dirimu virtual, tapi perasaanku aktual.
—sunny x manusia tanpa romansa
#suaraliterasi
Aku hanya menunjukkan
setengah isi diri
Kau terus saja berdiri
berharap aku kembali,
namun aku tak pernah peduli
Kini aku telah kembali
Sedang kau telah pergi
dari tempat ini
Entah kemana kau mengasingkan diri
Teringat sebuah janji
untuk terus saling memiliki
dan untuk terus menemani
Aku menyanggupi,
namun aku pula yang mengingkari
Kau telah dibodohi
oleh si pembohong ini
Maaf, ku lepaskan kau pergi,
lupakan aku di sini
— senandika
#literasiduasatu
bukan tidak ingin membuka hati, melainkan aku hanya tengah berhati-hati. sebab jika tidak kubentengi dengan sekuat diri, aku takut jatuh hati hanya separuh naluri.
— rain
#literasiduasatu
lembaran demi lembaran aku buka perlahan. menampakkan bagaimana diriku sebelumnya, ketika diriku berdiam diri disana. mencari sosok yang ku rindukan, aku hanya bisa membelenggu tanpa menemu. dan akhirnya, tersiksa oleh ragu.
— kkanaksa
#literasiduasatu
Gimana hari ini? Apapun yang terjadi, gapapa. Iya, emang banyak di dunia ini yang perlu digapapain. Satu yang perlu kamu tau, aku masih di sini, kita semua masih di sini, dan kamu ngga sendiri.
Makasih, ya, untuk hari ini. Kamu hebat bisa melewati hari ini. Kamu, orang yang kuat, aku tau itu. Jangan pernah menyerah dan jangan sedih-sedih lagi, ya? Kamu berhak bahagia. Sekarang tidur, ya? Siapa tau besok bahagianya datang. Good night, semoga mimpi indah.
— senandika
#literasiduasatu
VER. O1
Ini tentang kupu - kupu setelah perjuangannya menunggu hingga mendapatkan sepasang sayap yang membuatnya terbang tinggi membawa kebahagian bersama angin hingga tersampaikan kepada bunga.
Tapi, sayangnya semakin hari sayap itu rapuh bahkan akan hancur karena dibawa terbang terlalu tinggi untuk menggapai harapan yang masih bersama awan
dan akhirnya harus menunggu lagi sayap yang akan kembali tumbuh meski harus berakhir jatuh dalam dekapan tanah yang dingin, untuk sesaat sayap ini membeku bersama waktu.
— Senandira
#duasaturandom
Mendengar seseorang bersuara,
“Cinta bukan kepada siapa kita siap jatuh, disitu pula kita bersedia untuk patah.”
Hanya sekedar mengingatkan,
jangan sembarangan menaruh jika tak ingin dibuang.
Jangan sembarangan merasakan cinta sebelah tangan, jika tak ingin berjuang sendirian.
Jangan menaruh perasaan, jika tak ingin menjadi pelampiasan.
—manusia tanpa romansa
#literasiduasatu
'
lintang aksara itu bertebaran, tergugus di dalam kepala, berotasi pada satu tanda tanya yang selalu menjadi bagian dari lamunanku setiap malamnya. ini tentang sulitnya kamu menyukaiku, seseorang yang selalu di sisimu bahkan saat semua orang pergi meninggalkanmu, aku masih di sana dan memelukmu. namun, kini tiba-tiba saja aku terbuang meski telah berjuang.
tapi dari sejuta fatwa yang ada, aku lebih terkejut pada fatwanya diriku yang bisa seterluka ini karenamu, yang bisa sehancur ini tanpa bisa tidur atau makan apapun, aku juga tidak mengerti kenapa aku bisa bertahan sejauh ini dan tidak bisa melepaskanmu meski mempertahanmu terasa seperti aku sedang sekarat.
sebuah tanya baru pun terkunci di dalam bibirku. bagaimana jika itu kamu? bagaimana jika kamu hancur seperti diriku?
mungkin . . .
saat itu terjadi kamu akan tahu semua rasa sakitnya hingga jika aku menjadi kamu, aku akan mencintai diriku.
