[ Metode Hikmah Ketika Berdakwah Di Masyarakat ]
بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيم
Bagaimana batasan suatu kearifan lokal itu menyimpang atau tidak? Masing-masing masyarakat memiliki identitas namun jika identitasnya menyimpang maka itu adalah penyakit, seharusnya itu diobati sebagaimana Allah سبحانه و تعالى berfirman dalam Surat Al-‘Ankabut Ayat 29
أَئِنَّكُمْ لَتَأْتُونَ ٱلرِّجَالَ وَتَقْطَعُونَ ٱلسَّبِيلَ وَتَأْتُونَ فِى نَادِيكُمُ ٱلْمُنكَرَ ۖ فَمَا كَانَ جَوَابَ قَوْمِهِۦٓ إِلَّآ أَن قَالُوا۟ ٱئْتِنَا بِعَذَابِ ٱللَّهِ إِن كُنتَ مِنَ ٱلصَّٰدِقِينَ
Artinya: Apakah sesungguhnya kamu patut mendatangi laki-laki, menyamun dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu? Maka jawaban kaumnya tidak lain hanya mengatakan: "Datangkanlah kepada kami azab Allah, jika kamu termasuk orang-orang yang benar".
Kebiasaan buruk itu dibela kaum Nabi Luth karena sudah menjadi kebiasaan oleh karena itu Nabi Luth diutus untuk memperbaiki umat agar mengerjakan yang halal dan meninggalkan yang haram
Umumnya budaya kesyirikan dibalut dengan istilah kearifan lokal agar mudah diterima masyarakat sebagaimana akan datang suatu kaum menamai sesuatu tidak sesuai dengan hakikatnya berdasarkan atsar berikut ini
اِنَّاَوَّلَ مَايُكْفِﺉُ - يَعْنِ اْلاِسْلاَمَ – كَمَايَكْفَأُ اْلاِنَاءَ – يَعْنِ الْخَمْرَ – فَقِيْلَ : كَيْفَ يَا رَصُوْلَ اللهِ وَقَدْ بَيْنَ اللهُ فِيهَا مَابَيْنَ ؟ قَالَ رَصُوْلُ اللهِ صَلىٰ اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : يُسَمُّوْنَهَا بِغَيْرِ اسْمَهَا .
“Mula-mula yang menyimpangkan Islam (dari tujuan mereka) adalah minuman yang dipaksakan. Kemudian ada yang bertanya.“Bagaimana hal itu bisa terjadi wahai Rasul?”Beliau menjawab, “Mereka memberi nama yang tidak sebenarnya.”(Hadits ini diriwayatkan oleh Ad-Darimi (2/114),)
Apakah Kearifan lokal dapat digunakan sebagai pendekatan dakwah? berdakwah itu mendidik bukan mengikuti apa kemauan masyarakat, jika mengikuti keinginan masyarakat maka fungsi mendidik tidak berjalan
Ketika dakwah Rasulullah ﷺ mulai merisaukan hati orang-orang kafir Quraisy, maka mereka mengutus ‘Utbah bin Rabi’ah untuk memberikan beberapa penawaran kepada Rasulullah ﷺ ‘Utbah bin Rabi’ah berkata,
يَا ابْنَ أَخِي ، إنْ كُنْت إنّمَا تُرِيدُ بِمَا جِئْتَ بِهِ مِنْ هَذَا الْأَمْرِ مَالًا جَمَعْنَا لَك مِنْ أَمْوَالِنَا حَتّى تَكُونَ أَكْثَرَنَا مَالًا ، وَإِنْ كُنْتَ تُرِيدُ بِهِ شَرَفًا سَوّدْنَاك عَلَيْنَا ، حَتّى لَا نَقْطَعَ أَمْرًا دُونَك ، وَإِنْ كُنْت تُرِيدُ بِهِ مُلْكًا مَلّكْنَاك عَلَيْنَا ؛ وَإِنْ كَانَ هَذَا الّذِي يَأْتِيك رِئْيًا تَرَاهُ لَا تَسْتَطِيعُ رَدّهُ عَنْ نَفْسِك ، طَلَبْنَا لَك الطّبّ ، وَبَذَلْنَا فِيهِ غَلَبَ التّابِعُ عَلَى الرّجُلِ حَتّى يُدَاوَى مِنْهُ أَوْ كَمَا قَالَ لَهُ . حَتّى إذَا فَرَغَ عُتْبَةُ
“Wahai keponakanku! Jika yang Engkau inginkan dari dakwahmu ini adalah harta, maka akan kami kumpulkan harta-harta yang kami miliki untukmu sehingga Engkau menjadi orang yang paling banyak hartanya di antara kami. Jika yang Engkau inginkan adalah kemuliaan, maka akan kami serahkan kemuliaan itu untukmu, sehingga kami tidak bisa memutuskan suatu perkara tanpa dirimu. Jika yang Engkau inginkan adalah menjadi Raja, maka akan kami angkat Engkau menjadi Raja atas kami. Apabila Engkau terkena jin yang dapat Engkau lihat namun Engkau tidak dapat menolaknya dari dirimu, maka akan kami carikan pengobatan untukmu. Kami akan mengerahkan seluruh kemampuan kami untuk mengobatimu, karena seseorang terkadang dikalahkan oleh jin yang mengikutinya sampai dia diobati darinya”. Atau sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Utbah, sampai dia menyelesaikan perkataannya.
Setelah ‘Utbah selesai berbicara, Rasulullah ﷺ kemudian membacakan surat Fushshilat, dan ketika sampai ke ayat as-sajdah, beliau ﷺ pun bersujud. Kemudian Rasulullah ﷺ bersabda,
قَدْ سَمِعْتَ يَا أَبَا الْوَلِيدِ مَا سَمِعْتَ فَأَنْت وَذَاكَ
“Wahai Abul Walid! Sungguh Engkau telah mendengar apa yang telah kau dengar. Maka terserah padamu.” [2]
[ TEGAR DI ATAS JALAN KEBENARAN ]
Orang kalau sudah berilmu mau bagaimana orang membelokkan maka tidak akan terpengaruh sedikitpun, orang mau menipu seperti apapun maka tidak akan tertipu, dia tahu dan dia yakin sehingga selain kekuatan amal juga dibutuhkan kekuatan ilmu, dimana kekuatan ilmu itu akan membuat dia yakin terus berjalan diatas shiratal mustaqim. Tanpa mudah tertipu oleh syaitan-syaitan yang menawarkan alternatif jalan yang merupakan jalan-jalan palsu.
Kekuatan amal adalah kekuatan dia untuk bertahan diatas agamanya dan tidak tergoda dengan tarikan-tarikan syahwat. Dan sesungguhnya 2 kekuatan ini menjadi doa kita
قال: وفي الدعاء المأثور: “اللهم أرنا الحق حقاً، وارزقنا اتباعه، وأرنا الباطل باطلاً، وارزقنا اجتنابه، ولا تجعله ملتبساً علينا فنضل، واجعلنا للمتقين إماما ” ابن كثير (1/ 444)،
Ibnu Katsir mengatakan “Dalam doa yang ma’tsur disebutkan Allahumma arinal haqqa haqqan dst [Ya Allah, nampakkanlah kepada kami kebenaran sebagai kebenaran dan berilah kami kemampuan untuk mengikutinya dan nampakkanlah kebatilan sebagai kebatilan dan berilah kami kemampuan untuk menjauhinya dan janganlah Engkau jadikan kebatilan itu seakan kebenaran sehingga kami tersesat karenanya. Jadikanlah kami teladan bagi orang orang yang bertakwa” [Tafsir Ibnu Katsir 1/444].
Wallahu'alam
"BERSIKAP JUJUR" | Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A
https://www.youtube.com/watch?v=3bC4ljJyQRI
🌐Broadcasted by
📲 WhatsApp Grup
https://bit.ly/nusantaramengaji1
https://bit.ly/nusantaramengaji2
https://bit.ly/nusantaramengaji3
https://bit.ly/nusantaramengaji4
https://bit.ly/nusantaramengaji5
https://bit.ly/nusantaramengaji6
📲 WhatsApp Grup Akhwat
https://bit.ly/nusantaramengajiakhwat1
🌐channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahu'alam
[ Membantah Syubhat dengan Sunnah Rasulullah ﷺ ]
Umar bin Khatthab رضي الله عنه berkata,
عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ قَالَ إِنَّهُ سَيَأْتِي نَاسٌ يُجَادِلُونَكُمْ بِشُبُهَاتِ الْقُرْآنِ فَخُذُوهُمْ بِالسُّنَنِ فَإِنَّ أَصْحَابَ السُّنَنِ أَعْلَمُ بِكِتَابِ اللَّهِ
"Akan datang orang-orang yang akan mendebat kalian dengan ayat-ayat Al-Qur'an yang mutasyabih. Maka hadapilah dengan mereka dengan sunnah. Sesungguhnya orang-orang yang berpegang teguh pada sunnah lebih mengetahui isi Al-Qur'an".
[(HR. Darimi: 119) - Ibnu Bathah dalam al Ibaanah, al Lalika-i dalam Syarh Ushul I'tiqaad Ahli Sunnah wal Jama'ah, dan al Aajurri dalam Asy-Syarii'ah dan Abu Syamah dalam al Baa'its 'ala Inkaril Bida' wal Hawaadits (lihat di Mulia dengan Manhaj Salaf hlm.267)]
🌐Broadcasted by
📲 WhatsApp Grup
https://bit.ly/nusantaramengaji1
https://bit.ly/nusantaramengaji2
https://bit.ly/nusantaramengaji3
https://bit.ly/nusantaramengaji4
https://bit.ly/nusantaramengaji5
https://bit.ly/nusantaramengaji6
📲 WhatsApp Grup Akhwat
https://bit.ly/nusantaramengajiakhwat1
🌐channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
© https://hadits.in/darimi/119
Wallahu'alam
[ UJIAN PEMBUKTIAN KEJUJURAN ]
Seseorang yang hatinya baik maka akan baik semua amal-amal yang akan dia lakukan, termasuk sikap jujur kepada Allah سبحانه و تعالى, bersikap jujur sebagaimana penegasan dia tentang Syahadat yang dia ucapkan...
لَاإِلٰـهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ ، وَأَنَّ مُـحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
lalu dia jujur, kejujuran kepada Allah ini akan diuji, sehingga Allah mengatakan keberadaan kita di dunia ini adalah berada di kampung ujian, kita akan diuji tentang kejujuran keimanan kita kepada Allah sebagaimana firman Nya dalam QS. Al Ankabut Ayat 1-3 ;
الم (١)أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا آمَنَّا وَهُمْ لا يُفْتَنُونَ (٢)وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ (٣)
Terjemah Surat Al Ankabut Ayat 1-3
1. Alif laam miim.
2. [1]Apakah manusia mengira bahwa mereka dibiarkan hanya dengan mengatakan, "Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji[2]?
3. Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta.
Sehingga kejujuran kita akan diuji oleh Allah سبحانه و تعالى, kemudian bagaimana cara Allah menguji kita?Allah menguji kita dengan cara dalam bentuk syahwat dan dalam bentuk syubhat. Keberadaan berbagai macam pintu-pintu syahwat yang sangat mudah diakses ini merupakan bagian dari ujian Allah سبحانه و تعالى.
Wallahu'alam
"BERSIKAP JUJUR" | Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A
https://www.youtube.com/watch?v=3bC4ljJyQRI
🌐Broadcasted by
📲 WhatsApp Grup
https://bit.ly/nusantaramengaji1
https://bit.ly/nusantaramengaji2
https://bit.ly/nusantaramengaji3
https://bit.ly/nusantaramengaji4
https://bit.ly/nusantaramengaji5
https://bit.ly/nusantaramengaji6
📲 WhatsApp Grup Akhwat
https://bit.ly/nusantaramengajiakhwat1
🌐channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
[ JUJUR & AMANAH KETIKA BEKERJA ]
Ketika orang membawakan ayat dan hadits dengan keterangan yang jelas, hal itu justru malah didustakan sehingga yang laku dagangan kedustaan sementara kejujuran tidak laku
Demikian pula kerja kerja penuh kedustaan tidak ada kejujuran termasuk ketika bekerja membuat laporan-laporan mark up sehingga penuh kepalsuan-kepalsuan, antara ucapan dengan perbuatan itu penuh kedustaan, atau kalau orang bilang ini adalah kedustaan publik secara massal ditengah-tengah umum sehingga pemimpin dusta kepada rakyat, rakyat dusta kepada pemimpinnya, suami dusta kepada isteri, isteri dusta kepada suaminya, guru dusta kepada murid, murid dusta kepada gurunya itu mewarnai kehidupan manusia..
Yang khianat dianggap amanah yang amanah dianggap khianat, di tempat kerja yang ingin jujur dan amanah itu disingkirkan dan justru dianggap khianat, kenapa karena dia jujur dan amanah..
JUJUR BERSYAHADAT | Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A حفظه الله تعالى
https://youtu.be/iXQF5ughWFs
🌐Broadcasted by
📲 WhatsApp Grup
https://bit.ly/nusantaramengaji1
https://bit.ly/nusantaramengaji2
https://bit.ly/nusantaramengaji3
https://bit.ly/nusantaramengaji4
https://bit.ly/nusantaramengaji5
https://bit.ly/nusantaramengaji6
📲 WhatsApp Grup Akhwat
https://bit.ly/nusantaramengajiakhwat1
🌐channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahu'alam
[ UJIAN KEJUJURAN KEPADA ALLAH ]
Dengan imannya seorang mukmin siap berkorban demi membela keimanannya, sementara orang munafik itu dusta, sebagaimana diterangkan dalam firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam Q.S al-Munafiqun
إِذَا جَآءَكَ ٱلْمُنَٰفِقُونَ قَالُوا۟ نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ ٱللَّهِ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُۥ وَٱللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ ٱلْمُنَٰفِقِينَ لَكَٰذِبُونَ
Artinya: 1. Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: “Kami mengakui, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah”. Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar orang pendusta.
Diterangkan oleh para ulama ujian iman dan kejujuran kita dengan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى ada 2 macam yakni :
1) Ujian syahwat, ujian untuk mendapatkan harta, jabatan, ketokohan, jika dia tergila-gila dengan hal-hal tersebut maka untuk mendapatkannya akan hilang kejujuran (imannya) kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, sehingga menghalalkan segala cara untuk mendapatkannya walaupun dengan cara musyrik, kafir, munafik itu namanya tidak jujur kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, syahwat akan merusak hatinya seharusnya keinginannya mengharap ridho Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan mengharapkan surga namun karena syahwat menjadi tidak peduli dengan ajaran agamanya, orang yang terjerat syahwat ini tidak melihat pangkat jabatan status sosialnya.
2) Ujian syubhat, hal -hal yang membuat seseorang rancu dalam melihat kebenaran sehingga yang rusak adalah ilmunya, kebenaran tersamarkan darinya karena syubhat-syubhat sehingga ada pemikiran yang aneh-aneh, harusnya kebenaran itu jelas dan gamblang.
Wallahu'alam
"JUJUR BERSYAHADAT" | Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A حفظه الله تعالى
https://youtu.be/iXQF5ughWFs
🌐Broadcasted by
📲 WhatsApp Grup
https://bit.ly/nusantaramengaji1
https://bit.ly/nusantaramengaji2
https://bit.ly/nusantaramengaji3
https://bit.ly/nusantaramengaji4
https://bit.ly/nusantaramengaji5
https://bit.ly/nusantaramengaji6
📲 WhatsApp Grup Akhwat
https://bit.ly/nusantaramengajiakhwat1
🌐channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
INILAH JALAN-KU YANG LURUS, MAKA IKUTILAH
Motivasi untuk senantiasa di atas Sunnah dan Atsar shahabat ridwanallahu’alaihim jami’an agar kita tetap berada di atas shiratal mustaqim (jalan yang lurus), dan menjauhi bid’ah bid’ah. Agama ini telah disempurnakan oleh Allah Subhanahu wa ta’ala, sehingga Allah mencukupkan dengan agama islam. Barangsiapa tidak mencukupkan dengan agama ini, maka dia telah menganggap Allah belum mencukupkan agama islam.
Setelah Allah subhanahu wa ta’ala menunjukkan jalan yang lurus maka Allah perintahkan untuk mengikuti jalan tersebut sebagaimana firman Allah Ta’ala di dalam
Surat Al-An'am Ayat 153
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَنْ سَبِيلِهِ ۚ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُمْ بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa.”
As Subul – السبل – yang dimaksud disini – وَلَا تَتَّبِعُوا السُّبُلَ – adalah – البدع والشبهات – bid’ah², & bid’ah sesuatu yang berada diluar Islām
Wallahu’alam
Jauhi Perkara Baru dalam Agama (Kitab Lum'atul I'tiqad Eps 7) - Ustadz Afifi Abdul Wadud
referensi ;
https://www.youtube.com/watch?v=STXPOejduMs
🌐Broadcasted by
📲 WhatsApp Grup
https://bit.ly/nusantaramengaji1
https://bit.ly/nusantaramengaji2
https://bit.ly/nusantaramengaji3
https://bit.ly/nusantaramengaji4
https://bit.ly/nusantaramengaji5
https://bit.ly/nusantaramengaji6
📲 WhatsApp Grup Akhwat
https://bit.ly/nusantaramengajiakhwat1
🌐channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
[ Islam Mudah Dipahami Sekalipun Oleh Orang Awam - 2 ]
Penjelasan tentang budak wanita mukminah
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ الْحَجَّاجِ الصَّوَّافِ حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ أَبِي كَثِيرٍ عَنْ هِلَالِ بْنِ أَبِي مَيْمُونَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ مُعَاوِيَةَ بْنِ الْحَكَمِ السُّلَمِيِّ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ جَارِيَةٌ لِي صَكَكْتُهَا صَكَّةً فَعَظَّمَ ذَلِكَ عَلَيَّ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ أَفَلَا أُعْتِقُهَا قَالَ ائْتِنِي بِهَا قَالَ فَجِئْتُ بِهَا قَالَ أَيْنَ اللَّهُ قَالَتْ فِي السَّمَاءِ قَالَ مَنْ أَنَا قَالَتْ أَنْتَ رَسُولُ اللَّهِ قَالَ أَعْتِقْهَا فَإِنَّهَا مُؤْمِنَةٌ حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ إِسْمَعِيلَ حَدَّثَنَا حَمَّادٌ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ عَمْرٍو عَنْ أَبِي سَلَمَةَ عَنْ الشَّرِيدِ أَنَّ أُمَّهُ أَوْصَتْهُ أَنْ يَعْتِقَ عَنْهَا رَقَبَةً مُؤْمِنَةً فَأَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِنَّ أُمِّي أَوْصَتْ أَنْ أُعْتِقَ عَنْهَا رَقَبَةً مُؤْمِنَةً وَعِنْدِي جَارِيَةٌ سَوْدَاءُ نُوبِيَّةٌ فَذَكَرَ نَحْوَهُ قَالَ أَبُو دَاوُد خَالِدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ أَرْسَلَهُ لَمْ يَذْكُرْ الشَّرِيدَ
Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Yahya dari Al Hajjaj Ash Shawwaf telah menceritakan kepadaku Yahya bin Abu Katsir, dari Hilal bin Abu Maimunah dari 'Atha` bin Yasar dari Mu'awiyah bin Al Hakam As Sulami, ia berkata; aku katakan; wahai Rasulullah, terdapat seorang budak wanita yang telah aku pukul dengan keras. Kemudian Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menganggap hal tersebut sesuatu yang besar terhadap diriku, lalu aku katakan; tidakkah saya memerdekakannya? Beliau berkata: "Bawa dia kepadaku!" Kemudian aku membawanya kepada beliau. Beliau bertanya: "Dimanakah Allah?" Budak wanita tersebut berkata; di langit. Beliau berkata: "Siapakah aku?" Budak tersebut berkata; engkau adalah Rasulullah."Beliau berkata; bebaskan dia! Sesungguhnya ia adalah seorang wanita mukmin." Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, telah menceritakan kepada kami Hammad dari Muhammad bin 'Amr dari Abu Salamah dari Asy Syarid bahwa ibunya telah berwasiat kepadanya agar membebaskan untuknya seorang budak wanita mukmin. Kemudian ia datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata; wahai Rasulullah, sesungguhnya ibuku telah berwasiat agar saya membebaskan untuknya seorang budak wanita mukmin, dan saya memiliki seorang budak wanita hitam dari Nubiyah… kemudian ia menyebutkan hadits seperti itu. Abu Daud berkata; Khalid bin Abdullah telah memursalkannya dan ia tidak menyebutkan Asy Syarid.
