Aku dan Dafa telah memasuki gang menuju rumahku. Jujur, jalan-jalan keliling kota bersama Dafa sangat menyenangkan. Misalnya seperti tadi, "Dafa berhenti!!!" pekikku kepada Dafa di atas motor yang melaju.
Dengan hati-hati dan spontan, Dafa menghentikan motornya. "Kenapa?" tanya Dafa yang ku lihat raut wajahnya yang khawatir.
Aku tertawa melihatnya, "Kok lo kayak khawatir gitu?"
"Ya gimana gak khawatir coba, lo aja teriaknya gitu." jawabnya, aku terkekeh mendengarnya. "Ituu, gue mau beli cilok, hehe."
Dafa turun dari motornya, "Gitu doang gak usah teriak segala kali. Budeg kuping gue." jawabnya menggerutu.
"Suara gue setoa itu apa?" tanyaku pada diriku sendiri sebab Dafa yang telah meninggalkanku di atas motor sendiri.
Mengingat kejadian di motor bersama Dafa tadi membuatku tersenyum simpul. "Dah sampe, turun." perintahnya.
Menuruti perintah Dafa, aku turun dari motornya, "Makasih, ya, Fa. Tadi itu seruu banget." ucapku dengan senyum lebar.
"Iya, sama-sama. Kalo mau jalan lagi, telpon gue aja." katanya yang ku balas dengan anggukan patuh.
"Oh, gitu. Cepet banget ya dapet cowonya." aku menengok mencari sumber suara. Terkejut, "Bintang? Ngapain ke sini?"
Bintang tersenyum masam, "Sama-sama selingkuh ternyata." gumamnya yang bisa didengar oleh Dafa.
"Lo yang selingkuh dulu, ya, anjing!" Aku menahan Dafa, "Udah." titahku padanya.
Ku tatap Bintang, ku tampilkan senyum padanya. "Udah, ya, Bi. Aku minta udahan aja karna aku lihat kamu lebih bahagia sama Bela. Buktinya kamu lebih prioritasin dia dibanding aku. Jaga Bela baik-baik, jangan disakitin, dia sahabatku. Aku gak mau dia ngerasain hal yang sama kayak aku. Tentang aku sama Dafa, aku sama dia cuma—"
"Udah jadian." potong Dafa. Spontan aku menatapnya, "Maksud lo?"
— senandika
#sepenggalkisah
Mereka terbang bukan untuk mendarat kembali di permukaan, namun untuk
kembali ke pelukan tuhan.
Mereka pergi bukan hanya sementara,
namun pergi untuk selamanya.
Bukan karena Tuhan tidak ingin memberikan kesempatan mereka untuk merasakan nikmatnya hidup di dunia, Tuhan hanya ingin membiarkan mereka bahagia di surga-Nya.
Selamat jalan saudaraku, semoga doaku sampai kepadamu, semoga engkau dapat beristirahat dengan tenang di sisi-Nya.
—gadis mars, teruntuk para penumpang dan awak Pesawat Sriwijaya Air SJ 182
#literasiduasatu
hanya karena aku mudah melupa
bukan berarti alwalnya aku tak mencinta
sejujurnya aku sulit melupa
namun setelah ku ingat segala luka,
aku mulai bertanya-tanya,
untuk apa aku tak secepatnya melupa?
buang-buang waktu saja
aku hanya ingin lepas dari luka lama
itu sebabnya aku pura-pura melupa
sebab ku rasa percuma saja
jika aku hanya terus terjebak pada
dimensi yang sama
sekarang bebas, lakukan semua
yang kau suka
tak kan ada lagi wanita
yang bertanya, "kau dimana?
sedang apa? bersama siapa?"
tidak, aku tidak akan bertanya
tugas mencintaimu bukan lagi milikku
— senandika
#literasiduasatu
Karena Tuhan telah memberikan kesempurnaannya tersendiri terhadap sesuatu yang Ia ciptakan di dunia ini.
— Senandira
#suaraliterasi
Saat kamu sedang menangis, ketika air matamu jatuh di sebelah kiri dahulu, itu artinya kamu sedang bersedih.
