (7) dan sesungguhnya dia sangat bakhil karena cintanya kepada harta.(8)
(Al ‘Adiyat: 6-8)
Manusia juga sering jadi hamba kepada hiasan indah dan bisikan syaitan yang sentiasa menipu.
يُنَادُونَهُمْ أَلَمْ نَكُن مَّعَكُمْ قَالُوا بَلَىٰ وَلَـٰكِنَّكُمْ فَتَنتُمْ أَنفُسَكُمْ وَتَرَبَّصْتُمْ وَارْتَبْتُمْ وَغَرَّتْكُمُ الْأَمَانِيُّ حَتَّىٰ جَاءَ أَمْرُ اللَّهِ وَغَرَّكُم بِاللَّهِ الْغَرُورُ ﴿الحديد: ١٤﴾
Orang-orang munafik itu memanggil mereka (orang-orang mukmin) seraya berkata: "Bukankah kami dahulu bersama-sama dengan kamu?" Mereka menjawab: "Benar, tetapi kamu mencelakakan dirimu sendiri dan menunggu (kehancuran kami) dan kamu ragu-ragu serta ditipu oleh angan-angan kosong sehingga datanglah ketetapan Allah; dan kamu telah ditipu terhadap Allah oleh (syaitan) yang amat penipu. (14)
(Al Hadid: 14)
Manusia, nafsu, dunia dan syaitan jadi punca sukarnya untuk istiqamah di jalan Allah ta’ala.
Oleh itulah, perlunya manusia kepada peringatan dan rawatan terhadap jiwanya. Manusia perlukan panduan dan sentuhan dari Tuhannya.
Justeru, ambillah Al Quran sebagai pemberi ingatan. Dalamnya ada petunjuk dan penawar untuk dapat istiqamah di atas jalan Islam dan Iman.
إِنْ هُوَ إِلَّا ذِكْرٌ لِّلْعَالَمِينَ ﴿٢٧﴾ لِمَن شَاءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ ﴿٢٨﴾
﴿التكوير: ٢٧-٢٨﴾
Al-Quran itu tidak lain hanyalah peringatan bagi seluruh penduduk alam: (27) Iaitu bagi sesiapa dari kamu yang mahu tetap teguh di atas jalan (Islam) yang betul. (28)
(At Takwir: 27-28)
Al Quran adalah penasihat, penawar, petunjuk dan rahmat dari Allah ta’ala.
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُم مَّوْعِظَةٌ مِّن رَّبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِّمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِّلْمُؤْمِنِينَ ﴿يونس: ٥٧﴾
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (57)
(Yunus: 57)
الر كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ لِتُخْرِجَ النَّاسَ مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ بِإِذْنِ رَبِّهِمْ إِلَىٰ صِرَاطِ الْعَزِيزِ الْحَمِيدِ ﴿ابراهيم: ١﴾
Alif, laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji. (1)
(Ibrahim: 1)
ABi
Tadabbur Diri 18
Ada ketikanya bila terasa ditinggalkan,
Tiada tempat berpaut,
Terasa dibenci,
Kembalikanlah hatimu kepadaNya,
Dia tidak meninggalkan hamba-hambaNya,
Dia sentiasa menjadi tempat berpautnya hati hamba-hambaNya,
Yakinilah akan ada pengakhiran yang terlebih baik,
Maka saat itu akan hilang segala kedukaan dan kekecewaan,
Gelap malam akan menemui fajarnya,
Sinar kehidupan akan terus memancar masa depanmu,
Ingatilah bahawa sepanjang hidupmu Dia sentiasa mengiringimu,
Ketika susah dan senang,
Justeru,
Teruskanlah berbuat baik dan sebarkan kebaikan,
Jadikanlah kemuncak ketinggian jiwamu ialah puji dan syukurmu padaNya.
وَالضُّحَىٰ ﴿١﴾
Demi waktu dhuha,
وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَىٰ ﴿٢﴾
Dan malam apabila ia sunyi-sepi -
مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلَىٰ﴿٣﴾
(Bahawa) Tuhanmu (wahai Muhammad) tidak meninggalkanmu, dan Ia tidak benci (kepadamu, sebagaimana yang dituduh oleh kaum musyrik).
وَلَلْآخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْأُولَىٰ ﴿٤﴾
Dan sesungguhnya kesudahan keaadaanmu adalah lebih baik bagimu daripada permulaannya.
وَلَسَوْفَ يُعْطِيكَ رَبُّكَ فَتَرْضَىٰ ﴿٥﴾
Dan sesungguhnya Tuhanmu akan memberikanmu (kejayaan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat) sehingga engkau reda - berpuas hati.
أَلَمْ يَجِدْكَ يَتِيمًا فَآوَىٰ ﴿٦﴾
Bukankah dia mendapati engkau yatim piatu, lalu la memberikan perlindungan?
وَوَجَدَكَ ضَالًّا فَهَدَىٰ﴿٧﴾
Dan didapatiNya engkau mencari-cari (jalan yang benar), lalu Ia memberikan hidayah petunjuk (dengan wahyu - Al-Quran)?
وَوَجَدَكَ عَائِلًا فَأَغْنَىٰ ﴿٨﴾
Dan didapatiNya engkau miskin, lalu Ia memberikan kekayaan?
فَأَمَّا الْيَتِيمَ فَلَا تَقْهَرْ ﴿٩﴾
Oleh itu, adapun anak yatim maka janganlah engkau berlaku kasar terhadapnya,
وَأَمَّا السَّائِلَ فَلَا تَنْهَرْ ﴿١٠﴾
Adapun orang yang meminta (bantuan pimpinan) maka janganlah engkau tengking herdik;
وَأَمَّا بِنِعْمَةِ رَبِّكَ فَحَدِّثْ ﴿١١﴾
Adapun nikmat Tuhanmu, maka hendaklah engkau sebut-sebutkan (dan zahirkan) sebagai bersyukur kepadaNya.
ABi
Tadabbur Diri 16
Manusia sering …,
Berbangga dengan kebaikan diri sendiri, berbangga merendahkan keburukan dan keaiban diri orang lain.
Benci bila keaiban diri sendiri diperkatakan oleh orang, benci bila mendengar kebaikan orang lain disebut orang.
Gemar menyebut-nyebut keaiban orang lain, benci mendengar orang sebut keaiban diri sendiri.
Merasa mulia diri sendiri, sehingga nampak yang buruk pun baik dan mulia.
Memandang hina kepada orang lain, sehingga kebaikan mereka pun di pandang.
Gemar dipuji, benci bila dicela.
Inilah pakej TAKABBUR, ‘UJUB dan RIYA’.
Pakej PEROSAK hati dan amalan.
SYIRIK TERSEMBUNYI yang membinasakan.
Rasulullah ﷺ bersabda,
الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ
“Kesombongan adalah menolak kebenaran dan merendahkan manusia”.
[HR. Muslim, no. 2749]
أتخوف على أمتي الشرك والشهوة الخفية قال قلت يا رسول الله أتشرك أمتك من بعدك قال نعم أما إنهم لا يعبدون شمسا ولا قمرا ولا حجرا ولا وثنا ولكن يراءون بأعمالهم والشهوة الخفية أن يصبح أحدهم صائما فتعرض له شهوة من شهواته فيترك صومه
"Aku sangat takut kepada umatku tertimpa kesyirikan dan syahwat yang tersembunyi." (Syaddad bin Aus radhiallahu'anhu periwayat hadis) berkata; saya berkata, "Wahai Rasulullah, apakah umatmu akan melakukan kesyirikan setelah ketiadaanmu?." Baginda ﷺ menjawab, "Ya, namun mereka tidak menyembah matahari, bulan, batu atau berhala tapi mereka melakukan riya' dengan amalan-amalan mereka. Adapun syahwat yang tersembunyi iaitu seorang yang di pagi hari dalam keadaan puasa, lalu ada satu syahwat yang datang, sehingga ia meninggalkan puasanya."
(HR Ahmad, 16498)
ثلاث مهلكات: شح مطاع، وهوى متبع، وإعجاب المرء بنفسه
(رواه البزار والطبراني).
“Tiga perkara yang merosakkan: Sikap kedekut yang ditaati, hawa nafsu yang diikuti dan rasa kagum dengan diri sendiri.”