-chahna
#literasiduasatu
Buana memang kejam
Dua insan sudah dipisahkan
walau tak pernah dipersatukan
Dimana harus memilih
Antara pergi atau bertahan
Bisa kah masih berjuang
Dengan dia yang tak peduli dengan acuan
Apakah aku terlihat bodoh dengan memilih bertahan?
Jika aku memilih bertahan akankah dia juga bertahan?
Pertanyaan demi pertanyaan tak sanggup terjawabkan
Bermunculan tak beraturan
Dilema dalam pergi atau bertahan.
-goresansemu
#literasiduasatu
Kala saya masih bisa berdiri tegak, tuan itu pernah berkata "Jika kau masih bisa berdiri tegak, lantas mengapa kau meminta untuk dipapah dan dibantu untuk bangkit?".
Lantas tuan, ijinkan saya untuk bertanya. Jika saya sudah tak dapat berdiri tegak lagi, bolehkah saya meminta dipapah dan dibantu untuk kembali berdiri tegak?
Maafkan bila saya terlalu merepotkanmu tuan, saat ini saya sedang tak baik-baik saja dan membutuhkan seseorang untuk memapah saya, dan saya rasa tuanlah orangnya.
—adhista.
#literasiduasatu
Nyatanya 98% pengguna roleplayer dibawah umur, berhasil merasakan sakit hati tidak pada waktunya.
#duasaturandom
-
BUTA
( Butuh Tangan & Mata )
"M-maaf saya gak sengaja" ujar seorang gadis yang matanya tertutupi kain kasa ketika merasakan ia menabrak sesuatu di depan sana.
"Gapapa, biar saya bantu" jawab seseorang di sana yang tanpa sadar menuntun gadis itu duduk di bangku.
Sambil memegang kedua tongkatnya gadis itu mulai membuka percakapan. "Kamu pasien rumah sakit ini juga?"
"Iya, kebetulan lagi mau nikmatin pemandangan sore" laki - laki itu terlihat tenang menatap pemandangan kota.
"Oh iya, kita belum kenalan. Liana!" ujar gadis itu sambil mengayunkan tangannya kedepan dan matanya selalu menuju satu titik arah.
"Leon." katanya singkat bahkan ia tak berniat untuk membalas jabat tangan dari Liana.
"Pemandangan sore hari, pasti indah banget ya? aku bisa ngerasain itu di sini" ucap Liana sambil terkekeh.
"Iya, indah."
Sesaat Liana tersenyum, namun matanya benar - benar tak menatap Leon yang berada di sampingnya meski tadi ia terus berbicara.
"Dari dulu, aku pengen banget liat senja. Kata orang senja itu indah makanya aku sering dateng kesini walau gak bisa lihat tapi kayaknya
keindahan senja bisa aku rasain di sini."
"Gue gak tertarik sama senja bahkan sama semua yang ada di dunia yang gak selamanya ada ini, gue cuma pengen bisa—gak jadi"
Liana terkekeh. "Ternyata kita sama - sama BuTa ya!"
Leon menatap Liana dari samping sambil mengerutkan alisnya.
"Iya, Buta. Butuh tangan dan mata!"
—Senandira
#sepenggalkisah
Pagi dunia tipu tipu
Dimana garis miring mu membuat pipi ku bersemu
Canda mu membuatku tertawa setiap waktu
Hingga membuat ku lupa kisah kita sebatas virtual belaka
-Goresansemu
#literasiduasatu
Dewi menarik napas, "Abdi lo tau kan gue naksir sama ..." Abdi makin lekat menatap Dewi yang kini semakin gugup.
"Sama?" tanya Abdian yang dibalas tatapan bingung oleh Dewi, "ih katanya tau?" sadar tingkahnya yang hampir ketahuan, Abdian mengalihkan pandangannya.
"Kan gue nyuruh lo jelasin, Wi. Biar paham itu maksudnya dikirim ke gue apa gitu loh." Dewi mengulum bibirnya, Dewi mengangguk lemah, Abdian diam-diam menghembuskan napas lega.
"Selama ini orang yang selalu gue ceritain ke lo itu, ya lo sendiri, Abdian." Abdian kini menatap dalam mata Dewi, yang ditatap sudah hampir tidak bernapas sepertinya.