─ tanpa nama
#literasiduasatu
pembencimu tidak membencimu,
mereka membenci diri mereka sendiri,
karena kamu adalah cerminan dari apa yang mereka inginkan.
mereka sedang bertengkar dengan diri mereka sendiri, mereka benci dengan diri mereka sendiri. karena mereka tidak bisa seperti dirimu.
— rain
#literasiduasatu
Tak ingin mengganggu,
Namun lebih mudah menuangkan gunda gulana dalam sebuah frasa yang ku balut dengan klausa.
Aku tak paham prihal pribahasa,
Tak jua sejago mereka yang yang pandai merajut rasa.
Aku hanya biasa.
Terlalu biasa hingga berakhir apa adanya.
Bukan bermaksud merendah atau mematah asa.
Hanya ingin bercerita bahwa yang biasa akan maju sebab adanya usaha.
Yang teristimewa akan kalah sebab tak mau mencoba.
Ayo berusaha!
Mencoba dan tak kenal akan berputus asa.
Mengambil langkah untuk Indonesia yang lebih maju selangkah.
—owl
#literasiduasatu
#sepenggalkisah
Aku masih merindukanmu di sudut sepi penuh nestapa.
Kabarnya kau telah berbahagia, dengan dia yang entah siapa.
Personamu membangkitkan cerita lama,
Yang diam-diam tetap ku puja meski endingnya aku terluka.
Katanya mencintai membuatmu buta,
Katanya pula mencintai merubahmu seperti orang gila,
Kurasa itu benar adanya.
Sebab terluka karena cintanya membuatku seakan kebal dan mati rasa.
Seakan yang tidak berarti nyata.
Hal semu yang membunuh dalam diamnya.
Semoga..
Semoga saja kau lekas usai dan kita kembali bersama.
Tertanda,
Mimpi yang tak akan jadi nyata.
—owl
#literasiduasatu
"kita lupakan yang lalu,kita buka lembaran baru"
rentengan frasa yang begitu mudah diucapkan oleh mulut manusia.
seakan tidak berpikir bagaimana dampak kedepannya.
hanya hari ini yang dipikirkan dengan matang.
mengabaikan hari depan yang jelas akan datang.
bagaimana dengan kabar hati yang mulai kembali merasakan asa.
padahal jelas masa lalu yang sering membuat lara.
seakan buta hanya dengan ucapan manis dari seonggok manusia.
—″kanigara″
#literasiduasatu
janjimu kaya narkotika ya..
memabukkan, bikin bahagia tapi bahaya.
— rain
#literasiduasatu
Sebab lukanya masih terasa walau waktu telah membawa saya ke dalam bahagia. Rasanya tidak seperti kamu bermain di suatu wahana. Namun, rasa mengelilingi dunia dengan aneka macam rasa lalu tersungkur karena terlalu lelah.
-Dragon
#literasiduasatu
Kesalahan yang pernah saya lakukan adalah ketika saya sudah memilikinya, saya masih melihatmu ada pada dirinya.
─ tanpa nama
#literasiduasatu
aku menarik diri dari keramaian, tapi malah jadi terlalu asyik dengan kesunyian.
– ursavanilla
#literasiduasatu
kadang hati dan kepercayaan dianggap seperti kaca.
sangat rapuh dan bisa pecah kapan saja.
represi batin yang sering menjadi alasan utama.
sekali retak maka akan lebur seluruhnya.
walau disusun kembali, tidak menjanjikan kembali seperti semula.
oleh karena itu, harus tetap mampu terjaga.
karena setelah retak lalu pecah kemana-mana.
walau seribu ucapan maaf dan bersimpuh diatas kaki manusia.
tidak ada lagi yang bisa mengembalikan seperti sedia kala.
—kanigara × jengga
#literasiduasatu
"Bu, ini itu kecelakaan. Ga ada yang mau ini terjadi kan?" Ibu bangun dan menunjuk kak Yosvan dengan amarah, "Ga akan terjadi kalau dia bisa jaga diri, disuruh gugurin juga ga mau, giliran begini yang ribut siapa?! dasar anak ga tau diuntung!"
Kakak menangis dalam diam, aku menggeleng tidak percaya. "Bu, apa ibu kurang jelas kalau semua kecelakaan? ini bukan mau kakak emang bajingan itu aja yang brengsek!"