(HR Bazzar dan At Thabarani)
Justeru, cukuplah ! Usah lah dibiarkan lagi dirimu dihinggapi dan dikuasai oleh penyakit-penyakit ini.
Sesungguhnya tiada pilihan bagi mu melainkan sungguh-sungguh merawat dan mengubatinya dengan ILMU dan AMAL dengan bimbingan ilmu dari Ar Rasul ﷺ .
Di antara penawar yang diajar oleh Rasulullah ﷺ, dalam sebuah hadis dari Ma’qil bin Yasar Radhiyallahu anhu berkata,
“Aku bertolak bersama Abu Bakar As Siddiq radhiyallahu anhu menuju Nabi ﷺ , lalu Baginda ﷺ bersabda: “Wahai Abu Bakar! Sesungguhnya, syirik di tengah kalangan kamu itu lebih tersembunyi daripada semut yang merayap.” Lalu Abu Bakar radhiyallahu anhu berkata, “Bukankah makna syirik adalah ketika seseorang menjadikan ada sembahan lain selain Allâh?” Nabi ﷺ menjawab, “Demi Zat yang jiwaku ada di tanganNya! Sesungguhnya, syirik itu lebih tersembunyi daripada semut yang merayap. Mahukah aku tunjukkan sesuatu kepadamu, yang bila mana engkau mengucapkannya, maka kesyirikan pun akan lenyap darimu, baik syirik yang sedikit (yang kecil) mahupun banyak (besar)? Katakanlah: (lalu Rasulullah ﷺ menyebutkan doa )
اللهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ أَنْ أُشْرِكَ بِكَ وَأَنَا أَعْلَمُ , وَأَسْتَغْفِرُكَ لِمَا لَا أَعْلَمُ
Ya Allâh! Sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari perbuatan (syirik) yang menyekutukanMu sedangkan aku mengetahuinya; dan aku memohon ampun kepada-Mu dari apa-apa yang tidak aku ketahui
[HR. Al-Bukhâri dalam al-Adabul Mufrad]
Justeru, jadikanlah doa ini amalan wirid setiap harimu.
ABi
Tadabbur Diri 35
Ada kalanya celaan, makian dan fitnah manusia lebih baik daripada puji pujian. Pujian sering menjadikan diri kagum dengan diri sendiri. Manakala celaan, makian dan fitnah mengajar bersabar dan bermuhasabah diri sendiri.
Kagum terhadap diri sendiri pula merupakan suatu sifat yang amat membinasakan.
Nabi ﷺ bersabda,
ﺛَﻠَﺎﺙٌ ﻣُﻬْﻠِﻜَﺎﺕٌ : ﺷُﺢٌّ ﻣُﻄَﺎﻉٌ ﻭَﻫَﻮًﻯ ﻣُﺘَّﺒَﻊٌ ﻭَﺇِﻋْﺠَﺎﺏُ ﺍﻟْﻤَﺮْﺀِ ﺑِﻨَﻔْﺴِﻪِ
“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: (1) tamak lagi kikir, (2) mengikuti hawa nafsu (yang selalu mengajak pada keburukan) dan (3) ujub (takjub kagum pada diri sendiri).”
(HR. Abdur Razaaq: 11/304)
Dari Al-Miqdad bin Al-Aswad radhiyallahu ‘anhu, ia berkata,
أَمَرَنَا رسولُ اللهِ صلى الله عليه وسلم أَنْ نَحْثُوَ فِي وُجُوْهِ الْمَدَّاحِيْنَ التُّرَابَ
“Rasulullah ﷺ memerintahkan kami untuk menaburkan tanah ke wajah-wajah orang yang berlebihan dalam memuji.”
(HR. Muslim: 3002)
Sebenarnya doa adalah lebih diperlukan dari pujian kerana biasanya pujian dapat menipu diri kita.
Sufyan bin Uyainah berkata,
ﻻ ﻳَﻐُﺮُّ ﺍﻟﻤَﺪﺡُ ﻣَﻦ ﻋَﺮَﻑَ ﻧﻔﺴَﻪُ
“Pujian orang tidak akan menipu orang yang kenal dirinya sendiri ( ia tidak sebaik pujian itu, bahkan lebih banyak aib serta dosa).”
(Hilyatul Auliya’ 7/332)
Justeru, berdoalah sebagaimana yang diajar oleh Rasulullah ﷺ :
ﺍَﻟﻠَّﻬُﻢَّ ﻻَ ﺗُﺆَﺍﺧِﺬْﻧِﻲْ ﺑِﻤَﺎ ﻳَﻘُﻮْﻟُﻮْﻥَ، ﻭَﺍﻏْﻔِﺮْﻟِﻲْ ﻣَﺎ ﻻَ ﻳَﻌْﻠَﻤُﻮْﻥَ ﻭَﺍﺟْﻌَﻠْﻨِﻲْ ﺧَﻴْﺮًﺍ ﻣِﻤَّﺎ ﻳَﻈُﻨُّﻮْﻥَ
“Ya Allah, semoga Engkau tidak menghukumku kerana apa yang mereka katakan. Ampunilah aku atas apa yang tidak mereka ketahui. Dan jadikanlah aku lebih baik daripada yang mereka perkirakan.”
(HR. Bukhari dalam Al-Adabul Mufrad no. 761.)
ABi
Tadabbur Diri 34
Cukuplah! Usah menghina lagi orang lain walau pun dia seorang yang hina.
Sehina-hina manusia dia tetap manusia anak keturunan Adam yang telah dimuliakan Allah ta’ala .
وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَىٰ كَثِيرٍ مِّمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا ﴿الإسراء: ٧٠﴾
Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (70)
(Al Isra’: 70)
Usahlah berterusan merasa diri lebih pandai dan baik dari orang lain. Kerana di situlah akan terbitnya takabbur, riya’ dan ‘ujub dalam hati.
Sikap membodohkan orang lain, memperkecilkan dan menganggap hina kepada orang lain hanya akan mengundang kebinasaan diri sendiri.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا يَسْخَرْ قَوْمٌ مِّن قَوْمٍ عَسَىٰ أَن يَكُونُوا خَيْرًا مِّنْهُمْ وَلَا نِسَاءٌ مِّن نِّسَاءٍ عَسَىٰ أَن يَكُنَّ خَيْرًا مِّنْهُنَّ وَلَا تَلْمِزُوا أَنفُسَكُمْ وَلَا تَنَابَزُوا بِالْأَلْقَابِ بِئْسَ الِاسْمُ الْفُسُوقُ بَعْدَ الْإِيمَانِ وَمَن لَّمْ يَتُبْ فَأُولَـٰئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ ﴿الحجرات: ١١﴾
Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.
(Al Hujurat : 11)
Ayat ini, bagaikan sudah tidak ada makna kepada umum manusia kini. Khususnya kepada kalangan ummat Islam, yang secara bebas dan terbuka tidak memperdulikan larangan-larangan Allah ta’ala dalam ayat ini.
Imam Hassan Al Basri pernah ditanya tentang pengertian tawadhu’ ( merendah diri ). Beliau menjawab,
“Seorang itu keluar dari rumahnya, maka ia tidak bertemu seorang Muslim, kecuali mengira bahawa yang ditemui itu lebih baik dari dirinya.”
(Az Zuhd, hal. 279)
Apa yang disebutkan Imam Hasan Al Basri ini semakna dengan nasihat Imam Al Ghazali mengenai tawadhu’. Beliau mengatakan,
”Janganlah engkau melihat kepada seseorang kecuali engkau menilai bahawa ia lebih baik darimu. Jika melihat anak kecil, engkau mengatakan, ’Ia belum bermaksiat kepada Allah sedangkan aku telah melakukannya, maka ia lebih baik dariku’. Jika melihat orang yang lebih tua, engkau mengatakan, ‘Orang ini telah melakukan ibadah sebelum aku melakukannya, maka tidak diragukan bahawa ia lebih baik dariku.’ Dan jika ia melihat orang alim (pandai), maka ia berkata, ’Ia telah diberi Allah ilmu lebih dibanding aku dan telah sampai pada darjat yang aku belum sampai kepadanya.’ Kalau ia melihat orang bermaksiat, ia berkata, “Ia melakukannya kerana kejahilan, sedangkan aku melakukannya dan tahu bahwa perbuatan itu dilarang. Maka, hujjah Allah kepadaku akan lebih kuat.’”