(Hadits Sunan Abu Dawud No. 2856 - Kitab Sumpah dan Nadzar)
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Islam Mudah Dipahami Sekalipun Oleh Orang Awam ]
Penjelasan tentang iman yang dengannya bisa memasukkan ke dalam surga
و حَدَّثَنِي أَبُو بَكْرِ بْنُ إِسْحَقَ حَدَّثَنَا عَفَّانُ حَدَّثَنَا وُهَيْبٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ عَنْ أَبِي زُرْعَةَ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ أَعْرَابِيًّا جَاءَ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ دُلَّنِي عَلَى عَمَلٍ إِذَا عَمِلْتُهُ دَخَلْتُ الْجَنَّةَ قَالَ تَعْبُدُ اللَّهَ لَا تُشْرِكُ بِهِ شَيْئًا وَتُقِيمُ الصَّلَاةَ الْمَكْتُوبَةَ وَتُؤَدِّي الزَّكَاةَ الْمَفْرُوضَةَ وَتَصُومُ رَمَضَانَ قَالَ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَا أَزِيدُ عَلَى هَذَا شَيْئًا أَبَدًا وَلَا أَنْقُصُ مِنْهُ فَلَمَّا وَلَّى قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَنْظُرَ إِلَى رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَلْيَنْظُرْ إِلَى هَذَا
Dan telah menceritakan kepadaku Abu Bakar bin Ishaq telah menceritakan kepada kami Affan telah menceritakan kepada kami Wuhaib telah menceritakan kepada kami Yahya bin Sa'id dari Abu Zur'ah dari Abu Hurairah bahwa seorang Badui mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam seraya berkata, 'Wahai Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, tunjukkanlah kepadaku pada suatu amalan yang mana jika aku mengamalkannya niscaya aku masuk surga? ' Beliau menjawab: 'Kamu menyembah Allah, tidak mensyirikkan-Nya dengan sesuatu apa pun, mendirikan shalat yang wajib, menunaikan zakat yang fardlu, dan berpuasa Ramadlan.' Dia berkata, 'Demi Dzat yang jiwaku berada di Tangan-Nya, aku tidak akan menambah atas ini sedikit pun selamanya dan tidak pula mengurangi darinya.' Ketika dia pamit pergi, maka Rasulullah bersabda: "Barangsiapa ingin melihat seorang laki-laki dari penduduk surga maka hendaklah dia melihat kepadanya'."
( Hadits Shahih Muslim No. 16 - Kitab Iman )
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Keterbukaan Menghilangkan Prasangka Buruk ]
Penjelasan tentang seseorang yang terlihat bersama isteri atau saudara perempuannya untuk mengatakan "Ini si fulanah", sehingga tidak timbul prasangka buruk
و حَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَعَبْدُ بْنُ حُمَيْدٍ وَتَقَارَبَا فِي اللَّفْظِ قَالَا أَخْبَرَنَا عَبْدُ الرَّزَّاقِ أَخْبَرَنَا مَعْمَرٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ عَلِيِّ بْنِ حُسَيْنٍ عَنْ صَفِيَّةَ بِنْتِ حُيَيٍّ قَالَتْ كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مُعْتَكِفًا فَأَتَيْتُهُ أَزُورُهُ لَيْلًا فَحَدَّثْتُهُ ثُمَّ قُمْتُ لِأَنْقَلِبَ فَقَامَ مَعِيَ لِيَقْلِبَنِي وَكَانَ مَسْكَنُهَا فِي دَارِ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ فَمَرَّ رَجُلَانِ مِنْ الْأَنْصَارِ فَلَمَّا رَأَيَا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَسْرَعَا فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى رِسْلِكُمَا إِنَّهَا صَفِيَّةُ بِنْتُ حُيَيٍّ فَقَالَا سُبْحَانَ اللَّهِ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَجْرِي مِنْ الْإِنْسَانِ مَجْرَى الدَّمِ وَإِنِّي خَشِيتُ أَنْ يَقْذِفَ فِي قُلُوبِكُمَا شَرًّا أَوْ قَالَ شَيْئًا و حَدَّثَنِيهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الدَّارِمِيُّ أَخْبَرَنَا أَبُو الْيَمَانِ أَخْبَرَنَا شُعَيْبٌ عَنْ الزُّهْرِيِّ أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ حُسَيْنٍ أَنَّ صَفِيَّةَ زَوْجَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَتْهُ أَنَّهَا جَاءَتْ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَزُورُهُ فِي اعْتِكَافِهِ فِي الْمَسْجِدِ فِي الْعَشْرِ الْأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ فَتَحَدَّثَتْ عِنْدَهُ سَاعَةً ثُمَّ قَامَتْ تَنْقَلِبُ وَقَامَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقْلِبُهَا ثُمَّ ذَكَرَ بِمَعْنَى حَدِيثِ مَعْمَرٍ غَيْرَ أَنَّهُ قَالَ فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الشَّيْطَانَ يَبْلُغُ مِنْ الْإِنْسَانِ مَبْلَغَ الدَّمِ وَلَمْ يَقُلْ يَجْرِي
Dan telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan 'Abad bin Humaid lafazh keduanya tidak jauh berbeda; Telah mengabarkan kepada kami 'Abdur Razaq; Telah mengabarkan kepada kami Ma'mar dari Az Zuhri dari 'Ali bin Husain dari Shafiyyah binti Huyay ia berkata; "Pada suatu ketika Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sedang I'tikaf. Aku mendatangi beliau malam hari, lalu aku berbicara kepadanya. Sesudah itu aku berdiri hendak pulang, dan beliau berdiri pula mengantarku ketika itu Shafiyah tinggal di rumah Usamah bin Zaid. Tiba-tiba lewat dua orang laki-laki Anshar. Tatkala mereka melihat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mereka kemudian mempercepat langkahnya. Lalu Nabi shallallahu 'alaihi wasallam berkata kepada mereka: 'Hai, pelan-pelan sajalah kalian. Ini adalah isteriku, Shafiyah binti Huyay.' Mereka menjawab; 'Subhanallah, ya Rasulullah! ' Beliau bersabda: 'Sesungguhnya setan berjalan dalam tubuh manusia melalui aliran darah. Aku khawatir kalau-kalau setan membisikkan sesuatu yang jahat ke dalam hati kalian.' Dan telah menceritakannya kepada kami 'Abdullah bin 'Abdur Rahman Ad Darimi; Telah mengabarkan kepada kami Abu Al Yaman; Telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri; Telah mengabarkan kepada kami 'Ali bin Husain bahwa Shafiyyah istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam mengabarkan kepadanya, bahwasannya dia pernah datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam untuk menjenguknya ketika beliau sedang I'tikaf di Masjid pada kesepuluh terakhir dari bulan RamAdhan. Lalu dia berbincang-bincang dengan beliau sejenak, lalu dia berdiri hendak pulang dan Nabi pun ikut berdiri hendak mengantarkannya. (dan seterusnya) sebagaimana yang di ceritakan di dalam Hadits Ma'mar hanya saja di dalam Hadits tersebut Nabi shallallahu 'alaihi wasallam menggunakan lafazh 'yablagh' bukan 'yajri' (mengalir).
(Hadits Shahih Muslim No. 4041 - Kitab Salam)
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Larangan Melakukan Provokasi Memberontak Kepada Penguasa - 2 ]
Imam Ibnu Farhun menyatakan :
ومن تكلم بكلمة لغير موجب في أمير من أمراء المسلمين لزمته العقوبة الشديدة ويسجن شهرا ، ومن خالف أميرا أو كسر دعوته لزمته العقوبة بقدر اجتهاد الامام
"Barangsiapa berbicara dengan satu kalimat dengan alasan yang tidak dibenarkan untuk mencela satu diantara sekian penguasa kaum muslimin. Maka ia harus menerima hukuman keras dan dipenjara selama satu bulan.
"Barangsiapa menyelisihi penguasa dan mengulang-ulang dakwahnya itu, maka ia harus dihukum dengan hukuman keras sesuai dengan ijtihad / keputusan penguasa".
(Tabshiratul Hukkam : 1/227).
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi :
أنا ملك الملوك ، قلوب الملوك بيدي ، فمن أطاعني جعلتهم عليه رحمة ، ومن عصاني جعلتهم عليه نقمة ، فلا تشغلوا أنفسكم بسب الملوك ، ولكن توبوا إليّ أعطفهم عليكم
"Sesungguhnya aku adalah Allah, Aku adalah Raja, Rajanya para raja. Hatinya para raja ada di tangan-Ku. Barangsiapa mentaati Aku, maka Aku akan menjadikan para raja ini sebagai rahmat baginya. Dan barangsiapa memaksiati Aku maka Aku akan menjadikan para raja ini sebagai azab baginya. Janganlah kalian menyibukkan diri mencaci maki raja, akan tetapi bertaubatlah kepadaku aku akan menjadikan para raja ini mengasihi kalian".