Aku menatap kak Yosvan sendu, kemudian beralih lagi melihat ibu yang menggertakkan giginya geram. "Anak yang masih belum lahir ini ga ada salah. Kenapa ibu bisa-bisanya bilang hal yang ga seharusnya kayak gitu?"
Aku menarik tangan kakakku bangun dari meja makan, "Derryan, mau kemana kamu?!" aku menatap ibu sekilas, "mau bawa calon ibu ke tempat yang ga buat dia stress."
Setelahnya aku melenggang meninggalkan ruang makan dan menuju kamar kakakku. Mendudukkannya di pinggiran kasur sambil memeluknya erat.
"Gapapa, kakak ga usah dengerin kata ibu ya? ada Derry yang bakal nemenin kakak atau bahkan ikut besarin keponakan Derry." Kakakku makin terisak, aku menepuk-nepuk punggungnya pelan.
"Bukan keinginan juga terjadi kesalahan fatal seperti ini kan? yang seharusnya menenangkan malah jadi sumber pikiran."
— Nusantara
#sepenggalkisah
ah sudah berakhir, baiklah
bagian terberat dalam hubungan yaitu melepaskan
kini harus kita mulai
tunggu, kita? atau hanya aku yang baru mulai melepaskan
sementara kamu sudah melakukan itu
dari awal?
—Laut
#literasiduasatu
"Berita terkini, Pesawat Sriwijaya Air SJ 182 yang terbang dengan rute Jakarta-Pontianak hilang kontak tak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Soekarno Hatta Tangerang, Banten. Pukul 14.40 Waktu Indonesia bagian Barat"
[ Stasiun tv nasional, 09 januari 2021 ]
Lagi, Indonesiaku habis dimakan duka cita, meninggalkan kepingan tangis bernamakan kehilangan.
Dan lagi, ku saksikan mata mata sembab, menyaksikan raga raga yang bahkan saat ini mereka entah dimana, mengantar kepergiannya tanpa jasad nyata.
Indonesiaku berduka, ketika Tuhan kami bertindak diluar kepala. Indonesiaku berduka, ketika Tuhan kami menunjukkan kasih sayangnya.
Semoga sampai ke tujuan yang sebenarnya, Sriwijaya Air SJ 182.
─ tanpa nama
#literasiduasatu
Seorang penumpang kepada pramugari :
“Nona, mengapa pesawatnya tidak bergerak lagi?”
“Perjalanan sudah selesai pak, kita tidak sampai pada tujuan.”
-Ronny Agustinus, Matinya Burung burung.
Berdoa untuk mereka yang menjadi korban,
dan mereka yang ditinggalkan diberikan kekuatan.
Selamat jalan,
Sriwijaya SJ 182.
~manusia tanpa romansa
#literasiduasatu
gak cuma koma, jeda ataupun spasi yang diperlukan dalam paragraf, titikpun juga harus terlihat agar jelas untuk tahu dimana berhentinya sebuah paragraf agar dapat memulai paragraf yang baru setelahnya. kalau setiap paragraf jelas, akhir dari ceritanya nanti juga tidak akan menggantungkan? kayak cerita kita yang masih aja berputar dicircle hanya sebatas teman saja.
-chahna
#literasiduasatu
Aku pulang dengan perasaan kosong. Entahlah, dulu aku begitu mencintai Bintang hingga rasanya tak ingin kehilangan. Dan sikapnya yang begitu terlihat mencinta pernah membuatku sangat percaya bahwa dialah pria yang selama ini aku cari. Namun ternyata, aku tertipu oleh harapan yang ku buat sendiri, aku terluka lagi oleh segala sesuatu tentang yang namanya cinta.
Sakit sekali rasanya ketika tau orang yang begitu ku cintai ternyata sedang membodohiku. Kekasih dan sahabatku, tega-teganya mereka. Ya sudahlah, mau bagaimana lagi, mungkin ini cara Tuhan memberi tahuku bahwa Bintang bukanlah orang yang benar-benar tepat untukku.
Lelah berjalan ku putuskan duduk untuk beristirahat sejenak di sebuah bangku taman. 'Ah, kenapa rasanya sakit banget, sih.' batinku. Ku buka ponselku untuk sekedar menghapus kontak Bintang dengan berharap hatiku segera pulih dari angan tentangnya.