"Maksudnya, lo naksir gue? ini tuh confess?" Dewi yang sudah kepalang tenggelam dalam tatapan Abdian langsung mengeryit kesal, "bukan, lagi pembagian sembako. Ya menurut lo???"
Abdian tersenyum manis sambil mengusap kepala Dewi dengan sayang, "ini gue ga bisa ngeiyain atau nolak ya?" Dewi lagi-lagi terkejut lalu menggeleng, "gue ga ada niat ngerebut lo sumpah. Biarin aja gue sama perasaan gue, lo sama cewek lo hidup tenang oke? gue ga akan ganggu."
Abdian mengangguk lalu menatap Dewi lagi. Hening sebentar kemudian Abdian tersenyum jahil, "mau tau sesuatu ga? sebenernya gue ga pake WhatsApp mod. Penasaran aja sama isi chatnya soalnya lo kalang kabut gitu."
Mata Dewi melebar, ia merasa dibodohi. "ABDIAN LO TUH YA ARGH, NYAWA GUE UDAH HAMPIR TERBANG SEBAGIAN LO TAU?" Abdian tertawa terbahak-bahak melihat Dewi yang memukuli dirinya.
Setelahnya, Dewi terdiam setelah mendengar perkataan Abdian yang buat hatinya makin porak-poranda. "Lo lucu banget sih, Wi. Jangan gitu nanti gue beneran suka sama lo gimana?"
— Nusantara
#sepenggalkisah
Tak ingin menaruh harapan terlalu banyak pada manusia
Karena pada halnya manusia yang selalu dekat dengan kita akan jadi senjata telak untuk menghancurkan kita lebih dalam.
Dan manusia itu sendiri yang hanya memikirkan kebahagiaannya tapi tak pernah memberikan sebuah kebahagiaan
Seperti itulah sifat asli manusia yang selalu egois ingin mendapatkan kebahagiaan tapi tak pernah melihat apakah yang dia jadikan tempat sandaran sudah lebih baik dari yang dia bayangkan.
-Goresansemu
#literasiduasatu
Saat semua terasa menyakitkan satu satunya hal yang bisa kulakukan adalah, pasrah. Ketika tangisan akan mengacaukan segalanya dan hanya senyuman yang membuat mereka yakin jika aku baik baik saja.
─ tanpa nama
#literasiduasatu
Selamat pagi, gimana tidurnya semalem? Nyenyak? Atau gabisa tidur karena overthingking? Sekali lagi, gapapa, ya. Senyum dong.
Hari ini, aku, kamu, dan kita kembali bangun untuk hidup yang berat. Kembali dihadapkan masalah dari hari kemarin. Gapapa, semangat. Aku yakin, aku, kamu, dan kita semua bisa melewati semua ini. Gapapa untuk mengeluh, kamu ga sendiri, ada aku dan kita di sini. Setelah semua terasa jauh lebih baik, jangan lupa untuk senyumnya. Dunia butuh senyum dari orang hebat seperti kamu. Semangat, ya!
— senandika
#literasiduasatu
VER. O2
Untuk kedua kalinya, sayap ini dibiarkan tumbuh oleh semesta untuk bisa merasakan indahnya dunia kembali namun, untuk kesekian kalinya lagi, dia terluka karena anak panah yang entah darimana datangnya membuat lara di bagian dada yang membuatnya jatuh bahkan terlempar jauh
Mati? tentu tidak, namun rasa pedih dan sakit yang tidak dapat di tahan itu semakin merajalela membara dalam luka
itulah rasanya seperti menderita dalam raga, pada akhirnya aku memutuskan agar semesta mengambil sayap itu kembali namun peri batinku berbisik bahwa itu bukanlah sayap sungguhan yang bisa menerbangkanku menuju awan
selama ini ternyata aku tidak terbang, aku jatuh di bawah sini hingga semakin dalam semakin membawaku ke angan dan melupakan dunia nyata sepenuhnya. Aku telah terluka dan sakit dalam ilusiku sendiri
end
— senandira
#duasaturandom
Aku tau tentang hatimu
yang tak seutuhnya untukku
Mencoba membungkam rasa sakitku,
satu-satunya cara untuk menyembunyikan
luka yang tak pernah kau tau
Gadis yang terus saja bersinar
di matamu bukanlah aku
Aku tau kau masih saja mencintainya
Dia dan bukan aku,
masih menjadi alasanmu tersipu
Jujur saja,
maka akan ku relakan kau padanya
Jangan khawatir tentang gadis ini
Pergilah sebelum aku berubah pikiran
Pergilah, akan ku lepaskan genggaman
yang sempat membuatku bahagia
meski tak sebanding dengan sakitnya
— senandika
#literasiduasatu
Prinsip baru:
"Ngapain curhat kalo gua bisa pendem semuanya sendiri"
Cr. on twt awanfariskik
#duasaturandom
Begini singkat kisahnya,
mati rasa adalah hal terindah yang 2020 ajarkan kepada saya.