(Syarah Aqidah Thahawiyyah : 368, Minhajus Sunnah : 3/133).
Dari sini kita tahu bahwa tindakan provokasi untuk membenci dan memberontak pada penguasa adalah merupakan penyakit arah yang harus segera diantisipasi. Agar ia tidak merebak dan meluas, sehingga akan keluar efek buruknya. Dan bala’ akan menguasai demikian pula kekacauan akan mendominasi. Sehingga penyesalan tidak berguna lagi ketika itu.
Sesungguhnya para provokator seperti layaknya tikus yang menggerogoti. Jika dibiarkan maka ia akan menenggelamkan rakyat dan negara sekaligus. Kerusakan akan tersebar merata di atas bumi.
Maka menjadi kewajiban bagi manusia secara umum untuk melenyapkan para provokator yang senantiasa berusaha menebarkan kekacauan. Dan segera memangkas mereka seperti memangkas kangker. Serta menjauhkan mereka dari masyarakat sesuai dengan kemampuan masing-masing.
Ini merupakan salah satu amal ibadah yang mulia, dan bentuk taqarrub kepada Allah Subhanahu wa ta'ala karena dengannya maka kerusakan akan hilang, dan kekacauan akan padam. Kita memohon perlindungan kepada Allah dari keburukan fitnah yang tampak maupun yang tidak tampak.
🗓16 Maret 2018
📚Pembahasan Kitab Mu'aamalatul Hukkam karya Syaikh Abdussalam Barjas oleh Ustadz Abul Aswad Al Bayati hafizhahullah.
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Larangan Dari Mencaci Maki Penguasa - 3 ]
Di dalam atsar-atsar ini terdapat dalil yang terang serta argumentasi yang kokoh akan larangan keras serta larangan yang tegas akan tidak bolehnya mencaci maki penguasa serta menyebarkan aib-aibnya.
Maka hendaknya setiap muslim berhenti pada batasan di mana para ulama salaf berhenti di sana. Karena mereka adalah sebaik-baik kaum dengan persaksian Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wa sallam.
Mereka berhenti berdasarkan ilmu, dengan ilmu pula mereka menahan diri. Orang yang tidak berada di barisan mereka adalah orang-orang yang menyimpang.
Barangsiapa menyelisihi manhaj salaf ini dan lebih memilih untuk mengikuti hawa nafsunya tidak ada keraguan bahwa di dalam hatinya ada kebencian. Karena cacian dan makian itu menghilangkan keinginan untuk menasehati penguasa. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ;
ثَلَاثُ خِصَالٍ لَا يُغِلُّ عَلَيْهِنَّ قَلْبُ مُسْلِمٍ أَبَدًا : إِخْلَاصُ الْعَمَلِ لِلهِ، وَمُنَاصَحَةُ وُلَاةِ الْأَمْرِ ، وَلُزُوْمُ الْـجَمَاعَةِ
"Ada tiga hal yang dengannya hati seorang muslim akan bersih (dari khianat, dengki, dan keburukan) yaitu beramal dengan ikhlas karena Allâh Azza wa Jalla , menasihati ulil amri (penguasa) dan berpegang teguh pada jamâ’ah kaum Muslimin."
(HR Ahmad : 7/183, Ad-Darimi : 1/75, Ibnu Hibban : 72, 73, dishahihkan oleh Imam Al-Albani di dalam Silsilah Ahadits Ash-Shahihah : 404).
Wallahu a’lam
🗓 23 Februari 2018
📚Pembahasan Kitab Mu'aamalatul Hukkam karya Syaikh Abdussalam Barjas oleh Ustadz Abul Aswad Al Bayati hafizhahullah.
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Dalil Larangan Dari Mencaci Maki Penguasa - 1 ]
Mencela kehormatan penguasa dan menyibukkan diri dengan mencaci penguasa serta menyebutkan aib-aib mereka merupakan kekeliruan yang sangat fatal, kejahatan yang sangat buruk yang dilarang oleh syariat Islam yang suci, dan pelakunya mendapatkan celaan dari syariat.
Karena hal itu merupakan bibit pemberontakan terhadap penguasa yang merupakan puncak dari segala kerusakan agama dan kerusakan dunia sekaligus.
Dan sebagaimana telah diketahui bersama bahwa “Sarana itu dihukumi sama dengan tujuan” maka secara otomatis setiap dalil agama yang mengharamkan pemberontakan terhadap penguasa maka ia menjadi dalil pula akan haramnya mencaci maki penguasa.
Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Ziyad bin Kusaib ia berkata :
كُنْتُ مَعَ أَبِي بَكْرَةَ تَحْتَ مِنْبَرِ ابْنِ عَامِرٍ وَهُوَ يَخْطُبُ وَعَلَيْهِ ثِيَابٌ رِقَاقٌ، فَقَالَ أَبُو بِلَالٍ: انْظُرُوا إِلَى أَمِيرِنَا يَلْبَسُ ثِيَابَ الفُسَّاقِ، فَقَالَ أَبُو بَكْرَةَ: اسْكُتْ سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللَّهِ فِي الأَرْضِ أَهَانَهُ اللَّهُ
"Dulu aku pernah bersama Abi Bakrah berada dibawah mimbar Ibnu Amir dan beliau sedang berkhutbah sambil mengenakan pakaian tipis. Kemudian Abu Bilal berkata: Lihatlah oleh kalian pada pemimpin kita, dia mengenakan baju orang-orang fasiq.
Lantas Abi Bakrah pun langsung angkat bicara: Diam kamu! Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi Wasallam bersabda: Barangsiapa yang menghinakan penguasa Allah di muka bumi niscaya Allah menghinakannya.
(HR Tirmidzi ; 2224 dishahihkan oleh Imam Al-Albani di dalam Silsilah Ahadits Ash-Shahihah : 2296).
📚 Pembahasan Kitab Mu'aamalatul Hukkam karya Syaikh Abdussalam Barjas oleh Ustadz Abul Aswad Al Bayati hafizhahullah.
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Dalil Tentang Tata Cara Menasehati Penguasa - 1 ]
Apa yang telah ditetapkan oleh para imam Islam semoga Allah Subhanahu wa ta'ala senantiasa merahmati mereka bahwa menasehati penguasa itu harus dilakukan dengan sirr (diam-diam). Ketetapan inilah yang digariskan oleh nash-nash syariat berupa hadits-hadits Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam beserta atsar dari para salafush shalih. Berikut diantaranya :
1⃣ Pertama :
مَنْ أَرَادَ أَنْ يَنْصَحَ لِذِيْ سُلْطَانٍ فَلاَ يُبْدِهِ عَلاِنِيَةً وَلَكِنْ لِيَأْخُذْ بِيَدِهِ فَيَخْلُوْ بِهِ فَإِنْ قَبِلَ مِنْهُ فَذَاكَ وَإِلاَّ كَانَ قَدْ أَدَّى الَّذِيْ عَلَيْهِ
“Barang siapa ingin menasihati seorang penguasa maka jangan ia tampakkan terang-terangan, akan tetapi hendaknya ia mengambil tangan penguasa tersebut dan menyendiri dengannya. Jika dengan itu, ia menerima (nasihat) darinya maka itulah (yang diinginkan, red.) dan jika tidak menerima maka ia (yang menasihati) telah melaksanakan kewajibannya.”
📚(HR. Ahmad, Ibnu Abu ‘Ashim dan yang lain, disahihkan oleh asy-Syaikh al-Albani dalam Zhilalul Jannah, no. 1096—1098).
Ketika membawakan hadits di atas, al-Imam Ahmad rahimahullah menyebutkan sebuah kisah. Kata beliau, seorang sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bernama ‘Iyadh bin Ghunm radhiallahu ‘anhu yang menjadi penguasa di wilayah Syam (Siyar A’lamin Nubala, 2/354) mencambuk seorang pemilik rumah ketika rumah itu dibuka (karena masalah kharaj [semacam pajak], wallahu a’lam, red.).
Maka seorang sahabat yang lain yaitu Hisyam bin Hakim radhiallahu ‘anhu lewat dan menasihati dengan begitu keras kepadanya sehingga ‘Iyadh pun marah. Berlalulah beberapa malam. Lalu Hisyam datang dan beralasan seraya mengatakan kepada ‘Iyadh, “Tidakkah engkau mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan, ‘Sesungguhnya manusia yang termasuk paling keras azabnya adalah yang paling keras menyiksa manusia di dunia’.”
Maka ‘Iyadh pun menjawab, “Wahai Hisyam bin Hakim, kami telah mendengar apa yang engkau dengar dan telah melihat apa yang kamu lihat. Apakah kamu tidak mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, … (lalu menyebut hadits di atas).
Sesungguhnya engkau wahai Hisyam, benar-benar nekat jika engkau berani terhadap penguasa Allah subhanahu wa ta’ala. Tidakkah engkau takut untuk dibunuh oleh penguasa Allah subhanahu wa ta’ala sehingga engkau menjadi korban pembunuhan penguasa Allah subhanahu wa ta’ala?!”
Dalam kisah yang berlangsung antara dua orang sahabat Nabi yang mulia itu terkandung bantahan yang sangat telak bagi orang yang berdalil dengan perbuatan Hisyam bin Hakim radhiallahu ‘anhu yang mengingkari penguasa dengan terang-terangan atau berdalil dengan sahabat lain, di mana sahabat ‘Iyadh mengingkari perbuatan itu atas mereka lalu menyebutkan dalil yang menjadi pemutus dalam masalah ini.
Maka tiadalah bagi Hisyam kecuali menerima dalil itu yang sangat jelas maksudnya. Dan hujjah itu adalah hadits Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bukan ucapan siapa pun dari kalangan manusia.