"Ca?" panggil seseorang, lalu ku alihkan pandanganku dari ponsel ke orang itu. "Eh, Fa? Kok lo di sini?" ujarku bertanya pada Dafa—teman sekelasku.
Dafa mendudukkan pantatnya di sebelahku, "Jalan-jalan aja." balasnya yang ku jawab dengan anggukan pelan. "Tumben ga bawa motor?" tanyaku lagi.
"Ada, itu di sana motor gue. Syukur bisa ketemu lo di sini." Aku menatapnya serius, "Kenapa emang?"
"Lo abis nangis, ya, Ca?" tanya Dafa serius memperhatikan mataku. Ku palingkan wajahku, "Apaan sih, orang ngga juga." elakku.
"Bintang?"
Mendengar nama itu aku refleks menatap wajah Dafa lagi. "Selingkuh, kan?" lanjutnya. Aku terkejut bukan main, "Kok lo tau?" tanyaku. Dafa memberiku coklat yang baru saja dikeluarkan dari saku jaketnya, pria ini tau apa kesukaanku ketika suasana hatiku sedang tidak baik.
Ku buka bungkus coklat itu dan ku makan dengan meninggalkan bekas di sekitar bibirku seperti biasa. "Waktu itu gue liat dia boncengan sama Bela. Gue kira gak ada apa-apa, tapi tadi malem pas gue nongki liat cowo lo sama Bela lagi." Aku terpaku mendengarnya.
"Ca? Lo gak papa?"
"Ngga kok, Fa. Gue gapapa."
"Jalan, yuk?" ajak Dafa. Aku menatap Dafa yang sudah berdiri dari duduknya. "Kemana?" tanyaku.
"Muter-muter aja, nanti kalo di jalan lo liat makanan yang lo suka, kita beli." jelasnya. "Ayo!!" pekikku yang juga sudah berdiri.
Dafa yang semula senyum tiba-tiba menghilangkan senyumnya. "Bersihin dulu mulut lo." ucapnya sambil berlalu dariku.
Ku usap bibirku, ada noda coklat di sana. "Ih, Dafa!! Punya tisu ngga?!!"
— senandika
#sepenggalkisah
Sadar ataupun tidak, kesuksesan anak remaja hingga dewasa dipengaruhi doa ibu dan ayah.
Jangan sungkan untuk berkata 'terima kasih' walau di dalam hati.
-Dragon
#literasiduasatu
Terlihat bodoh, sebab di malam minggu ceria kembali ku membuatmu terluka.
Dengan ini ku harap kita usai dan sudahi semua.
Selamat malam Sephia, kekasihmu sedang menunggu di rumah.
—owl
#literasiduasatu
jangan meminta maaf jika kau tidak salah, jangan buat dirimu rendah demi membuat dia bertahan.
— rain
#literasiduasatu
indah atau tak indah
sempurna atau tak sempurna
Aku tidak memikirkan semua itu di dalam kehidupan yang tak selamanya ada dan terselimuti fatamorgana.
— Senandira
#literasiduasatu
Bukan hanya luka, sayatannya begitu terasa menghunus jantung yang perlahan melelahkan. Selanjutnya, saya mati karena tidak sanggup menahan perih lalu sia-sia tertelan senyummu yang menawan.
Ah, ini apa? Cerita karena jatuh cinta atau terluka karena cinta?
-Dragon
#literasiduasatu
"Bi..." ucapku lirih. Kecewa, sebab Bintang—pria yang begitu ku cintai, pria yang selama ini tak pernah punya waktu untukku ternyata...
Pria itu menoleh ke arahku, terkejut. "Yang?" mataku berair namun ku coba tahan sebab aku tak ingin pria ini melihatku lemah karenanya.
Aku menatap wanita di sebelah kekasihku itu. Wanita itu menatapku dengan tatapan seolah dia tak merasa bersalah dengan apa yang telah terjadi. Aku tersenyum masam ke arahnya, "Ini, ya, Bi? Alasan kamu selalu bilang sibuk, alasan kamu gak pernah punya waktu buat aku?"