Karena mengapa?
Membuka hati untuk bertemu orang baru bukanlah hal yang mudah, Nona.
Siklus percintaan dari hari ke hari terasa sama.
Bertemu, dekat, terpikat, lalu memunculkan sekat.
Tidak pasti karena apa,
tapi rasanya seperti saya berada disebuah lingkaran yang menimbulkan suara di kepala saya..
“Hatimu telah mati, tak kan bisa dihidupkan kembali. Hanya bisa dihidupkan oleh cinta kasih yang suci”
—manusia tanpa romansa
#literasiduasatu
pada akhirnya mereka yang singgah akan pergi, mereka yang menetap ternyata hanya singgah dan aku tak akan kembali mengharapkan sesuatu yang indah hingga pada akhirnya membuatku gelisah.
— Senandira
#literasiduasatu
Saya tidak punya topik, tetapi ketahuilah saya bisa diajak jalan-jalan dengan topik yang kamu usahakan.
-Dragon
#literasiduasatu
belajar dari bahasa inggris, bahwa ;
butterfly bukan berarti mentega terbang.
deadline bukan berarti garis mati.
dan kalau dia bilang, love you bukan berarti dia mencintaimu.
— rain
#literasiduasatu
Rena yang baru saja keluar dari kamarnya menatap heran pada perempuan yang terduduk di sofa ruang tamu kost. Vela, terduduk dengan pandangan yang terfokuskan pada handphone yang ada di tangannya.
“Rapih banget lu, tumben. Mau kemana?” Rena kemudian terduduk di sofa single yang ada tepat di sebelahnya, dengan segelas es teh ditangannya.
Vela melirik, “mau nemenin Juna.”
Rena mengernyitkan dahi, seperti sedang berfikir sesuatu. “Juna? Artajuna maksud lu?”
“Yaiya, siapa lagi.” Jawab Vela pelan.
“Lah, lu balikan sama dia?”
“Enggak.”
“Terus?”
Vela menatap Rena sepenuhnya, raut wajah bingung terlihat jelas disana.
“Gini deh,” Rena menaruh gelas bergambar tsum-tsum kesukaannya di atas meja. Dengan raut wajah serius bercampur bingung, Rena melanjutkan perkataannya. “Lu kan sama Juna mantanan nih, terus hari ini mau jalan berdua?”
Vela mengangguk pelan, seolah bukan apa-apa. Berbeda dengan Rena yang tampak tak percaya.
“La, lu serius?”
“Ya emang kenapa?”
“Ya... gapapa sih, cuma kan kaya aneh aja.”
“Udah mantan bukan berarti ga boleh berteman ‘kan?
“Iya sih,”
“Yaudah gue duluan ya, Juna udah nunggu di depan katanya.”
“Hati-hati ya, gue tunggu kabar balikannya.” Ucap Rena dengan kekehan di akhir yang langsung mendapat tatapan tajam dari Vela.
—Jengga
#sepenggalkisah
"Lo kenapa gak pernah biarin gue bahagia sama Bintang sih, Fa?" Marah Aca membuncah, "Dari dulu lo selalu gini ke gue, kalo lo punya masalah pribadi sama Bintang ya jangan bawa-bawa gue dong. Gue gak ada urusannya sama masalah kalian berdua." jelasnya panjang.