(Maraqi Al Ubudiyah, hal. 79)
Dari Abu Hurairah, dia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda:
إِذَا سَمِعْتُمْ رَجُلًا يَقُولُ قَدْ هَلَكَ النَّاسُ فَهُوَ أَهْلَكُهُمْ يَقُولُ اللَّهُ إِنَّهُ هُوَ هَالِكٌ
“Jika kalian mendengar seorang laki-laki yang berkata: 'orang-orang telah celaka, ' maka dialah yang paling celaka dari mereka, dan Allah berfirman: 'Sesungguhnya dialah yang celaka.'
(HR Muslim, 7360)
Imam Al Khattabi menjelaskan bahawa kemungkinan orang yang mengatakan demikian menimbulkan sifat ujub kepada dirinya dan menilai bahawa pada manusia sudah tidak terdapat sifat kebaikan. Dan merasa bahwa dirinya lebih baik dari mereka. Maka pada hakikatnya, orang ini telah celaka.
(Kitab Al Azkar,hal. 566)
Imam Malik pun berpendapat bahawa kalau pelakunya mengatakan hal demikian kerana ujub dan meremehkan manusia terhadap diri mereka, maka itu hal yang dibenci dan yang terlarang.
Tadabbur Diri 33
Bila diri manusia perlukan tazkirah. Maka, tazkirah peringatan terbaik adalah dari Tuhanmu.
إِنَّ هَذِهِ تَذْكِرَةٌ
Sesungguhnya ini (iaitu surat ini ) adalah suatu peringatan.
(Al-Muzzammil: 19)
Al Quran diturunkan di antara tujuan utamanya ialah sebagai tazkirah (peringatan).
وَإِنَّهُ لَتَذْكِرَةٌ لِّلْمُتَّقِينَ ﴿الحاقة: ٤٨﴾
Dan sesungguhnya Al Quran itu benar-benar suatu pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.
(Al Haaqqah: 48)
كَلَّا إِنَّهُ تَذْكِرَةٌ ﴿٥٤﴾ فَمَن شَاءَ ذَكَرَهُ ﴿٥٥﴾ ﴿المدثر: ٥٤-٥٥﴾
Sekali-kali tidak demikian halnya. Sesungguhnya Al Quran itu adalah peringatan. Maka barangsiapa menghendaki, niscaya dia mengambil pelajaran daripadanya (Al Quran).
(Al Muddatstsir: 54-55)
Oleh itulah para nabi dan rasul diutuskan untuk menjadi pemberi ingatan.
فَذَكِّرْ إِنَّمَا أَنتَ مُذَكِّرٌ ﴿الغاشية: ٢١﴾
Maka berilah peringatan, karena sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan.
(Al Ghasyiyyah : 21)
Pentazkirah atau pemberi ingatan juga adalah sebahagian daripada keperibadian seorang pandakwah yang menelusuri jejak langkah para nabi dan rasul.
Siapakah yang akan mengambil manfaat dari tazkirah?
سَيَذَّكَّرُ مَن يَخْشَىٰ ﴿١٠﴾ وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى ﴿١١﴾﴿الأعلى: ١٠-١١﴾
orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran, dan orang-orang yang celaka (kafir) akan menjauhinya.
(Al A'la : 10-11)
وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَىٰ تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ ﴿الذاريات: ٥٥﴾
Dan tetaplah memberi peringatan, karena sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.
(Az Zariyat : 55)
Apakah bahan utama tazkirah? Sudah pastilah ayat-ayat Allah iaitu apa yang terkandung di dalamnya.
فَذَكِّرْ بِالْقُرْآنِ مَن يَخَافُ وَعِيدِ ﴿ق: ٤٥﴾
Maka beri peringatanlah dengan Al Quran orang yang takut dengan ancaman-Ku.
(Qaaf : 45)
Tazkirah amat penting demi mengingatkan jiwa yang lupa,” dan lalai.
Peringatan itu ada dua jenis.
Pertama, peringatan tentang perkara yang tidak diketahui secara terperinci. Ia hanya diketahui secara umum melalui tabi'e dan logik rasionak akal. Allah ta'ala menjadikan akal secara fitrahnya cenderung kepada kebaikan dan natijahnya, membenci keburukan serta menjauhkan darinya. Allah ta'ala juga mensyariatkan supaya menuruti kebaikan dan meninggalkan keburukan. Dalam syariat jugalah, adanya perintah dan larangan. Maka semua itu, adalah termasuk peringatan yang perlu diperingatkan. Terutama dalam perkara-perkara yang diperintah seperti kebaikan, kebajikan dan maslahah. Juga, perkara-perkara larangan yang membawa kemudaratan.
Jenis peringatan yang kedua, iaitu peringatan tentang perkara-perkara telah yang diketahui oleh orang-orang yang beriman, seperti tentang kematian, alam barzakh, kehidupan akhirat, mahkamah Allah di Padang Mahsyar, syurga, neraka dan lain-lain yang berkaitan. Tetapi kelalaian dan kecuaian telah menjauhkan mereka daripada mengingatinya. Lalu mereka perlu diiperingatkan tentang perkara itu, dan ianya diulang-ulang kepada mereka sehingga ia tertanam dalam fikiran dan jiwa mereka. Ini menjadikan mereka lebih memberi perhatian dan beramal atas apa yang telah mereka telah diperingatkan. Justeru, mereka menjadi bersemangat dan termotivasi untuk mengambil faedah dan mempertingkatkan jati diri mereka.
Oleh itu, Allah ta'ala menyatakan bahawa peringatan itu memberi manfaat kepada orang yang beriman, kerana apa yang mereka miliki seperti persoalan taubat, keimanan, ketakwaan dan keredhaan Allah, mereka mendapat manfaat dari tazkirah atau peringatan. Ini menunjukkan betapa perlu dan pentingnya peringatan dalam kehidupan mereka.
فَذَكِّرْ إِن نَّفَعَتِ الذِّكْرَىٰ ﴿٩﴾ سَيَذَّكَّرُ مَنْ يَخْشَى وَيَتَجَنَّبُهَا الْأَشْقَى ﴿١٠﴾
﴿الأعلى: ٩-١٠﴾
oleh sebab itu berikanlah peringatan karena peringatan itu bermanfaat, orang yang takut (kepada Allah) akan mendapat pelajaran,
(Al A'laa : 9-10)
Manakala, orang yang tidak beriman dan tidak mahu menerima peringatan, maka tidak ada gunanya peringatan bagi mereka. Mereka tidak mahu beriman sehinggalah mereka melihat azab yang pedih.
Tadabbur Diri 31
Bila Allah ta’ala menguji, belajarlah menikmati ujianNya itu.
Rasulullah ﷺ bersabda,
مَا يَزَالُ الْبَلاَءُ بِالْمُؤْمِنِ وَالْمُؤْمِنَةِ فِي جَسَدِهِ وَمَالِهِ وَوَلَدِهِ حَتَّى يَلْقَى اللهَ وَمَا عَلَيْهِ خَطِيْئَةٌ
“Ujian akan selalu menimpa seorang mukmin dan mukminah, baik pada dirinya, pada anaknya mahupun pada hartanya, sehingga ia bertemu dengan Allah tanpa dosa sedikitpun.”
(HR Tirmizi, 239)
Kerana manusia tidak akan tahu hakikat pelbagai balasan untuk kesabaran dan redhanya hati mereka terhadap ujian yang datang sehinggalah bertemuNya nanti di akhirat.
Firman Allah ‘Azza wa Jalla ,
فَلَا تَعْلَمُ نَفْسٌ مَّا أُخْفِيَ لَهُم مِّن قُرَّةِ أَعْيُنٍ جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ ﴿السجدة: ١٧﴾
Tak seorangpun mengetahui berbagai nikmat yang menanti, yang indah dipandang sebagai balasan bagi mereka, atas apa yang mereka kerjakan. (17)
(As Sajadah: 17)
Justeru, bertabahlah dan bertahanlah. Hidup di dunia ini hanya sebentar sahaja.