(Mu’amalatul Hukkam, hlm. 151—152)
📚 Pembahasan Kitab Mu'aamalatul Hukkam karya Syaikh Abdussalam Barjas oleh ustadz Abul Aswad Al Bayati hafizhahullah.
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Besarnya Pahala Tergantung Besarnya Ujian ]
Anas bin Malik رضي الله عنه meriwayatkan dari Nabi ﷺ, bahwa beliau bersabda
عن أنس بن مالك رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال: "إن عِظَمَ الجزاءِ مع عِظَمِ البلاءِ، وإن الله تعالى إذا أحب قوما ابتلاهم، فمن رَضِيَ فله الرِضا، ومن سَخِطَ فله السُّخْطُ".
[صحيح] - [رواه الترمذي وابن ماجه]
“Sesungguhnya besarnya pahala tergantung pada besarnya ujian, dan jika Allah mencintai suatu kaum, Dia pasti menguji mereka; siapa yang rida maka baginya keridaan (Allah) dan siapa yang murka maka baginya kemurkaan (Allah)." (Hadits shahih - Diriwayatkan oleh Ibnu Mājah)
Syarah ringkas :
Dalam hadis ini, Nabi ﷺ mengabarkan kepada kita bahwa seorang mukmin bisa ditimpa musibah, baik pada diri, harta atau hal yang lainnya. Allah akan mengganjar musibah yang menimpanya jika dia sabar. Semakin besar musibah dan imbasnya, semakin besar pula pahala dari Allah. Kemudian Rasulullah ﷺ menjelaskan bahwa musibah adalah tanda kecintaan Allah kepada seorang mukmin dan bahwa ketentuan dan takdir Allah pasti terjadi. Namun orang yang sabar dan ridha, maka Allah akan mengganjarnya atas keridaan itu dengan keridaan-Nya atas orang itu dan cukuplah itu sebagai pahala/ganjaran. Sebaliknya, siapa yang kecewa, dan benci pada ketentuan dan takdir Allah, maka Allah murka kepadanya dan cukuplah itu sebagai hukuman.
🌐Broadcasted by
📲 WhatsApp Grup
https://bit.ly/nusantaramengaji1
https://bit.ly/nusantaramengaji2
https://bit.ly/nusantaramengaji3
https://bit.ly/nusantaramengaji4
https://bit.ly/nusantaramengaji5
https://bit.ly/nusantaramengaji6
📲 WhatsApp Grup Akhwat
https://bit.ly/nusantaramengajiakhwat1
🌐channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
© https://hadeethenc.com/id/browse/hadith/3339
Wallahu'alam
[ JALAN MENUJU SURGA DILIPUTI HAL-HAL YANG DIBENCI JIWA ]
Rasulullah ﷺ pernah mengambarkan shiratal mustaqim, orang-orang yang menempuh jalan ini akan diuji oleh Allah sebagaimana Hadits Nabi tentang jalan yang lurus,
Nabi ﷺ bersabda,
ضَرَبَ اللَّهُ مَثَلًا صِرَاطًا مُسْتَقِيمًا، وَعَلَى جَنْبَتَيْ الصِّرَاطِ سُورَانِ، فِيهِمَا أَبْوَابٌ مُفَتَّحَةٌ، وَعَلَى الْأَبْوَابِ سُتُورٌ مُرْخَاةٌ، وَعَلَى بَابِ الصِّرَاطِ دَاعٍ يَقُولُ: أَيُّهَا النَّاسُ، ادْخُلُوا الصِّرَاطَ جَمِيعًا، وَلَا تَتَعَرَّجُوا، وَدَاعٍ يَدْعُو مِنْ فَوْقِ الصِّرَاطِ، فَإِذَا أَرَادَ يَفْتَحُ شَيْئًا مِنْ تِلْكَ الْأَبْوَابِ، قَالَ: وَيْحَكَ لَا تَفْتَحْهُ، فَإِنَّكَ إِنْ تَفْتَحْهُ تَلِجْهُ، وَالصِّرَاطُ الْإِسْلَامُ، وَالسُّورَانِ: حُدُودُ اللَّهِ، وَالْأَبْوَابُ الْمُفَتَّحَةُ: مَحَارِمُ اللَّهِ، وَذَلِكَ الدَّاعِي عَلَى رَأْسِ الصِّرَاطِ: كِتَابُ اللَّهِ، وَالدَّاعِي مِنِ فَوْقَ الصِّرَاطِ: وَاعِظُ اللَّهِ فِي قَلْبِ كُلِّ مُسْلِمٍ
“Allah memberikan perumpamaan berupa jalan yang lurus. Kemudian di atas kedua sisi jalan itu terdapat dua dinding. Dan pada kedua dinding itu terdapat pintu-pintu yang terbuka lebar. Kemudian di atas setiap pintu terdapat tabir penutup yang halus. Dan di atas pintu jalan terdapat penyeru yang berkata, ‘Wahai sekalian manusia, masuklah kalian semua ke dalam shirath dan janganlah kalian menoleh kesana kemari.’ Sementara di bagian dalam dari Shirath juga terdapat penyeru yang selalu mengajak untuk menapaki Shirath, dan jika seseorang hendak membuka pintu-pintu yang berada di sampingnya, maka ia berkata, ‘Celaka kamu, jangan sekali-kali kamu membukanya. Karena jika kamu membukanya maka kamu akan masuk kedalamnya.’ Ash Shirath itu adalah Al Islam. Kedua dinding itu merupakan batasan-batasan Allah Ta’ala. Sementara pintu-pintu yang terbuka adalah hal-hal yang diharamkan oleh Allah. Dan adapun penyeru di depan shirath itu adalah Kitabullah (Al Qur`an) ‘azza wajalla. Sedangkan penyeru dari atas shirath adalah penasihat Allah (naluri) yang terdapat pada setiap kalbu seorang mukmin.” (HR. Ahmad dalam Al-Musnad no. 17909)
Para ulama menjelaskan alangkah mudahnya mengakses pintu pintu maksiat yang mana hal itu disifatkan pada hadits yang diriwayatkan dari Anas bin Malik radhiyallahu’anhu bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda,
حُفَّتِ الْجَنَّةُ بِالْمَكَارِهِ وَحُفَّتِ النَّارُ بِالشَّهَوَاتِ
“Surga itu diliputi perkara-perkara yang dibenci (oleh jiwa) dan neraka itu diliputi perkara-perkara yang disukai syahwat.”(HR. Muslim)
Sehingga rata-rata orang yang berjalan menuju surga itu berguguran atau susah untuk istiqomah, karena sulitnya untuk menuju jalan ke Jannah yang rata-rata tidak diminati oleh nafsu manusia rasanya pahit, ibaratnya itu gunung terjal yang harus dia lalui untuk mencapai satu tempat yang dipastikan itu tempat kebahagiaan, yang gunung terjal ini ada jurang ada bukit kemudian ada pengganggu-pengganggunya terus dari atas ada setan yang menakut-nakuti jangan kamu naik kalau kamu naik sangat bahaya sekali, namun jika dia paksakan untuk mencapai puncaknya maka akan memperoleh pemandangan yang sangat indah dan dia merasakan kelapangan yang sangat luar biasa, beda dengan jalan ke neraka dilingkari dengan hal-hal yang sesuai selera syahwat, Allah buat secara perwatakan manusia itu suka dengan syahwat-syahwat yang haram begitu pula ikut setan yang menghias-hiasi dan mengkipas-kipasi..
Wallahu'alam
"BERSIKAP JUJUR" | Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A
https://www.youtube.com/watch?v=3bC4ljJyQRI
🌐Broadcasted by
📲 WhatsApp Grup
https://bit.ly/nusantaramengaji1
https://bit.ly/nusantaramengaji2
https://bit.ly/nusantaramengaji3
https://bit.ly/nusantaramengaji4
https://bit.ly/nusantaramengaji5
https://bit.ly/nusantaramengaji6
📲 WhatsApp Grup Akhwat
https://bit.ly/nusantaramengajiakhwat1
🌐channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahu'alam
[ JUJUR ITU MUJUR ]
Diantara wasiat beliau Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah bersikap jujur sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
عَلَيْكُمْ بِالصِّدْقِ فَإِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِى إِلَى الْبِرِّ وَإِنَّ الْبِرَّ يَهْدِى إِلَى الْجَنَّةِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَصْدُقُ وَيَتَحَرَّى الصِّدْقَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ صِدِّيقًا وَإِيَّاكُمْ وَالْكَذِبَ فَإِنَّ الْكَذِبَ يَهْدِى إِلَى الْفُجُورِ وَإِنَّ الْفُجُورَ يَهْدِى إِلَى النَّارِ وَمَا يَزَالُ الرَّجُلُ يَكْذِبُ وَيَتَحَرَّى الْكَذِبَ حَتَّى يُكْتَبَ عِنْدَ اللَّهِ كَذَّابًا
“Hendaklah kalian senantiasa berlaku jujur, karena sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan pada kebaikan dan sesungguhnya kebaikan akan mengantarkan pada surga. Jika seseorang senantiasa berlaku jujur dan berusaha untuk jujur, maka dia akan dicatat di sisi Allah sebagai orang yang jujur. Hati-hatilah kalian dari berbuat dusta, karena sesungguhnya dusta akan mengantarkan kepada kejahatan dan kejahatan akan mengantarkan pada neraka. Jika seseorang sukanya berdusta dan berupaya untuk berdusta, maka ia akan dicatat di sisi Allah sebagai pendusta.”[HR. Muslim no. 2607.]