"Yang—"
"Kamu tau kan aku sering nangis tiap malem gara-gara mikirin kamu? Kalau sekiranya kamu udah gak mau atau udah bosen sama aku itu bilang. Jangan kamu cuekin aku terus tiba-tiba ngilang dan sekarang.. dia temenku loh, Bi." suaraku bergetar di kalimat terakhir.
Aku kembali menahan air mataku dan mencoba menguatkan diri. "Kamu bilang, kamu akan tetep sayang sama aku walaupun kita lost kontak. Kita ini aja gak lagi lost kontak tapi kamu udah giniin aku? Kenapa gak putusin aku dari dulu? Seenggaknya biar aku gak terlalu kecewa pas liat kamu jalan sama dia."
Mengingat beberapa kenangan yang pernah Bintang berikan padaku, indah sekali. Dan dengan itu aku mengerti, tak semua yang awalnya indah akan berakhir indah pula. "Ya udah deh, Bi. Gak papa. Bahagia terus, ya? Aku pulang dulu." pamitku.
Aku memutar tubuhku untuk pulang namun tanganku tertarik dan membuatku membalikkan tubuhku menghadap Bintang. Ku lepaskan genggamannya, "Jangan menggenggam tangan wanita lain ketika kamu telah memiliki wanitamu sendiri. Tolong jangan sakiti dia, cukup aku aja yang ngerasain sakitnya."
— senandika
#sepenggalkisah
tak perlu kembali jika hanya ingin menyakiti, tidak perlu memperbaiki jika hanya mampu menyia-nyiakan hati.
-chahna
#literasiduasatu
caraku menunjukkan cinta ke kamu itu sangat sederhana. yaitu menunggu, diam, percaya.
— rain
#literasiduasatu
𝐀𝐍𝐓𝐀𝐑𝐄𝐒 OPEN ORDER
━━━━━━━━━━━━━━━━
✰) UPSUBS
/channel/antaresarsip/70
✰) UPMEM/VIEWS
/channel/antaresarsip/75
✰) UPFOLL IG RP
/channel/antaresarsip/78
✰) VERIF ALL APK
/channel/antaresarsip/80
✰) APK PREMIUM
/channel/antaresarsip/82
✰) STUFF RANDOM
/channel/katalogantares
✎ format
‣ /channel/antaresarsip/86
✎ contact @antaresofc
✎ payment via dana, ovo,
gopay, shopeepay, pulsa
✎ testi? @antarestesti
"Van, kapan mau nikah? perutmu itu loh makin besar, ga bisa disembunyikan lagi."
Pertanyaan itu terlontar dari mulut ibu untuk kakak perempuanku yang kini sedang makan dengan tenang di meja makan bersama keluarga besar. Aku terkejut sama seperti anggota keluarga yang lain.
Kakak perempuanku menunduk, menelan makan dengan susah payah karena dipandangi ibu.
"Van, ibu tanya loh. Liat ibu dulu coba." Kakak perempuanku, Yosvania namanya segera menatap ibu dengan gemetar. Aku yang berada di samping kak Yosvan menggenggam tangannya.
"Bu, ini lagi makan. Emang ga bisa nanti aja? ini rame loh, nanti aja berdua sama kakak ngomongnya ya?" Aku yang tidak tega melihat kakakku merasa diperhatikan memutuskan ikut bicara. Ibu menatapku tidak suka, "loh ibu emang sengaja nunggu waktu makan biar kumpul semua, Der."
Aku menganga tidak percaya, tanganku diremas kakakku. Aku tau pasti rasanya tidak nyaman.
"Bu, ini kan masalah keluarga kita, omonginnya nanti aja ya?" aku masih berusaha meyakinkan sedangkan kak Yosvan mulai sesenggukan.
"Loh karena kita ini keluarga besar, makanya ibu ngomong terang-terangan. Biar ga ada salah paham kenapa putri ibu yang satu itu cepat-cepat ibu ingin nikahkan." Aku menatap ibu marah, sumpah aku tidak berpikir ibu akan melakukan hal seperti ini.
"Ibu malu, Der. Orang luar mulai tau kehamilan kakakmu." Ayah yang tadinya diam saja akhirnya menggenggam tangan ibu.