وَيَوْمَ يَحْشُرُهُمْ كَأَن لَّمْ يَلْبَثُوا إِلَّا سَاعَةً مِّنَ النَّهَارِ يَتَعَارَفُونَ بَيْنَهُمْ قَدْ خَسِرَ الَّذِينَ كَذَّبُوا بِلِقَاءِ اللَّهِ وَمَا كَانُوا مُهْتَدِينَ ﴿يونس: ٤٥﴾
Dan (ingatlah) masa Tuhan himpunkan mereka (pada hari kiamat kelak), dengan keadaan mereka merasai seolah-olah mereka tidak tinggal di dunia melainkan sekadar satu saat sahaja dari siang hari. Mereka akan berkenal-kenalan sesama sendiri. Sesungguhnya rugilah orang-orang yang telah mendustakan hari menemui Allah untuk menerima balasan, dan yang tidak mendapat petunjuk (ke jalan mencari untung semasa hidup di dunia). (45)
(Yunus : 45)
ABi
Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya".
(Al Kahfi : 110)
أحب الأعمال إلى الله أدومها وان قل (رواه مسلم)
Daripada Aisyah radhiyallahu 'anha berkata: Rasulullah ﷺ bersabda:
" Sebaik-baik amalan kepda Allah ( ialah ) yang berterusan walaupun sedikit ".
( HR Muslim )
5. Sabar, tabah, cekal dan kuat jiwa.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا لَقِيتُمْ فِئَةً فَاثْبُتُوا وَاذْكُرُوا اللَّهَ كَثِيرًا لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ (٤٥) وَأَطِيعُوا اللَّـهَ وَرَسُولَهُ وَلَا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ ۖ وَاصْبِرُوا ۚ إِنّ اللَّـهَ مَعَ الصَّابِرِينَ (٤٦)(الأنفال:٤٥-٤٦)
Hai orang-orang yang beriman. apabila kamu memerangi pasukan (musuh), maka berteguh hatilah kamu dan sebutlah (nama) Allah sebanyak-banyaknya agar kamu beruntung.( 45 ) Dan taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatanmu dan bersabarlah. Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.( 46 )
(Al Anfal: 45-46)
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Amat menghairankan sekali keadaan orang mukmin itu, sesungguhnya semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan yang sedemikian itu tidak akan ada lagi bagi seseorangpun melainkan hanya untuk orang mukmin itu belaka, iaitu apabila ia mendapatkan kelapangan hidup (kesenangan),diapun bersyukur, maka hal itu adalah kebaikan baginya,sedang apabila ia ditimpa kesukaran – yakni bencana – diapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya.”
(HR Muslim)
6. Sentiasa mengharapkan bertambah petunjuk melalui amal dan doa.
وَالَّذِينَ اهْتَدَوْا زَادَهُمْ هُدًى وَآتَاهُمْ تَقْوَاهُم( محمد : ١٧ )
Dan (sebaliknya) orang-orang yang menerima petunjuk (ke jalan yang benar), Allah menambahi mereka dengan hidayah petunjuk, serta memberi kepada mereka (dorongan) untuk mereka bertaqwa.
(Muhammad : 17)
Kalaam tarbawi dari Ibnu Qayyim Al Jauzi rahimahullahu ta'ala :
" إذا اراد الله بعبد خيراَ جعله معترفاَ بذنبه،ممسكاَ عن ذنب غيره ، جواداَ بما عنده، زاهداَ فيما عند غيره، محتملاَ لأذى غيره، وإن أراد به شراَ عكس ذلك عليه."
Apabila Allah ta'ala mengkehendaki akan hambaNya kebaikan, Dia menjadi hamba itu mengakui dosanya, menahan diri dari melakukan dosa yang lain, pemurah dengan apa yang ada pada dirinya, zuhud terhadap apa yang ada pada orang lain, menghalang diri dari menyakiti orang lain. Dan jika Allah ta'ala mengkehendaki keburukan atau kejahatan maka yang berlaku ialah disebaliknya.
Disebut dalam sebuah atsar,
من عمل بما علم أورثه الله علم ما لم يعلم
“Barangsiapa yang mengamalkan ilmu yang telah ia ketahui maka Allah akan mewariskan (mengajarkan) kepadanya ilmu yang belum ia ketahui”
Yakni dalam bentuk taufik bimbingan terhadap amalan.
وَالَّذِينَ جَاهَدُوا فِينَا لَنَهْدِيَنَّهُمْ سُبُلَنَا ۚ وَإِنَّ اللَّـهَ لَمَعَ الْمُحْسِنِين (٦٩)
Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami. Dan sesungguhnya Allah benar-benar beserta orang-orang yang berbuat baik.
(Al Ankabut : 69)
1 Tenang dan tenteram jiwanya iaitu tiada ketakutan dan tiada bersedih hati hasil anugerah Allah ta’ala kerana keimanan yang ada dalam hati.
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ إِيمَانِهِمْ ۗ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا حَكِيمًا
( الفتح : ٤ )
Tadabbur Diri 29
Bermuhasabah terhadap dirimu sendiri.
Imam Ibnul Qayyim rahimahullah mengatakan,
" من علامات السعادة والفلاح أن العبد كلما زيد في علمه زيد في تواضعه ورحمته وكلما، زيد في عمره نقص من حرصه، وكلما زيد في ماله زيد في سخائه وبذله، وكلما زيد في قدره وجاهه زيد في قربه من الناس وقضاء حوائجهم والتواضع لهم،
“Salah satu tanda kebahagiaan dan kejayaan adalah tatkala seorang hamba semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemahuannya untuk membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan pangkatnya maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai keperluan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.”
Beliau menyebut lagi,
وعلامات الشقاوة أنه كلما زيد في علمه زيد في كبره وتيهه، وكلما زيد في عمله زيد في فخره واحتقاره للناس وحسن ظنه بنفسه، وكلما زيد في عمره زيد في حرصه، وكلما زيد في ماله زيد في بخله وإمساكه، وكلما زيد في قدره وجاهه زيد في كبره وتيهه، وهذه الأمور ابتلاء من الله وامتحان يبتلي بها عباده فيسعد بها أقوام ويشقى بها أقوام"
“Dan tanda kebinasaan iaitu tatkala semakin bertambah ilmunya maka bertambahlah kesombongan dan kebanggaannya. Dan setiap kali bertambah amalnya maka bertambahlah keangkuhannya, dia semakin meremehkan manusia dan terlalu bersangka baik kepada dirinya sendiri. Semakin bertambah umurnya maka bertambahlah ketamakannya. Setiap kali bertambah banyak hartanya maka dia semakin kedekutnya dan tidak mahu membantu. Dan setiap kali meningkat kedudukan dan derajatnya maka bertambahlah kesombongan dan kebanggaan dirinya. Ini semua adalah ujian dan cobaan dari Allah untuk menguji hamba-hamba-Nya. Sehingga akan berbahagialah sebagian kelompok, dan sebahagian kelompok yang lain pula akan binasa. “
( Al Fawaaid, Ibnul Qayyim )
Justeru, muhasabahlah dirimu sendiri.
ABi
Tadabbur Diri 28
Ada dua macam penyesalan yang tidak bermanfaat bagi seseorang itu.
Pertama, penyesalan di waktu ajal tiba.
Firman Allâh Azza wa Jalla :
وَأَنْفِقُوا مِنْ مَا رَزَقْنَاكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ فَيَقُولَ رَبِّ لَوْلَا أَخَّرْتَنِي إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ فَأَصَّدَّقَ وَأَكُنْ مِنَ الصَّالِحِينَ
Dan belanjakanlah sebagian dari apa yang telah Kami berikan kepadamu sebelum datang kematian kepada salah seorang di antara kamu; lalu ia berkata, “Ya Rabbku, mengapa Engkau tidak menangguhkan (kematian)ku sampai waktu yang dekat, yang menyebabkan aku dapat bersedekah dan aku termasuk orang-orang yang shaleh”
( Al Munâfiqûn:10)
حَتَّىٰ إِذَا جَاءَ أَحَدَهُمُ الْمَوْتُ قَالَ رَبِّ ارْجِعُونِ ﴿٩٩﴾لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖوَمِن وَرَائِهِم بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴿١٠٠﴾
(Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata: "Ya Tuhanku kembalikanlah aku (ke dunia),
(Al Mukminun: 99)
Kedua, penyesalan manusia di akhirat.