Inilah diantara wasiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, hadits ini mengajarkan kepada kita 1 diantara amalan yang akan membuat baiknya dunia dan akhirat kita, yang pertama kejujuran itu ada 2 yakni as shiddqu ma'a Allah (jujur kepada Allah) dan as shiddqu ma'a nas (jujur kepada manusia), berkaitan sikap jujur kepada Allah maka akan berakibat baik bagi mereka dan sebaliknya kedustaan itu akan berakibat keburukan, jujur adalah amalan hati, akan tercermin dalam perilaku seseorang yang jujur sebagaimana diriwayatkan dari An Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhuma, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
أَلاَ وَإِنَّ فِى الْجَسَدِ مُضْغَةً إِذَا صَلَحَتْ صَلَحَ الْجَسَدُ كُلُّهُ ، وَإِذَا فَسَدَتْ فَسَدَ الْجَسَدُ كُلُّهُ . أَلاَ وَهِىَ الْقَلْبُ
“Ingatlah bahwa di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika ia baik, maka baik pula seluruh jasad. Jika ia rusak, maka rusak pula seluruh jasad. Ketahuilah bahwa ia adalah hati (jantung)” (HR. Bukhari no. 52 dan Muslim no. 1599).
Wallahu'alam
"BERSIKAP JUJUR" | Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A
https://www.youtube.com/watch?v=3bC4ljJyQRI
🌐Broadcasted by
📲 WhatsApp Grup
https://bit.ly/nusantaramengaji1
https://bit.ly/nusantaramengaji2
https://bit.ly/nusantaramengaji3
https://bit.ly/nusantaramengaji4
https://bit.ly/nusantaramengaji5
https://bit.ly/nusantaramengaji6
📲 WhatsApp Grup Akhwat
https://bit.ly/nusantaramengajiakhwat1
🌐channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
[ AKAN DATANG MASANYA ]
Nabi ﷺ ingatkan kita hidup di tahun-tahun tipuan, sebagaimana Nabi ﷺ sabdakan yang diriwayatkan Imam Ibnu Majah di dalam Sunannya :
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا يَزِيدُ بْنُ هَارُونَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْمَلِكِ بْنُ قُدَامَةَ الْجُمَحِيُّ عَنْ إِسْحَقَ بْنِ أَبِي الْفُرَاتِ عَنْ الْمَقْبُرِيِّ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَيَأْتِي عَلَى النَّاسِ سَنَوَاتٌ خَدَّاعَاتُ يُصَدَّقُ فِيهَا الْكَاذِبُ وَيُكَذَّبُ فِيهَا الصَّادِقُ وَيُؤْتَمَنُ فِيهَا الْخَائِنُ وَيُخَوَّنُ فِيهَا الْأَمِينُ وَيَنْطِقُ فِيهَا الرُّوَيْبِضَةُ قِيلَ وَمَا الرُّوَيْبِضَةُ قَالَ الرَّجُلُ التَّافِهُ فِي أَمْرِ الْعَامَّةِ
Abu Bakr bin Abi Syaibah menuturkan kepada kami. Dia berkata; Yazid bin Harun menuturkan kepada kami. Dia berkata; Abdul Malik bin Qudamah al-Jumahi menuturkan kepada kami dari Ishaq bin Abil Farrat dari al-Maqburi dari Abu Hurairah -radhiyallahu’anhu-, dia berkata;
Rasulullah ﷺ bersabda,
“Akan datang kepada manusia tahun-tahun yang penuh dengan penipuan. Ketika itu pendusta dibenarkan sedangkan orang yang jujur malah didustakan, pengkhianat dipercaya sedangkan orang yang amanah justru dianggap sebagai pengkhianat. Pada saat itu Ruwaibidhah berbicara.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud Ruwaibidhah?”. Beliau menjawab, “Orang bodoh yang turut campur dalam urusan masyarakat luas.” (HR. Ibnu Majah, disahihkan al-Albani dalam as-Shahihah [1887] as-Syamilah).
Akan datang tahun tipuan, orang pendusta dianggap jujur zaman yang penuh dengan kepalsuan, orang khianat dipercaya orang amanah dianggap khianat, banyak orang bodoh bicara agama sehingga muncul kekacauan, bicaranya kesana kemari tidak ada dalilnya tapi itu yang dipercaya, ceritanya itu cerita khurafat-khurafat....
Wallahu'alam
"JUJUR BERSYAHADAT"
Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A حفظه الله تعالى
Referensi :
1.https://youtu.be/iXQF5ughWFs 2.https://muslim.or.id/2025-hati-hati-dengan-ruwaibidhah.html
🌐Broadcasted by
📲 WhatsApp Grup
https://bit.ly/nusantaramengaji1
https://bit.ly/nusantaramengaji2
https://bit.ly/nusantaramengaji3
https://bit.ly/nusantaramengaji4
https://bit.ly/nusantaramengaji5
https://bit.ly/nusantaramengaji6
📲 WhatsApp Grup Akhwat
https://bit.ly/nusantaramengajiakhwat1
🌐channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
[ KEJUJURAN MENGANTARKAN KE SURGA ]
Kejujuran itu akan mengantarkan kepada surga, sebaliknya berhati-hatilah kalian dari sikap dusta, karena sikap dusta itu akan mengantarkan ke neraka, Allah ﷻ perintahkan kita jujur dalam bermuamalah karena dusta adalah sifat orang munafik, sementara sifat mukmin itu benar - benar jujur sebagaimana firman Allah ﷻ sebagai berikut :
إِنَّمَا ٱلْمُؤْمِنُونَ ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ بِٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا۟ وَجَٰهَدُوا۟ بِأَمْوَٰلِهِمْ وَأَنفُسِهِمْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِۚ أُو۟لَٰٓئِكَ هُمُ ٱلصَّٰدِقُونَ
15. Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
(Al-Hujurat: 15)
Wallahu'alam
Faidah Jujur Bersyahadat
Ustadz Afifi Abdul Wadud, B.A حفظه الله تعالى
https://youtu.be/iXQF5ughWFs
🌐Broadcasted by
📲 WhatsApp Grup
https://bit.ly/nusantaramengaji1
https://bit.ly/nusantaramengaji2
https://bit.ly/nusantaramengaji3
https://bit.ly/nusantaramengaji4
https://bit.ly/nusantaramengaji5
https://bit.ly/nusantaramengaji6
📲 WhatsApp Grup Akhwat
https://bit.ly/nusantaramengajiakhwat1
🌐channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
[ Shalat Sesuai Sunnah ]
Qunut dalam shalat subuh
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ إِدْرِيسَ وَحَفْصُ بْنُ غِيَاثٍ وَيَزِيدُ بْنُ هَارُونَ عَنْ أَبِي مَالِكٍ الْأَشْجَعِيِّ سَعْدِ بْنِ طَارِقٍ قَالَ قُلْتُ لِأَبِي يَا أَبَتِ إِنَّكَ قَدْ صَلَّيْتَ خَلْفَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ هَاهُنَا بِالْكُوفَةِ نَحْوًا مِنْ خَمْسِ سِنِينَ فَكَانُوا يَقْنُتُونَ فِي الْفَجْرِ فَقَالَ أَيْ بُنَيَّ مُحْدَثٌ
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abu Syaibah berkata, telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Idris dan Hafsh bin Ghiyats dan Yazid bin Harun dari Abu Malik Al Asyja'i Sa'd bin Thariq berkata; Aku berkata kepada bapakku, "Wahai bapakku, engkau pernah shalat di belakang Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam, Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali di Kufah ini selama lima puluh tahun, apakah mereka melakukan qunut pada waktu shalat subuh?" ia menjawab, "Wahai putraku, itu adalah perkara baru. "
(Hadits Sunan Ibnu Majah No. 1231 - Kitab Mendirikan shalat dan sunah yang ada di dalamnya)
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Mengikuti Sunnah-Sunnah Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam & Menjauhi Perkara Baru Dalam Agama ]
حَدَّثَنَا آدَمُ بْنُ أَبِي إِيَاسٍ حَدَّثَنَا شُعْبَةُ أَخْبَرَنَا عَمْرُو بْنُ مُرَّةَ سَمِعْتُ مُرَّةَ الْهَمْدَانِيَّ يَقُولُ قَالَ عَبْدُ اللَّهِ إِنَّ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللَّهِ وَأَحْسَنَ الْهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَشَرَّ الْأُمُورِ مُحْدَثَاتُهَا وَ { إِنَّ مَا تُوعَدُونَ لَآتٍ وَمَا أَنْتُمْ بِمُعْجِزِينَ }
Telah menceritakan kepada kami Adam bin Abu Iyas telah menceritakan kepada kami Syu'bah telah mengabarkan kepada kami Amru bin Murrah, aku mendengar Murrah Al Hamdani berkata, Abdullah berkata, "Sebaik-baik pembicaraan adalah kitabullah dan sebaik-baik petunjuk adalah petunjuk Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, dan seburuk-buruk perbuatan adalah perkara baru, " kemudian beliau mengutip ayat: '(Apa yang dijanjikan untuk kalian pasti akan datang) ' (Qs. Al an'aam: 134).