Dafa menatap Aca, "Masalah gue sama Bintang itu ya elo, Ca." jawabnya. Aca menyatukan alis tak paham, "Kok gue?"
"Dia gak baik buat lo, Ca."
Marah Aca semakin menggebu, "Dari dulu lo juga selalu bilang gitu, Fa. Cuma lo yang gak setuju gue sama Bintang. Mau lo apa, ha?!" Napas Aca naik turun. "Tolong biarin gue bahagia sama Bintang, Fa. Selama ini lo tau gue sayang banget sama dia."
'Ca, gue sayang sama lo. Apa Lo gak sadar?' batin Dafa. "Gue sayang sama lo, Ca," pelan Dafa. Aca menatap Dafa terkejut. "Seperti yang lo bilang, gue sahabat lo, Ca. Cuma gue, gue sayang sama lo dan gak mau lo sama Bintang karna gue tau dia gak baik buat lo, Ca."
Plak
"Cukup, ya, Fa! Gue minta sekarang lo pulang." pinta Aca marah.
Dafa tersenyum, "Yaudah, gue balik dulu, Ca. Satu yang perlu lo tau. Kalo suatu saat lo butuh seseorang untuk mengeluh, butuh seseorang buat peluk elo, liat ke belakang, ya, Ca. Gue selalu ada di belakang lo. Gue selalu siap jadi rumah buat lo. Walaupun gue tau, rumah ternyaman bagi lo bukanlah gue."
— senandika
#sepenggalkisah
"Kemaren lo kirim apa deh?" di penghujung hari, Abdian mengajak Dewi bertemu setelah adegan dramatis di pagi buta tempo hari.
"Salah kirim doang ih, kan udah dibilang kemaren?" mata Dewi menunjukkan rasa panik, Abdian menatap Dewi sambil tersenyum simpul. "Serius salah kirim?"
Dewi yang tadinya asyik memandang kakinya kini melihat mata Abdian dengan harap pesannya tidak sempat ia baca.
"Omong-omong gue pake WhatsApp mod sih, Wi." Dewi kaget bukan main, matanya melebar dan jantungnya berdebar kencang.
‘sial, sial, sial.’ Dewi kini panik sendiri.
Abdian terkekeh, "jelasin makanya." Dewi menggigit bibir bawahnya sambil mengacak rambutnya sedikit karena menyesali perbuatan bodohnya yang terlalu lancang.
"Jangan digigit gitu, nanti berdarah." Satu usapan lembut dari tangan Abdian agar Dewi merasa lebih nyaman. Dewi yang diperlakukan demikian rupanya sudah porak-poranda dalam diam.
"Abdi kalau gue bilang, nanti lo ada bilang sama cewek lo ga?" Abdi menggeleng sambil membuka bungkus roti yang sempat ia beli sebelum bertemu Dewi. "Enggak, buat apa juga?"
Jantung Dewi kini semakin menggila dengan tatapan yang semakin dalam dari Abdian. "Di, balik aja deh ayo. Kapan-kapan gue kasih tau, gue ga bisa sekarang."
Abdi menggeleng, "sekarang." Dewi makin frustasi sendiri. "Bilang aja Dewi, gue ga bakal ngapa-ngapain lo ini."
Tak tenang.
itu yang kurasakan saat ini, seperti ada sesuatu yang menahan ku untuk bahagia entah apa itu.
Sederhana saja, aku hanya seorang remaja biasa yang memiliki mimpi setinggi angkasa dan dengan bodohnya berharap pada sesuatu yang tidak pernah kulihat celahnya.
Tidak lebih, yang kuharapkan hanya kebahagiaan untuk orang-orang disekitarku, lalu apa sesulit itu mewujudkannya.
Air mata, dua kata yang mampu menggambarkan betapa menyedihkannya hidup ini. Tawa sumbang yang dikiranya bisa menutup luka nyatanya tak seindah yang diduga.
Kini saatnya menyeruput kopi sembari menalari kembali bahwa hidup ini serupa dengannya. terselip manis diantara pahit, terselip rasa ketenangan dibalik warna hitam pekatnya.
Hidup ini berevolusi, memenuhi tulisan takdir yang kini menanti.
-Tinta Youra
#literasiduasatu