وَلَوْ تَرَىٰ إِذِ الْمُجْرِمُونَ نَاكِسُو رُءُوسِهِمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ رَبَّنَا أَبْصَرْنَا وَسَمِعْنَا فَارْجِعْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا إِنَّا مُوقِنُونَ
Dan (alangkah ngerinya), jika sekiranya kamu melihat ketika orang-orang berdosa itu menundukkan kepalanya di hadapan Rabbnya, (mereka berkata), “Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia. Kami akan mengerjakan amal shaleh. Sesungguhnya kami adalah orang-orang yakin
(As-Sajadah: 12)
Maksud ucapan mereka ini, dijelaskan oleh Imam Ibnu Katsîr rahimahullah,
“Wahai Rabb kami, kami telah melihat dan mendengar, maka kembalikanlah kami ke dunia untuk melakukan amal soleh, sesungguhnya kami sekarang telah yakin bahwa janjiMu adalah benar dan perjumpaan denganMu adalah benar.”
Imam Qatâdah rahimahullah pula mengatakan,
“Demi Allâh, mereka tidak berharap dikembalikan ke dunia untuk menjumpai keluarga dan kaum kerabat, akan tetapi mereka berharap dikembalikan ke dunia untuk melaksanakan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla.”
Lihatlah harapan dan keinginan orang-orang yang tidak melaksanakan ketaatan kepada Allâh Azza wa Jalla ketika di dunia. Sedangkan sudah tidak ada lagi bagi mereka peluang untuk kembali ke dunia.”
[ Tafsir Ibnu Katsir ]
Mereka juga menyesali perbuatan mereka dengan cara menyalahkan diri mereka sendiri, seraya mengatakan ;
وَقَالُوا لَوْ كُنَّا نَسْمَعُ أَوْ نَعْقِلُ مَا كُنَّا فِي أَصْحَابِ السَّعِيرِ
Andaikata kami dahulu mahu mendengarkan atau memikirkan (peringatan itu), niscaya kami tidaklah termasuk penghuni-penghuni neraka yang menyala-nyala
(Al-Mulk: 10)
Allâh Azza wa Jalla juga berfirman:
وَتَرَى الظَّالِمِينَ لَمَّا رَأَوُا الْعَذَابَ يَقُولُونَ هَلْ إِلَىٰ مَرَدٍّ مِنْ سَبِيلٍ
Dan kamu akan melihat orang-orang yang zalim ketika mereka melihat azab berkata, “Adakah kiranya jalan untuk kembali ke dunia?”
(Asy-Syûrâ :44)
وَلَوْ تَرَى إِذْ وُقِفُوا عَلَى النَّارِ فَقَالُوا يَا لَيْتَنَا نُرَدُّ وَلا نُكَذِّبَ بِآيَاتِ رَبِّنَا..
Dan jika kamu (Muhammad) melihat ketika mereka dihadapkan ke neraka, lalu mereka berkata, "Kiranya kami dikembalikan (ke dunia) dan tidak mendustakan ayat-ayat Tuhan kami.
(Al-An'am: 27)
وَأَنْذِرِ النَّاسَ يَوْمَ يَأْتِيهِمُ الْعَذَابُ فَيَقُولُ الَّذِينَ ظَلَمُوا رَبَّنَا أَخِّرْنَا إِلَىٰ أَجَلٍ قَرِيبٍ نُجِبْ دَعْوَتَكَ وَنَتَّبِعِ الرُّسُلَ
Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) azab datang kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang zalim, “Ya Rabb kami, kembalikanlah kami meskipun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan-Mu dan mengikuti rasul-rasul”.
(Ibrâhîm: 44)
Dalam ayat yang lain, Allâh Azza wa Jalla juga berfirman;
وَهُمْ يَصْطَرِخُونَ فِيهَا رَبَّنَا أَخْرِجْنَا نَعْمَلْ صَالِحًا غَيْرَ الَّذِي كُنَّا نَعْمَلُ
Dan mereka berteriak didalam neraka itu, “Ya Rabb kami, keluarkanlah kami niscaya kami akan melakukan amal saleh berbeda dengan yang telah kami kerjakan”
(Fâthir : 37)
Tadabbur Diri 27
Dahulukan akalmu.
Ulul albab (أولوا الألباب) adalah orang yang menggunakan akalnya yang sihat untuk mengenal siapakah Allah, Tuhannya. Bagaimanakah keagunganNya. Bagaimanakah kebijaksanaan dan keadilanNya. Semuanya itu dengan melihat dan merenung ayat-ayat Allah. Samaada ayat kauniyah (ciptaan-Nya) yang ada di langit atau di bumi, mahu pun ayat Syar’iyah (hukum Allah) yang ada di dalam KitabNya, Al Quran. Sehingga dia akan semakin tunduk, patuh, taat dan pasrah kepada Allah ‘Azza wa Jalla.
Untuk seseorang itu sempurna agamanya, perlulah akalnya digunakan sebaik mungkin. Bukan hanya dengan semangat dan emosi. Kerana, semangat dan emosi sering hanyut dan dikuasai oleh nafsu. Dan nafsu sering pula menghijab kebenaran dan kewarasan.
Akal dapat menerima dan mengambil ingatan dalam membina keimanan dan ketaqwaan.
فَاتَّقُوا اللَّهَ يَا أُولِي الْأَلْبَابِ الَّذِينَ آمَنُوا قَدْ أَنزَلَ اللَّهُ إِلَيْكُمْ ذِكْرًا
(الطلاق: 10)
Maka bertaqwalah kepada Allah kepada wahai orang yang berakal sempurna (iaitu) dari kalangan orang yang beriman. Sesungguhnya Allah telah menurunkan kepada kamu peringatan
(At-Thalaq:10)
Akal akan sentiasa menghargai ilmu sehingga dapat digunakan untuk merenung dan memahami tanda-tanda kebesaran Allah, membawa zikir dan ingatan terhadapNya, lantas membuah rasa takut dan gentar terhadap Allah ta’ala serta memikirkan nasibnya di akhirat nanti.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَاخْتِلَافِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لَآيَاتٍ لِّأُولِي الْأَلْبَابِ ﴿١٩٠﴾ الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّـهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَـٰذَا بَاطِلًا سُبْحَانَكَ فَقِنَا عَذَابَ النَّارِ ﴿١٩١﴾. (آل عمران: 190-191)
Sesungguhnya pada kejadian langit dan bumi, dan pada pertukaran malam dan siang, ada tanda-tanda (kekuasaan, kebijaksanaan, dan keluasan rahmat Allah) bagi orang-orang yang berakal; (Iaitu) orang-orang yang menyebut dan mengingati Allah semasa mereka berdiri dan duduk dan semasa mereka berbaring mengiring, dan mereka pula memikirkan tentang kejadian langit dan bumi (sambil berkata): "Wahai Tuhan kami! Tidaklah Engkau menjadikan benda-benda ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari azab neraka.
(Ali 'Imran :190-191)
Akal yang benar dapat menerima kebaikan dan kebenaran, lantas terus terpimpin dengan hidayah petunjuk Allah.
﴿ الَّذِينَ يَسْتَمِعُونَ الْقَوْلَ فَيَتَّبِعُونَ أَحْسَنَهُ أُولَٰئِكَ الَّذِينَ هَدَاهُمُ اللَّهُ وَأُولَٰئِكَ هُمْ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴾. (الزمر: 18)
(Orang-orang) yang mendengarkan perkataan(Al-Quran) lalu mengikuti apa yang paling baik di antaranya. Mereka itulah orang-orang yang telah diberi Allah petunjuk dan mereka itulah orang-orang yang mempunyai akal.