( Hadits Shahih Al-Bukhari No. 6735 - Kitab Berpegang teguh terhadap kitab dan sunnah )
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Keutamaan Beramal Shalih Mencocoki Sunnah ]
Orang yang tayamum mendapati air setelah masuknya waktu (shalat)
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ إِسْحَقَ الْمَسَيَّبِيُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ نَافِعٍ عَنْ اللَّيْثِ بْنِ سَعْدٍ عَنْ بَكْرِ بْنِ سَوَادَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ خَرَجَ رَجُلَانِ فِي سَفَرٍ فَحَضَرَتْ الصَّلَاةُ وَلَيْسَ مَعَهُمَا مَاءٌ فَتَيَمَّمَا صَعِيدًا طَيِّبًا فَصَلَّيَا ثُمَّ وَجَدَا الْمَاءَ فِي الْوَقْتِ فَأَعَادَ أَحَدُهُمَا الصَّلَاةَ وَالْوُضُوءَ وَلَمْ يُعِدْ الْآخَرُ ثُمَّ أَتَيَا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَذَكَرَا ذَلِكَ لَهُ فَقَالَ لِلَّذِي لَمْ يُعِدْ أَصَبْتَ السُّنَّةَ وَأَجْزَأَتْكَ صَلَاتُكَ وَقَالَ لِلَّذِي تَوَضَّأَ وَأَعَادَ لَكَ الْأَجْرُ مَرَّتَيْنِ قَالَ أَبُو دَاوُد وَغَيْرُ ابْنِ نَافِعٍ يَرْوِيهِ عَنْ اللَّيْثِ عَنْ عُمَيْرَةَ بْنِ أَبِي نَاجِيَةَ عَنْ بَكْرِ بْنِ سَوَادَةَ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَبُو دَاوُد وَذِكْرُ أَبِى سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ فِي هَذَا الْحَدِيثِ لَيْسَ بِمَحْفُوظٍ وَهُوَ مُرْسَلٌ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مَسْلَمَةَ حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَةَ عَنْ بَكْرِ بْنِ سَوَادَةَ عَنْ أَبِي عَبْدِ اللَّهِ مَوْلَى إِسْمَاعِيلَ بْنِ عُبَيْدٍ عَنْ عَطَاءِ بْنِ يَسَارٍ أَنَّ رَجُلَيْنِ مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَعْنَاهُ
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ishaq Al-Masassayi telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Nafi' dari Al-Laits bin Sa'd dari Bakr bin Sawadah dari 'Atha bin Yasar dari Abu Sa'id Al-Khudri dia berkata; Ada dua orang mengadakan perjalanan jauh, lalu waktu shalat tiba sementara mereka tidak mempunyai air, maka keduanya bertayammum dengan menggunakan tanah yang bersih dan keduanya shalat, kemudian keduanya mendapatkan air dalam masa waktu shalat tersebut, maka salah seorang dari keduanya mengulangi shalat dengan berwudhu dan yang lainnya tidak, kemudian keduanya mendatangi Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam dan mengisahkan perjalanan mereka, maka Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam bersabda kepada yang tidak mengulang shalat: "Kamu telah melaksanakan sunnah dan shalat kamu sempurna (tidak perlu diulang) ", dan beliau bersabda kepada yang berwudhu dan mengulangi shalat: "Kamu mendapatkan pahala dua kali." Abu Dawud berkata; Selain Ibnu Nafi' yang meriwayatkan juga Al-Laits dari Umairah bin Abi Najiah dari Bakr bin Sawadah dari 'Atha
bin Yasar dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam. Abu Dawud berkata; Penyebutan Abu Sa'id Al-Khudri pada hadits ini tidak mahfuzh, akan tetapi mursal. Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Maslamah telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi'ah dari Bakr bin Sawadah dari Abu Abdillah, mantan sahaya Isma'il bin Ubaid dari 'Atha` bin Yasar bahwasanya ada dua orang dari sahabat Rasulullah Shallallahu alaihi wasallam, seperti di atas.
( Hadits Sunan Abu Dawud No. 286 - Kitab Thaharah)
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Dalil Akuntabel & Keterbukaan ]
Dosa adalah hal yang tidak ingin diketahui khalayak sehingga berusaha tidak diketahui orang/disembunyikan
.
Hal tersebut sebagai indikasi akan adanya kejanggalan sehingga menimbulkan kecurigaan
Hadits no. 3
عَنِ النَوَّاسِ بْنِ سَمْعَانَ - رضي الله عنه - قَالَ: سَأَلْتُ رَسُولَ اللَّهِ - صلى الله عليه
وسلم - عَنِ الْبِرِّ وَالْإِثْمِ? فَقَالَ: «الْبِرُّ: حُسْنُ الْخُلُقِ, وَالْإِثْمُ: مَا حَاكَ فِي صَدْرِكَ ,
وَكَرِهْتَ أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ»
Dari Nawwas bin Sam’an radhiallahuanhu dari Rasulullah
shallallahu`alaihi wa sallam beliau bersabda : “Kebaikan
adalah akhlak yang baik, dan dosa adalah apa yang terasa
menganggu jiwamu dan engkau tidak suka jika diketahui
manusia”. (HR Muslim : 2553).
Faidah Hadits :
a). Semangat para sahabat radhiyallahu ‘anhum didalam
menuntut ilmu, hingga mereka bertanya kepada Nabi
shalallahu ‘alaihi wa sallam hal-hal yang bermanfaat
bagi mereka.
b). Anjuran untuk berakhlak mulia baik kepada Allah ta’ala
maupun kepada sesama makhluk ciptaan Allah.
c). Orang yang berhati sehat akan mengetahui dengan
firasatnya keberadaan dosa, dan dosa tersebut
membuatnya resah dan gelisah serta tidak tenang.
d). Seorang yang memiliki hati yang sehat akan merasa
malu kemaksiatannya diketahui oleh orang lain. Sedang
orang yang fasik tidak peduli dengan dosanya.
e). Dosa itu dibenci di sisi orang yang memiliki fitrah yang
suci serta akal yang sehat
_Faidah Penerapan Kepemimpinan Islami Dr.Ali Musri Semjan Putra hafizhahullah_
📚Referensi : Kitabul Jami karya Imam Ibnu Hajar al Asqalani rahimahullah
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Larangan Melakukan Provokasi Memberontak Kepada Penguasa ]
Provokasi untuk memberontak pada penguasa itu memiliki bentuk yang bermacam-macam. Sebagiannya lebih parah dibandingkan sebagian yang lain.
Apabila seorang lelaki melakukan provokasi ini maka penguasa dalam hal ini memiliki wewenang untuk menimpakan hukuman yang sesuai apakah itu dipukul atau dipenjara atau dibuang atau diasingkan atau jenis hukuman yang lain.
Karena provokasi adalah merupakan muqaddimah atau embrio dari sebuah pemberontakan. Sedangkan pemberontakan termasuk diantara dosa yang sangat buruk lagi jahat.
Sehingga otomatis segala hal yang menggiring pada pemberontakan juga merupakan perbuatan dosa.
Imam Asy-Syaukani menyatakan :
وأما قوله: "ويؤدب من يثبط عنه" فالواجب دفعه عن هذا التثبيط فإن كف وإلا كان مستحقا لتغليظ العقوبة والحيلولة بينه وبين من صار يسعى لديه بالتثبيط بحبس أو غيره لأنه مرتكب لمحرم عظيم وساع في إثارة فتنة تراق بسببها الدماء وتهتك عندها الحرم وفي هذا التثبيط نزع ليده من طاعة الإمام وقد ثبت في الصحيح عنه صلى الله عليه وسلم أنه قال: "من نزع يده من طاعة الإمام فإنه يجيء يوم القيامة ولا حجة له ومن مات وهو مفارق للجماعة فإنه يموت موتة جاهلية"، [مسلم "1851"، أحمد "2/70، 82، 123، 133، 154"] .
“Adapun ucapan beliau (mendidik orang yang melakukan provokasi pada penguasa) maka yang wajib adalah menolak provokasi ini. Jika pelakunya berhenti itu yang diharapkan jika tidak maka ia berhak mendapatkan hukuman yang keras dan diasingkan dan dijauhkan dari orang-orang yang ia pengaruhi dengan cara dipenjara atau lainnya.
Karena ia telah melakukan dosa besar yang haram dan berjalan menebarkan kekacauan yang bisa menyebabkan tertumpahnya darah, terinjak-injaknya kehormatan.
Dan dengan provokasi ini ia telah mencabut ketaatan pada penguasa. Padahal telah ada hadits shahih dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda ;
"Barangsiapa mencabut tangannya dari mentaati penguasa maka ia akan datang pada hari kiamat dalam keadaan tidak memiliki hujjah. Dan barangsiapa mati dalam keadaan menyempal dari jamaah kaum muslimin maka ia mati dalam keadaan mati jahiliyah". HR Muslim ; 1851, Ahmad ; 2/82, 123, 133, 154.”
(Sumber As-Sailul Jarar : 4/514)
📚 Pembahasan Kitab Mu'aamalatul Hukkam karya Syaikh Abdussalam Barjas oleh Ustadz Abul Aswad Al Bayati hafizhahullah.
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Larangan Dari Mencaci Maki Penguasa - 2 ]
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata :
نَهَانَا كُبَرَاؤُنَا مِنْ أَصْحَابِ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , قَالَ : لا تَسُبُّوا أُمَرَاءَكُمْ ، وَلا تَغِشُّوهُمْ ، وَلا تَبْغَضُوهُمْ ، وَاتَّقُوا اللَّهَ وَاصْبِرُوا ؛ فَإِنَّ الأَمْرَ قَرِيب
“Telah melarang kami para punggawa kami dari kalangan para sahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam dengan berkata : Jangan kalian cela penguasa kalian, jangan kalian tipu mereka, dan jangan kalian benci mereka bertaqwalah kalian kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bersabarlah sesungguhnya kemenangan itu sudah dekat.”
(HR Ibnu Abi ‘Ashim dalam As-Sunnah : 1049 dihasankan oleh Syaikh DR Basim Al-Jawabirah dalam Tahqiq beliau terhadap kitabus Sunnah : 2/693).
Atsar ini menunjukkan para pembesar sahabat radhiyallahu anhum sepakat melarang caci maki terhadap penguasa. Dan larangan para sahabat ini bukan dalam rangka memuliakan dzat dari penguasa itu sendiri.
Akan tetapi dalam rangka menjaga beratnya amanah syariat yang dipikulkan di pundak para penguasa yang tidak akan bisa terlaksana dengan baik jika disertai adanya caci maki terhadap penguasa.
Karena caci maki terhadap penguasa itu menyebabkan timbulnya ketidaktaatan pada penguasa, timbulnya kemarahan di hati orang banyak yang akan menimbulkan terjadinya kekacauan dan pertumpahan darah meluas yang keburukannya akan menimpa rakyat itu sendiri.
Abu Darda’ radhiyallahu anhu menyatakan :
إِيَّاكُمْ وَلَعْنَ الْوُلاةِ ، فإن لعنهم الحالقة ، وبغضهم العاقرة " ، قيل : يا أبا الدرداء ، فكيف نصنع إذا رأينا منهم ما لا نُحِبُّ ؟ قَالَ : " اصْبِرُوا ، فَإِنَّ اللَّهَ إِذَا رَأَى ذَلِكَ مِنْهُمْ حَبَسَهُمْ عَنْكُمْ بِالْمَوْتِ
"Hati-hati kalian, jangan kalian melaknat para penguasa. Sebab, sesungguhnya melaknat mereka adalah kemelut dan kebencian terhadap mereka adalah kemandulan yang tidak mendatangkan buah apa-apa".
Ada yang menyatakan, Ya Abu Darda, lantas bagaimana kami berbuat jika kami melihat apa yang tidak kami sukai ada pada mereka?
Beliau menjawab:" Bersabarlah! Sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta'ala bila melihat perkara itu ada pada mereka maka Dia akan mencegahnya dari kalian dengan kematiannya."
(HR. Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah : 2/488)
Disebutkan pula di dalam kitab Al-Muntadzam Fi Tarikhil Muluk Wal Umam karya Imam Ibnul Jauzi, bahwa Khalid bin Abdillah Al-Qasyri pernah menyatakan ketika beliau berkhutbah pada waktu beliau menjadi penguasa Mekah :
إني والله ما أوتي بأحد يطعن على إمامه إلا صلبته في الحرم
“Demi Allah, tidaklah aku mendapati seseorang mencaci maki penguasanya melainkan akan aku salib orang itu di masjidil haram.”
(Al-Muntadzam Fi Tarikhil Muluk Wal Umam : 6/299 Peristiwa tahun 91 H).
📚 Pembahasan Kitab Mu'aamalatul Hukkam karya Syaikh Abdussalam Barjas oleh Ustadz Abul Aswad Al Bayati hafizhahullah.
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Dalil Tentang Tata Cara Menasehati Penguasa - 2 ]
2⃣ Kedua :
Sa’id bin Juhman berkata ;
دَخَلْتُ عَلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي أَوْفَى صَاحِبِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , وَهُوَ مَحْجُوبٌ , قَالَ : مَا فَعَلَ وَالِدُكَ ؟ قُلْتُ : قَتَلَتْهُ الأَزَارِقَةُ , فَقَالَ : لَعَنَ اللَّهُ الأَزَارِقَةَ , يَقُولُهَا مَرَّتَيْنِ , ثُمَّ قَالَ : حَدَّثَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , " إِنَّهُمْ كِلابُ النَّارِ " , قَالَ : قُلْتُ : الأَزَارِقَةُ وَحْدَهُمْ ؟ أَوِ الْخَوَارِجُ كُلُّهَا , قَالَ : بَلِ الْخَوَارِجُ كُلُّهَا , قَالَ : قُلْتَ : إِنَّ السُّلْطَانَ يَظْلِمُونَ النَّاسَ , وَيَفْعَلُ بِهِمْ وَيَفْعَلُ , قَالَ : فَتَنَاوَلَ يَدِي فَغَمَزَهَا بِيَدِهِ غَمْزَةً شَدِيدَةً , ثُمَّ قَالَ : وَيْحَكَ يَا ابْنَ جُمْهَانَ , عَلَيْكَ بِالسَّوَادِ الأَعْظَمِ , إِنْ كَانَ السُّلْطَانُ يَسْمَعُ مِنْكَ فَأْتِهِ فِي بَيْتِهِ فَأَخْبِرْهُ بِمَا تَعْلَمُ , فَإِنْ قَبِلَ مِنْكَ , وَإِلا فَدَعْهُ ؛ فَإِنَّكَ لَسْتَ بِأَعْلَمَ مِنْهُ
"Aku menemui Abdullah bin Abi Aufa sahabat Rasulullah shalallahu 'alaihi wa sallam yang telah buta kedua matanya. Ia bertanya, “Siapa engkau?”
Aku pun menjawab, “Aku adalah Sa’id bin Jahman.”
Beliau bertanya, “Apa yang terjadi pada ayahmu?”
Jawabnya, “Ia dibunuh oleh al-Azariqah (sempalan kelompok Khawarij pimpinan Nafi’ Ibnul Azraq).”
Maka beliau berkata, “Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melaknati al-Azariqah. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala melaknati al-Azariqah, semoga Allah melaknati al-Azariqah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan kepada kami bahwa mereka adalah anjing-anjing ahli neraka.”
Sa’id mengatakan, “Al-Azariqah saja atau Khawarij seluruhnya?”
Beliau menjawab, “Bahkan Khawarij seluruhnya.”
Sa’id mengatakan, “Sesungguhnya penguasa melakukan kezaliman terhadap manusia dan melakukan (kejahatan, red.) terhadap manusia.” Maka dia mengambil tangan saya dan dicoleknya dengan kuat lalu mengatakan, “Kasihan kamu wahai putra Jahman. Ikuti as-Sawadul A’zham, ikuti as-Sawadul A’zham (kaum muslimin dan penguasanya yang muslim). Jika penguasa mau mendengar nasihatmu maka datangi rumahnya, kabarkan kepadanya apa yang kamu ketahui. Kalau dia menerimamu (maka itu yang diinginkan). Jika tidak, maka tinggalkan dia. Sesungguhnya kamu tidak lebih tahu darinya .”
📚(Riwayat Ahmad dalam al-Musnad, 4/382—383, asy-Syaikh al-Albani mengatakan, “Sanadnya hasan”, Zhilalul Jannah, 2/508).
Wallahu a'lam
🗓 23 Pebruari 2018
📚Pembahasan Kitab Mu'aamalatul Hukkam karya Syaikh Abdussalam Barjas oleh Ustadz Abul Aswad Al Bayati hafizhahullah.
Unduh kitab di http://bit.ly/ALHOKAM Join TC http://bit.ly/TCMuamalatulHukkam
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Ebook Pelajaran Aqidah dan Manhaj
dari Surat al-Fatihah ]
Oleh : Ustadz Abu Mushlih Ari Wahyudi hafizhahullah
Penerbit :
Website Ma'had al-Mubarok
www.al-mubarok.com
Broadcast ini bisa juga dinikmati di
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat
[ Kehidupan Akhirat Lebih Baik Daripada Kehidupan Dunia ]
Allah Ta'ala berfirman :
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ
15 Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
( QS.Hud :15 )
📋Tafsir Ibnu Katsir
Sehubungan dengan ayat ini Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa sesungguhnya orang-orang yang suka riya (pamer dalam amalnya), maka pahala mereka diberikan di dunia ini. Demikian itu karena mereka tidak dianiaya barang sedikit pun. Ibnu Abbas mengatakan, "Barang siapa yang beramal saleh untuk mencari keduniawian, seperti melakukan puasa, atau salat, atau bertahajud di malam hari, yang semuanya itu ia kerjakan hanya semata-mata untuk mencari keduniawian, maka Allah berfirman, 'Aku akan memenuhi apa yang dicarinya di dunia, ini sebagai pembalasannya, sedangkan amalnya yang ia kerjakan untuk mencari keduniawian itu digugurkan, dan dia di akhirat nanti termasuk orang-orang yang merugi'."
Anas ibnu Malik dan Al-Hasan mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang Yahudi dan Nasrani.
Mujahid dan lain-lainnya mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan orang-orang yang suka riya.
Qatadah mengatakan, "Barang siapa yang dunia merupakan niat, dambaan, dan buruannya, maka Allah membalas kebaikannya di dunia ini. Dan bila ia datang ke akhirat, maka ia tidak lagi memiliki pahala amal kebaikan yang akan diberikan kepadanya. Adapun orang mukmin, maka amal kebaikannya dibalas di dunia ini, dan kelak di akhirat dia mendapat pahala dari amalnya itu." Dalam hadis yang marfu’ telah disebutkan hal yang semisal dengan ini.
Allah Subhanahu wa ta'ala telah berfirman:
Barang siapa menghendaki kehidupan sekarang (duniawi), maka Kami segerakan bagiannya di dunia itu apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam, ia akan memasukinya dalam keadaan tercela dan terusir. Dan barang siapa yang menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh, sedangkan ia adalah mukmin, maka mereka itu adalah orang-orang yang usahanya dibatasi dengan baik Kepada masing-masing golongan —baik golongan ini maupun golongan itu— Kami berikan bantuan dari kemurahan Tuhanmu. Dan kemurahan Tuhanmu tidak dapat dihalangi. Perhatikanlah bagaimana Kami lebihkan sebagian dari mereka atas sebagian (yang lain). Dan pasti kehidupan akhirat lebih tinggi tingkatannya dan lebih besar keutamaannya. (Al Israa':18-21)
Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan Kami tambah keuntungan itu baginya, dan barang siapa yang menghendaki keuntungan di dunia, Kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bagian pun di akhirat (Asy Syuura:20)
📚Referensi :
1. Tafsir Ibnu Katsir aplikasi Quran Tadabbur
2. http://bit.ly/jadwalkajianapp
Broadcast ini bisa juga dinikmati di :
🌎channel telegram @nusantaramengaji ( https://goo.gl/1DQbq0 )
🖼 Instagram ( http://instagram.com/nusantaramengajiofficial )
📲 https://m.facebook.com/nusantaramengajisunnah/
📲 WhatsApp Grup Akhwat
https://bit.ly/nusantaramengajiakhwat1
📲 WhatsApp Grup
https://bit.ly/nusantaramengaji1
https://bit.ly/nusantaramengaji2
https://bit.ly/nusantaramengaji3
https://bit.ly/nusantaramengaji4
https://bit.ly/nusantaramengaji5
https://bit.ly/nusantaramengaji6
Wallahua'lam
Semoga bermanfaat. Silahkan dishare semoga menjadi pahala kebaikan akhirat