(Az-Zumar: 18)
أَفَمَن يَعْلَمُ أَنَّمَا أُنزِلَ إِلَيْكَ مِن رَّبِّكَ الْحَقُّ كَمَنْ هُوَ أَعْمَىٰ ۚإِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿١٩﴾ الَّذِينَ يُوفُونَ بِعَهْدِ اللَّـهِ وَلَا يَنقُضُونَ الْمِيثَاقَ ﴿٢٠﴾ وَالَّذِينَ يَصِلُونَ مَا أَمَرَ اللَّـهُ بِهِ أَن يُوصَلَ وَيَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ وَيَخَافُونَ سُوءَ الْحِسَابِ ﴿٢١﴾ وَالَّذِينَ صَبَرُوا ابْتِغَاءَ وَجْهِ رَبِّهِمْ وَأَقَامُوا الصَّلَاةَ وَأَنفَقُوا مِمَّا رَزَقْنَاهُمْ سِرًّا وَعَلَانِيَةً وَيَدْرَءُونَ بِالْحَسَنَةِ السَّيِّئَةَ أُولَـٰئِكَ لَهُمْ عُقْبَى الدَّارِ ﴿٢٢﴾ (الرعد: 19-22)
Adakah orang yang mengetahui bahwasanya apa yang diturunkan kepadamu dari Tuhanmu itu benar sama dengan orang yang buta? Hanyalah orang-orang yang berakal saja yang dapat mengambil pelajaran, (yaitu) orang-orang yang memenuhi janji Allah dan tidak merusak perjanjian, dan orang-orang yang menghubungkan apa-apa yang Allah perintahkan supaya dihubungkan, dan mereka takut kepada Tuhannya dan takut kepada hisab yang buruk. Dan orang-orang yang sabar karena mencari keridhaan Tuhannya, mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezeki yang Kami berikan kepada mereka, secara sembunyi atau terang-terangan serta menolak kejahatan dengan kebaikan; orang-orang itulah yang mendapat tempat kesudahan (yang baik),
(Ar-Ra'du:19-22)
Kerana itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku
(Al-Baqarah: 152)
ABi
Tadabbur Diri 24
HATI bila tidak disibukkan dengan mengingati Allah dan Hari Akhirat, maka ia akan bersibuk dengan keinginan dan kesedapan kehidupan dunia. Khayalan dan angan-angan panjang menguasai. Hingga ia tidak sedar telah ditipu oleh hidup dunia yang sementara.
وَقِيلَ الْيَوْمَ نَنسَاكُمْ كَمَا نَسِيتُمْ لِقَاءَ يَوْمِكُمْ هَـٰذَا وَمَأْوَاكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن نَّاصِرِينَ ﴿٣٤﴾ ذَٰلِكُم بِأَنَّكُمُ اتَّخَذْتُمْ آيَاتِ اللَّـهِ هُزُوًا وَغَرَّتْكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا ۚ فَالْيَوْمَ لَا يُخْرَجُونَ مِنْهَا وَلَا هُمْ يُسْتَعْتَبُونَ ﴿٣٥﴾
Dan dikatakan (kepada mereka): "Pada hari ini Kami melupakan kamu sebagaimana kamu telah melupakan pertemuan (dengan) harimu ini dan tempat kembalimu ialah neraka dan kamu sekali-kali tidak memperoleh penolong"(34) Yang demikian itu, kerana sesungguhnya kamu menjadikan ayat-ayat Allah sebagai olok-olokan dan kamu telah ditipu oleh kehidupan dunia, maka pada hari ini mereka tidak dikeluarkan dari neraka dan tidak pula mereka diberi kesempatan untuk bertaubat. (35)
(Al Jaatsiyyah : 34-35)
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ ۖ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ فَتَرَاهُ مُصْفَرًّا ثُمَّ يَكُونُ حُطَامًا ۖ وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّـهِ وَرِضْوَانٌ ۚ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا مَتَاعُ الْغُرُورِ ﴿٢٠﴾
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.(20)
(Al Hadid : 20)
Ciri-ciri dunia yang menipu :
(a) Permainan ( ٌلٓعِب )
(b) Sesuatu yang melalaikan/senda gurau ( ٌلٓهْو )
(c). Perhiasan ( ٌزِينٓة )
(d) Saling berbangga ( ٌتٓفَاخُر )
(e) Berbangga-bangga tentang harta dan anak ( ٌتٓكٓاثُر )
HATI juga, tiada dua hati dalam diri manusia.
مَّا جَعَلَ اللَّهُ لِرَجُلٍ مِّن قَلْبَيْنِ فِي جَوْفِهِ
﴿الأحزاب: ٤﴾
Allah tidak sekali-kali menjadikan seseorang mempunyai dua hati dalam rongga dadanya;
(Al Ahzab: 4)
Oleh itu, hati itu hanya mampu menghadap pada satu arah saja. Bila ia telah menghadap kepada sesuatu maka pasti ia berpaling daripada sesuatu yang lain. Jika hati menghadap kepada dunia bererti ia membelakangi akhirat. Jika ia menghadap kepada akhirat, dunia tidak lagi jadi perhatiannya.
Sa'id bin Jubair RA berkata :
مَتَاعُ الْغُرُورِ لِمَنْ يَشْتَغِلُ فِيهَا بِطَلَبِ الْآخِرَةِ، وَمَنِ اشْتَغَلَ بِطَلَبِهَا فَلَهُ مَتَاعُ بِلَاغٍ إِلَى مَا هُوَ خَيْرٌ مِنْهُ.
“Dunia yang dikatakan sebagai kesenangan yang menipu adalah yang membuatmu lalai dari mencari akhirat. Adapun yang bersibuk dengan menuntut akhirat maka baginya kesenangan yang menyampaikan kepada apa yang lebih baik daripadanya.”
Justeru, bukalah mata hatimu untuk mengenali hakikat kehidupan yang sebenar.
اللهم اجْعَلِ الدُنْيَا فِى اَيْدِيْنَا وَلَا تَجْعَلْهَا فِى قُلُوْبِنَا
“Ya Allah, jadikanlah dunia pada tangan-tangan kami (milik kami) tetapi jangan jadikan dunia pada hati-hati kami yang membawa kepada cinta dunia.”
ABi
Tadabbur Diri 23
Ada 4 perkara yang sering membimbang dan menyibukkan hati manusia:
1 REZEKI
Kebimbangan dan kesibukan hati tentang rezeki sering menyebabkan manusia terpaling hatinya dari ibadah dan dari mengingati Allah ta’ala. Sedangkan persoalan rezeki manusia telah ditentukan oleh Allah ‘Azza wa Jalla .
وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي الْأَرْضِ إِلَّا عَلَى اللَّهِ رِزْقُهَا وَيَعْلَمُ مُسْتَقَرَّهَا وَمُسْتَوْدَعَهَا ۚ كُلٌّ فِي كِتَابٍ مُبِينٍ
“Tidak ada satupun yang bergerak di muka bumi ini kecuali Allah yang menanggung rezekinya”.
( Hud: 6)
اللَّهُ يَبْسُطُ الرِّزْقَ لِمَن يَشَاءُ وَيَقْدِرُ ﴿الرعد: ٢٦﴾
Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki.
(Ar Ra’d : 26 )
نَّحْنُ نَرْزُقُكُمْ وَإِيَّاهُمْ ﴿الأنعام: ١٥١﴾
Kami akan memberi rezeki kepadamu dan kepada mereka,
( Al An’am : 151 )
1 LINTASAN DAN BISIKAN HATI (KHAWATIR)
Adakalanya lintasan dan bisikan itu datang dari keinginan nafsu. Ini adalah dorongan syahwat. Biasanya diumpan dengan keseronokan dan keduniaan.
وَ إِنَّ النَّفْسَ لَأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ ﴿يوسف: ٥٣﴾
Dan sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan,
(Yusuf: 53)
Dorongan syahwat sering ditunggangi pula oleh hasutan syaitan iaitu was-was.
فَوَسْوَسَ إِلَيْهِ الشَّيْطَانُ قَالَ يَا آدَمُ هَلْ أَدُلُّكَ عَلَىٰ شَجَرَةِ الْخُلْدِ وَمُلْكٍ لَّا يَبْلَىٰ ﴿طه: ١٢٠﴾
Kemudian syaitan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: "Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?"
( Thahaa: 12 )
Was-was syaitan amat merbahaya jika dilayan dan dituruti kerana boleh menjerat hati kepada syak dan keraguan. Tambah lagi jika sampai tahap membawa kepada kufur, syirik dan nifaq.
فَزَيَّنَ لَهُمُ الشَّيْطَانُ أَعْمَالَهُمْ فَهُوَ وَلِيُّهُمُ الْيَوْمَ وَلَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ ﴿النحل: ٦٣﴾
syaitan menjadikan mereka itu memandang baik perbuatan mereka (yang buruk), maka syaitan menjadi pemimpin mereka di hari itu dan bagi mereka azab yang sangat pedih.
( An Nahl : 63 )
Ketika itu syaitan akan menghiasi keburukan dilihat sebagai kebaikan. Begitulah sebaliknya.
Namun, ada juga lintasan hati yang baik. Iaitu dari malaikat yang disebut sebagai ilham. Ilham dibisikkan oleh malaikat dalam mendorong kepada perkara kebaikan. Begitu juga ilham dari Allah ‘Azza wa Jalla dalam bentuk furqan dan irsyad.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تَتَّقُوا اللَّهَ يَجْعَل لَّكُمْ فُرْقَانًا وَيُكَفِّرْ عَنكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ ﴿الأنفال: ٢٩﴾
Hai orang-orang beriman, jika kamu bertakwa kepada Allah, Kami akan memberikan kepadamu Furqaan. Dan kami akan jauhkan dirimu dari kesalahan-kesalahanmu, dan mengampuni (dosa-dosa)mu. Dan Allah mempunyai karunia yang besar.
( Al Anfal: 29 )
1 MUSIBAH
Bimbang dan sibuk hati tentang musibah yang telah berlaku atau yang belum berlaku juga akan menyebabkan hati jadi resah dan gelisah. Hati jadi hampa dan kecewa. Hilang kewarasan dan pertimbangan.
Yang lebih membimbangkan hatinya terputus dari pergantungan kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Timbul berbagai lintasan berupa sangkaan buruk padaNya.
1 TAKDIR
Apabila sesuatu takdir yang memenuhi kehendaknya, manusia tersangat gembira. Namun apabila yang dia mahu, tiba-tiba takdir ketententuan Allah tidak seperti kehendaknya, maka dia kecewa dan putus harapan.
Inilah yang sering terlintas dalam hati manusia kerana bimbangkan takdirnya yang tidak menentu menurut sangkaannya.
Sedangkan Allah ‘Azza wa Jalla hanya menyuruh beramal dan berusaha bersungguh-sungguh kerana amal dan usaha itu ada pahala dan dosa dariNya.
مَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ السَّعَادَةِ، فَسَيَصِيرُ إِلَى عَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ، وَمَنْ كَانَ مِنْ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ، فَسَيَصِيرُ إِلَى عَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ، فَقَالَ: اعْمَلُوا فَكُلٌّ مُيَسَّرٌ، أَمَّا أَهْلُ السَّعَادَةِ فَيُيَسَّرُونَ لِعَمَلِ أَهْلِ السَّعَادَةِ، وَأَمَّا أَهْلُ الشَّقَاوَةِ فَيُيَسَّرُونَ لِعَمَلِ أَهْلِ الشَّقَاوَةِ
“Barangsiapa daripada kalangan orang yang bahagia, maka dia akan beramal dengan amalan orang yang bahagia.
Tadabbur Diri 21
Bila lagi HATImu mahu tunduk patuh takut apabila ingat kebesaran dan keagunganNya sehingga engkau merasa ringan untuk beribadah kepadaNya.
أَلَمْ يَأْنِ لِلَّذِينَ آمَنُوا أَن تَخْشَعَ قُلُوبُهُمْ لِذِكْرِ اللَّـهِ وَمَا نَزَلَ مِنَ الْحَقِّ وَلَا يَكُونُوا كَالَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِن قَبْلُ فَطَالَ عَلَيْهِمُ الْأَمَدُ فَقَسَتْ قُلُوبُهُمْ ۖ وَكَثِيرٌ مِّنْهُمْ فَاسِقُونَ
“Belum sampaikah lagi masanya bagi orang-orang yang beriman, untuk khusyuk hati mereka mematuhi peringatan dan pengajaran Allah serta mematuhi kebenaran (Al-Quran) yang diturunkan (kepada mereka)? Dan janganlah pula mereka menjadi seperti orang-orang yang telah diberikan Kitab sebelum mereka, setelah orang-orang itu melalui masa yang lanjut maka hati mereka menjadi keras, dan banyak di antaranya orang-orang yang fasik – derhaka “
(Al Hadid: 16)
Bila lagi HATI mahu tenang tenteram bila berzikir mengingati Nya
ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ ٱللَّهِ ۗ أَلَا بِذِكْرِ ٱللَّهِ تَطْمَئِنُّ ٱلْقُلُوبُ ﴿٢٨﴾
(iaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.
(Ar Ra'd: 28)
Bila lagi HATI mahu rasa jijik pada dosa dan maksiat sehingga engkau merasa mudah menjauhinya.
Daripada Abdullah Ibnu Mas'ud RAhumma, Rasulullah ﷺ bersabda:
إِنَّ الْمُؤْمِنَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَأَنَّهُ قَاعِدٌ تَحْتَ جَبَلٍ يَخَافُ أَنْ يَقَعَ عَلَيْهِ وَإِنَّ الْفَاجِرَ يَرَى ذُنُوبَهُ كَذُبَابٍ مَرَّ عَلَى أَنْفِهِ فَقَالَ بِهِ هَكَذَا
(رواه البخاري)
" Dosa dilihat oleh seorang beriman bagaikan bukit yang besar yang dibimbangi akan menghempap dirinya. Namun bagi seorang fajir ( pendosa ) dosa hanya bagaikan lalat kecil yang kecil yang hinggap di batang hidungnya lalu ia menepis-nepis.”
(HR Bukhari)
Ibnu Abbas dan Anas berkata :
إن للحسنة نورا في القلب ، وزينا في الوجه ، وقوة في البدن ، وسعة في الرزق ، ومحبة في قلوب الخلق . وإن للسيئة ظلمة في القلب ، وشينا في الوجه ، ووهنا في البدن ، ونقصا في الرزق ، وبغضة في قلوب الخلق .
“Sesungguhnya bagi kebaikan itu cahaya di dalam hati, hiasan pada wajahnya, kekuatan pada tubuhnya, keluasan pada rezekinya, kecintaan pada hati-hati makhluq Allah, manakala bagi kejahatan itu kegelapan pada hati, kesuraman pada wajah, kelesuan pada tubuh, kekurangan pada rezeki, dan kebencian pada hati-hati makhluq Allah.”
Bilakah lagi HATI mahu rasa malu pada Nya sehingga engkau rasa malu untuk melakukan dosa dan mengengkari perintah-perintahNya. Sedangkan Dia sentiasa mengawai perilakumu.
وَأَسِرُّوا۟ قَوْلَكُمْ أَوِ ٱجْهَرُوا۟ بِهِۦٓ ۖ إِنَّهُۥ عَلِيمٌۢ بِذَاتِ ٱلصُّدُورِ ﴿١٣﴾
Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.
(Al Mulk : 13)
Dari Abu Mas'ud; Nabi ﷺ bersabda:
إِنَّ مِمَّا أَدْرَكَ النَّاسُ مِنْ كَلَامِ النُّبُوَّةِ إِذَا لَمْ تَسْتَحْيِ فَاصْنَعْ مَا شِئْتَ
“Sesungguhnya di antara apa yang didapatkan manusia dari perkataan (yang disepakati) para Nabi adalah; Jika kamu tidak malu, berbuatlah sesukamu".
(HR Bukhari)
Justeru, Wahai HATI perhatikan dan awasilah dirimu sendiri.
ABi
Tadabbur Diri 19
Jalan dakwah adalah jalan pengabdian sebenar untuk sampai kepada keredhaanNya. Pengabdian yang dipenuhi ujian dan perjuangan.
Imam Ibnul Qayyim menggambarkannya dengan katanya:
الطريق طريق تعب فيه آدم ،
وناح لأجله نوح ،
ورمي في النَّار الخليل ،
وأضجع للذبح إسْمَاعِيل ،
وبيع يُوسُف بثمن بخس ولبث في السجن بضع سنين ،
ونشر بِالْمِنْشَارِ زَكَرِيَّا ،
وَذبح السَّيِّد الحصور يحيى ،
وزاد على المقدار بكاء دَاوُد ،
وقاسي الضّر أيوب ،
وَسَارِ مَعَ الْوَحْشَ عِيسَى ،
وعالج الفقر وأنواع الْأَذَى مُحَمَّد ،
تزهى أنت باللهو واللعب؟؟
(ابن القيم ، الفوائد ص (٤٢)
Jalan ini adalah jalan yang telah
membuat Adam merasa lelah,
Membuat Nuh bersedih,
Menyebabkan Ibrahim Al-Khalil dilempar ke dalam api,
Membaringkan Ismail di pembaringan untuk disembelih,
Menjadikan Yusuf telah dijual dengan harga yang sangat murah dan dipenjara bertahun-tahun,
Zakaria digergaji,
Dibunuh Sayyidul Hushur (penghulu yang menahan diri) Yahya,
Daud telah menangis di luar batas kewajarannya,
Ayyub ditimpa penyakit berat,
Isa berjalan penuh takut bersama binatang buas,
Muhammad ﷺ telah diliputi kefakiran dan berbagai gangguan,
Sedangkan engkau, ingin menempuhnya dengan senda gurau dan bermain-main?
(Ibnul Qayyim, Al-Fawaid p.42)
Justeru, apa yang engkau rasai bila engkau mahu berjalan di atas jalan dakwah adalah tabiat dan sunnah perjuangan yang pasti lalui. Bersabarlah dan bertahanlah. Dunia hanyalah tempat ujian.
ABi
Tadabbur Diri 17
Bila sakit …
Ingatlah kata-kata Nabi Ibrahim ‘alaihis salam,
وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ ﴿الشعراء: ٨٠﴾
"Dan apabila aku sakit, maka Dia lah yang menyembuhkan penyakitku; (80)
(As Syu’ara : 80)
Berdoalah dengan doa Nabi Ayyub ‘alaihis salam,
وَأَيُّوبَ إِذْ نَادَىٰ رَبَّهُ أَنِّي مَسَّنِيَ الضُّرُّ وَأَنتَ أَرْحَمُ الرَّاحِمِينَ ﴿الأنبياء: ٨٣﴾
Dan (sebutkanlah peristiwa) Nabi Ayub, ketika ia berdoa merayu kepada Tuhannya dengan berkata: "Sesungguhnya aku ditimpa penyakit, sedang Engkaulah sahaja yang lebih mengasihani daripada segala (yang lain) yang mengasihani". (83)
(Al Anbiya’: 83)
Bertasbihlah dengan tasbih Nabi Yunus ‘alaihis salam,
وَذَا النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادَىٰ فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَـٰهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ﴿الأنبياء: ٨٧﴾
Dan (sebutkanlah peristiwa) Zun-Nun, ketika ia pergi (meninggalkan kaumnya) dalam keadaan marah, yang menyebabkan ia menyangka bahawa Kami tidak akan mengenakannya kesusahan atau cubaan; (setelah berlaku kepadanya apa yang berlaku) maka ia pun menyeru dalam keadaan yang gelap-gelita dengan berkata: "Sesungguhnya tiada Tuhan (yang dapat menolong) melainkan Engkau (ya Allah)! Maha Suci Engkau (daripada melakukan aniaya, tolongkanlah daku)! Sesungguhnya aku adalah dari orang-orang yang menganiaya diri sendiri". (87)
(Al Anbiya’: 87)
Ambillah bahasa hati Nabi Yaakub ketika mengadu kepada TuhanNya,
قَالَ إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ
﴿يوسف: ٨٦﴾
(Nabi Yaakub) menjawab: "Sesungguhnya aku hanyalah mengadukan kesusahan dan dukacitaku kepada Allah”
(Yusuf : 86)
Lazimilah istighfar, sebagaimana yang diajar oleh Junjungan Besar Nabi Muhammad ﷺ .
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ أَنَّهُ حَدَّثَهُ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ لَزِمَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَمِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ
(رواه أبو داود، ١٢٩٧؛وابن ماجه، ٣٨٠٩ أحمد،٢١٢٣)
Dari Abdullah bin Abbas, ia berkata; Rasulullah ﷺ bersabda, "Barangsiapa memperbanyak istighfar niscaya Allah akan menjadikan jalan keluar pada setiap kesulitan, dan kelapangan untuk setiap kesempitan serta memberi rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka."
(HR Abu Daud,1297; Ibnu Majah ,3809;Ahmad,2123)
Juga doakanlah dirimu sendiri,
عن عثمان بن أبي العاص رضي الله عنه، أنه شكا إلى رسول الله صلى الله عليه وسلم وجعا يجده في جسده، فقال له رسول الله صلى الله عليه وسلم ضَعْ يَدَك عَلَى الَّذِي تَأْلَمُ مِنْ جَسَدِك، وَقُلْ بِسْمِ اللَّهِ ثَلَاثًا، وَقُلْ سَبْعَ مَرَّاتٍ أَعُوذُ بِاَللَّهِ وَقُدْرَتِهِ مِنْ شَرِّ مَا أَجِدُ وَأُحَاذِرُ
Dari Utsman bin Abil 'Ash RA bahwa ia mengadu kepada Rasulullah ﷺ perihal penyakit yang ia rasakan pada tubuhnya. Rasulullah ﷺ lalu mengatakan kepadanya, 'Letakkan tanganmu pada bahagian tubuhmu yang dirasa sakit. Bacalah tiga kali, 'Bismillāh.' Lalu bacalah tujuh kali, 'A'ūdzu billāhi wa qudratihī min syarri mā ajidu wa uhādziru (Aku berlindung kepada keagungan dan kekuasaan Allah dari segala keburukan apa yang aku dapatkan dan apa yang aku takutkan."
Semoga diangkat sakit dan penyakitmu dan semakin dekat pula hatimu padaNYA.
ABi
Tadabbur Diri 15
Imam Al Ghazali menyarankan satu modul tadabbur diri sebagai satu muhasabah yang perlu dilakukan setiap hari. Masa terbaik ialah waktu selepas solat subuh.
Katanya:
“Maka hendaklah engkau memikirkan betapa banyak dosa-
dosa dan ketaksiranmu (kecuaian) di dalam berbuat ibadat terhadap
Tuhanmu”
“dan engkau fikirkan pula betapa engkau berani mendedahkan dirimu menghadapi seksaan Tuhanmu yang pedih dan kemurkaanNya yang sangat besar.”
“Dan hendaklah pula engkau fikirkan susunan waktumu (seharian) dengan menentukan wirid yang akan engkau baca di sepanjang hari nanti supaya engkau dapat menyempurnakan wirid-wirid yang luput dari sebab ketaksiranmu”.
“dan hendaklah engkau
fikirkan bagaimana engkau boleh menjaga diri di sepanjang hari”
“dan hendaklah pula engkau berniat untuk membuat apa sahaja kebaikan kepada orang-orang Islam”
“dan hendaklah engkau ber-
azam bahawa engkau di sepanjang hari nanti tidak akan membuat sesuatu kecuali hanya taat kepada Alah ta’ala semata-mata”
“ dan hendaklah engkau niatkan untuk membuat ketaatan yang termampu engkau membuatnya “
dan hendaklah engkau pilih yang terlebih afdhal (utama) di antara
segala ketaatan”
“ dan hendaklah engkau fikirkan dengan teliti bagaimana cara mempersiapkan kemudahan pelaksanaan ketaatan tersebut”
“dan jangan lupa engkau memikirkan bahawa ajalmu itu sangat dekat kepadamu dan bahawa kematian itu bila-bila masa boleh datang memutuskan segala rancanganmu dan
bahawa kematian itu di luar daripada ikhtiarmu “
“dan engkau fikirkan juga betapa besarnya kerugian dan penyesalan bagi seseorang yang tidak membuat persiapan untuk matinya.”
Justeru, wahai diri!
حَاسِبُوا أنفُسَكم قَبلَ أن تُحَاسَبوا
Hisablah dirimu sebelum kamu akan dihisab
(Kata-kata Sayyidina Umar Al Khattab)
ABi